Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Cara Baru Bisnis Pemandian Tradisional Jepang untuk Tetap Eksis

Devi Harahap
30/8/2022 10:23
Cara Baru Bisnis Pemandian Tradisional Jepang untuk Tetap Eksis
Sento, Pemandian Tradisional di Jepang(Philip FONG/AFP)

Selain sajian kuliner yang lezat, hal lain yang terkenal di Jepang adalah pemandian air hangat dengan menggunakan sistem pemandian umum yang disebut Sento. Salah satu contoh klasik dari pemandian pemandian umum atau sento Jepang adalah Inariyu. Biasanya Sento memiliki bak mandi air hangat yang dapat dipakai beramai-ramai.

Bagi wisatawan luar Jepang, barangkali mandi tanpa sehelai pakaian di depan banyak orang tabu untuk dilakukan. Tetapi hal tersebut sudah menjadi kultur di Jepang yang harus dihargai, mandi bukan sekedar membersihkan tubuh, melainkan menjadi sebuah ritual budaya.

Akan tetapi, saat ini eksistensi sento Jepang yang terletak di lingkungan perkotaan atau pinggiran kota semakin memudar secara perlahan, karena lebih banyak orang yang memilih untuk mandi di rumah, apalagi sejak diterjang pandemi Covid-19.

Para pemilik harus berjuang membiayai mesin pemandian yang semakin berkarat. Harga gas yang tinggi dan kurangnya generasi penerus usaha, membuat para pemilik pemandian Sento harus menutup usaha dan menjual tanahnya yang berharga.

Secara nasional, jumlah pemandian Sento telah turun menjadi sekitar 1.800 dari jumlah awalnya yang hampir mencapai 18.000 pada akhir 1960-an.

Tetapi beberapa usaha Sento seperti Inariyu telah diberi kesempatan untuk merevitalisasi usahanya  melalui beberapa kebijakan, sementara yang lain menyesuaikan konsep Sento menjadi tempat nongkrong anak muda yang sedang trendi dengan mengandalkan analisis data demi meningkatkan bisnis mereka dengan mengikuti perkembangan zaman.

Salah satu orang yang mendorong untuk menyelamatkan usaha pemandian tradisional Jepang itu adalah Yasuko Okuno, seseorang yang menemukan konsep baru dengan menjadikan Sento sebagai tempat untuk para pekerja dalam melepas lelah setelah lembur bekerja.

"Hari demi hari, pikiran saya lelah. Bahkan ketika saya pulang, saya tidak bisa melupakan pekerjaan," kata seorang penulis untuk asosiasi Sento  di Jepang seperti dilansir dari France24 pada Senin (29/8).

"Kemudian saya pergi ke sento untuk pertama kalinya dalam beberapa saat, dan rasanya seperti beban telah terangkat. Ada bak mandi besar, dan pengunjung tetap menyambut saya dengan ramah. Seiring waktu, Sento mulai terasa seperti rumah kedua untuk saya."

Jepang tidak pernah memberlakukan sistem lock down  yang ketat saat pandermi Covid-19, dan tempat-tempat seperti pusat kebugaran dan sento tetap buka.

Masker biasanya dipakai di kereta api dan di tempat umum lainnya, tetapi tidak ada persyaratan untuk memakainya di sento, meskipun jarak sosial dianjurkan.

Yasuko menuturkan bagi banyak orang lanjut usia, mandi bersama di Sento adalah "rutinitas harian" yang tidak ingin mereka hentikan selama pandemi, dan beberapa merasa lebih aman mandi bersama orang lain di sekitar seandainya mereka terjatuh di tempat itu.


Keterdesakan

Sam Holden sebagai salah satu anggota organisasi Sento & Neighborhood mengatakan penutupan tempat pemandian Sento dapat mengikis ikatan komunitasnya. Sento & Neighborhood menggunakan dana hibah sekitar US$200.000  dari sejumlah dana Monumen Dunia untuk merenovasi Inariyu.

Kelompok tersebut berusaha untuk menjaga eksistensi Sento Inariyu sebagai pemandian yang nyaman dan ramah. Diketahui Inariyu dibangun pada 1930 di daerah bertingkat rendah di kawasan utara Tokyo yang memiliki jalan setapak sempit berliku di antara rumah-rumah.

Holden menjelaskan Inariyu memiliki pelanggan dari segala usia dan didominasi dari kalangan orang tua yang mungkin hidup sendiri dan rentan terhadap isolasi mandiri.

"Rekan-rekan dan saya memiliki keinginan untuk melestarikan beberapa struktur bersejarah ini sebelum dibangun kembali menjadi kompleks apartemen dan hal-hal lain," Kata Holeden, seorang warga Amerika berusia 32 tahun yang telah tinggal di Tokyo selama hampir satu dekade.

Pemerintah Tokyo menetapkan tarif pemandian Sento untuk sebesar 500 yen atau sekitar US$3,70 AS untuk dapat menikmati pelayanan pemandian yang terdapat pemisahan antara pria dan wanita.

Mereka meletakkan sepatu di loker kecil dan menanggalkan pakaian di ruang ganti lalu mandi sebelum naik ke bak  untuk berendam dengan santai. Tidak seperti mata air panas Jepang, yang dikenal sebagai onsen, air di sentos biasanya dipanaskan dengan sistem gas.

Shunji Tsuchimoto, yang mengelola Inariyu bersama istrinya, mengatakan kepada AFP bahwa tahun lalu usaha pemandian itu membayar 50% lebih banyak untuk biaya gas daripada tahun lalu.

Namun, dia berharap dengan mendirikan sento di gedung-gedung yang telah direnovasi akan meningkatkan pendapatan dengan menarik pelanggan yang lebih muda. “Saya ingin mereka mengenal budaya sento ini,” ujarnya.

Trendi dan modern

Salah satu sento yang berhasil menarik pelanggan muda adalah Koganeyu di kawasan timur Tokyo, yang dibuka kembali pada tahun 2020 setelah membuat konsep perubahan secara total.

Pada Sabtu (27/8), rumah pemandian itu dipenuhi pelanggan muda yang sedang menikmati pemandian air hangat sambil minum bir dan mendengarkan piringan hitam.

Salah satu karyawan swasta pada industri Teknologi, Kohei Ueda dan seorang temannya rela melakukan perjalanan satu jam untuk menggunakan sauna Koganeyu.

"Saya memang memandang dan mengingat citra sento sebagai tempat berkumpulnya kakek dan nenek, tapi sento seperti ini yang lebih trendi dan modern tidak seperti itu... Saya merasa lebih nyaman datang ke sini." (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya