Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Para Peretas yang Menyita Atensi Dunia

Putri Rosmalia
22/10/2022 07:25
Para Peretas yang Menyita Atensi Dunia
(Dok. 123RF)

BEBERAPA waktu lalu, masyarakat Indonesia sempat digemparkan dengan kehadiran sosok peretas di dunia maya yang memakai nama Bjorka. Tanpa takut, Bjorka melakukan peretasan ke berbagai laman dan arsip digital milik negara yang bersifat rahasia. Salah satunya sebanyak 679 ribu arsip surat milik Sekretariat Negara dan Badan Intelijen Negara yang dirilis antara 2019 dan 2021.

Berkat aksinya itu, Bjorka menjadi salah satu sosok peretas yang paling dikenal di Indonesia saat ini. Sosok asli di balik nama Bjorka juga masih menjadi tanda tanya besar yang membuat penasaran masyarakat Indonesia.

Jika Bjorka terkenal karena aksinya membobol dan menyebarkan dokumen rahasia, di berbagai belahan dunia lain peretasan juga marak terjadi dengan jenis kerugian yang bervariasi, dari pencurian dokumen penting, aplikasi, hingga yang merugikan secara materi.

Di dunia, peretasan memang makin marak diberitakan terjadi setidaknya dalam satu dekade terakhir. Tentu saja karena selama periode tersebut perkembangan internet dan dunia digital berjalan sangat pesat.

Namun, peretasan sebenarnya sudah terjadi setidaknya sejak awal 80-an. Hanya berselang sekitar satu dekade sejak internet mulai mengudara di 1969.

Berdasarkan data dari lembaga riset asal Inggris, Juniper Research, yang dirilis akhir 2019, kerugian secara finansial akibat kejahatan di dunia siber pada 2019 saja mencapai US$2 triliun. Jika ditotalkan sejak pertama kali peretasan di dunia terjadi hingga 2021, lembaga tersebut memperkirakan nilai kerugiannya bisa mencapai US$6 triliun.

Nilai itu baru kerugian yang dapat dikalkulasikan dengan angka. Kerugian lain yang tak bersifat material juga memiliki dampak tak kalah signifikan. Khususnya kerugian intelektual seperti pencurian ide atau karya. Di antara banyaknya aksi peretasan, berikut ini beberapa nama peretas dan aksinya yang paling terkenal di dunia.

 

Kevin Mitnick

Dok. MITNICKSECURITY.COM

 

Nama Mitnick sangat terkenal di dunia keamanan siber dan peretasan. Ia merupakan sosok pertama yang menjadi populer karena melakukan peretasan di saat dunia keamanan siber bahkan belum mengenal jenis kejahatan tersebut.

Pria asal AS tersebut melakukan aksi pertamanya dengan menjebol sistem keamanan digital North American Defense Command (Norad) pada 1982. Selanjutnya pada 1989, ia berhasil menjebol sistem milik perusahaan teknologi Digital Equipment Corporation's (DEC).

Mitnick mencuri rancangan perangkat lunak yang sedang dalam proses untuk dikomersialkan oleh DEC. Akibatnya, salah satu perusahaan teknologi di AS di era 80-an itu merugi karena harus memperbarui dan merancang ulang sistem mereka.

Meski aksinya ilegal dan sempat dipenjara, Mitnick tak pernah membocorkan data hasil retasannya pada publik. Karena itu, Mitnick dikenal juga sebagai peretas topi abu-abu, yakni peretas yang bertindak ilegal, tetapi tak memanfaatkan hasil curiannya untuk kepentingan pribadi yang merugikan korban seperti phising atau doxing.

Mitnick akhirnya ditangkap dan sempat dipenjara. Setelah keluar, ia melanjutkan kariernya di dunia internet dengan merancang beberapa perangkat lunak untuk meningkatkan sistem keamanan siber.

 

Kevin Poulsen

Dok. AMAZON

 

Kevin Poulsen dikenal juga dengan nama alias Dark Dante. Ia merupakan sosok peretas yang namanya populer tak lama setelah nama Mitnick muncul, tepatnya pada 1983.

Poulsen melakukan peretasan pertama kali di usia 17 tahun. Korban pertamanya ialah Arpanet, jaringan sistem keamanan milik Pentagon. Aksi Poulsen mengejutkan dan menjadi pukulan bagi sistem keamanan pemerintahan AS kala itu.

Karena masih di bawah umur, Poulsen tak ditahan ketika identitasnya diketahui pemerintah AS. Namun, Poulsen lantas mengulangi aksinya di 1988. Ia mengakses secara ilegal dokumen milik inteligen AS guna mencari informasi tentang mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos.

Akibat aksinya itu, Poulsen akhirnya ditangkap dan ketika bebas ia sempat dilarang untuk menggunakan komputer selama beberapa tahun. Saat ini, ia diketahui berkarier sebagai jurnalis yang banyak menulis tentang keamanan siber dan salah satu pendiri komunitas penyedia perangkat lunak gratis untuk mendukung keamanan siber.

 

Soupnazi

Soupnazi ialah nama samaran peretas yang bernama asli Albert Gonzales. Ia merupakan peretas topi hitam atau peretas yang melakukan peretasan demi kepentingan pribadi.

Namanya terkenal setelah meretas jutaan akun kartu kredit milik warga AS selama rentang 2005-2007. Nilai kerugian akibat aksi Gonzales diperkirakan mencapai setara Rp3,5 triliun.

Pihak kepolisian berhasil menangkapnya pada 2010. Ketika diperiksa lebih lanjut, diketahui bahwa jumlah kartu kredit yang diretas Gonzales mencapai lebih dari 180 juta akun. Seluruhnya berhasil ia dapatkan dengan meretas beberapa sistem keuangan di AS, seperti TJX, OfficeMax, Dave and Buster's, dan Boston Market.

Penangkapan Gonzales membawa hikmah lanjutan bagi sistem keamanan siber di AS sebab penangkapan tersebut menuntun kepolisian untuk mengungkap kejahatan sejenis oleh komunitas peretas dari berbagai negara yang berkumpul dengan media laman Shadowcrew.com.

 

Astra

Hingga saat ini identitas asli peretas yang menamakan dirinya Astra belum berhasil dibongkar dan diketahui publik. Namanya pertama kali terkenal di 2008 setelah meretas perusahaan teknologi pesawat terbang asal Prancis, Dassault Group.

Salah satu aksinya yang mengguncang kestabilan Dassault Group ialah ketika Astra mencuri data dan perangkat lunak berisi rancangan berbagai jenis senjata mutakhir yang sangat mahal. Ia kemudian menjual hasil curiannya itu ke banyak pihak di berbagai negara. Akibatnya, Dassault Group menderita kerugian hingga mencapai lebih dari Rp5 triliun.

 

Anonymous

Anonymous merupakan kelompok peretas yang terdiri atas banyak anggota yang diduga tersebar di berbagai negara. Mereka terkoneksi melalui jejaring digital berupa sebuah forum rahasia di 4chan message. Kelompok peretas tersebut terkenal akan aksi-aksinya yang mereka sebut sebagai bentuk upaya menegakkan keadilan sosial bagi semua kalangan.

Nama Anonymous pertama kali populer setelah mereka meretas laman resmi gereja Scientology, sebuah komunitas gereja yang kontroversial. Mereka juga kerap muncul ketika ada isu global yang menyangkut hak asasi manusia.

Salah satunya ialah pada kasus kematian George Floyd, seorang warga keturunan Amerika-Afrika akibat kekerasan oleh polisi. Di tengah seruan kampanye Black Lives Matter yang kencang digaungkan, para anggota Anonymous juga tak mau ketinggalan. Mereka terang-terangan mengaku bertanggung jawab atas peretasan yang terjadi pada berbagai data dan akun digital kepolisian Minneapolis, AS.

Karena terdiri atas sekelompok orang atau bukan individu, lembaga keamanan di AS mengaku kesulitan mengungkap dan menangkap mereka.

 

NSO Group

AFP/JACK GUEZ

 

NSO Group merupakan nama kelompok peretas yang paling hangat diperbincangkan di banyak negara saat ini. Kelompok tersebut diketahui berasal dari Israel. Mereka terkenal atas rancangan spyware pegasus, salah satu spyware yang banyak disebut paling berbahaya di dunia saat ini.

Spyware pegasus buatan NSO Group telah digunakan untuk melakukan peretasan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu yang paling menghebohkan ialah aksi peretasan terhadap ratusan jurnalis, aktivis, politisi, dan lembaga pemerintahan berbagai negara yang dilakukan pada 2021.

Perangkat yang paling rentan menjadi korban spyware pegasus ialah Apple. Pihak Apple bahkan sampai secara khusus melakukan berbagai pembaruan pada sistem keamanannya untuk mencegah spyware tersebut menembus pengguna mereka.

Saat ini upaya penghentian berbagai aksi NSO Group tengah dilakukan, termasuk oleh pihak Apple. Apple melakukan gugatan ke pengadilan distrik California, AS. Namun, upaya tersebut dinilai berbagai pihak akan sulit membuahkan hasil karena NSO Group diduga didanai oleh berbagai unsur penting dan berkuasa di Israel.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya