Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KEPOPULERAN kopi yang semakin mengakar di berbagai kalangan membuat berbagai profesi dan bisnis di ranah kopi makin potensial. Di banyak daerah, kalangan muda yang melirik profesi terkait industri kopi juga semakin meningkat. Tak hanya profesi terkait kopi yang terkesan modern seperti barista atau brewer, profesi sebagai petani kopi juga semakin diperhitungkan dan bisa diandalkan.
Warga sekitar Danau Toba menjadi salah satu yang juga merasakan dampak positif dari industri kopi. Kopi menjadi komoditas yang semakin penting di kawasan sekitar Danau Toba. Saat ini banyak kafe yang menawarkan kopi arabika yang dihasilkan dari kawasan danau Toba, sehingga permintaan kopi yang diproduksi dari wilayah ini pun mengalami kenaikan.
Potensi tersebut yang memicu PT hadirnya pusat pelatihan dan pendampingan bernama Sekolah Kopi di kawasan sekitar Danau Toba. Setidaknya 200 orang petani kopi di beberapa kabupaten seperti Simalungun, Toba, Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Utara telah bergabung sebagai petani binaan Sekolah Kopi.
Community Development and Corporate Social Responsibility Officer PT Toba Pulp Lestari Tbk, Tasya Sirait, mengungkapkan, pihaknya mengajarkan berbagai keterampilan terkait kopi kepada para petani. Tak hanya mengajarkan cara roasting dan penyajiannya, Sekolah Kopi juga mengajarkan para petani teknik menanam yang baik agar kopi yang ditanam bisa menghasilkan lebih maksimal.
“Sebelum kami memberikan bantuan, kami melakukan survei dulu ke lahan yang digunakan oleh petani, serta melihat berbagai kendala yang dihadapi. Setelah itu, kami memberikan bantuan sekaligus pelatihan dan pendampingannya,” kata Tasya, dalam rilis yang diterima Media Indonesia, Kamis, (25/8).
Salah satu petani kopi yang tinggal di Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Reni Marpaung (46), mengungkapkan saat ini dia tidak mengalami kesulitan untuk menjual kopi-kopi yang dihasilkan dari lahan keluarganya. Karena itu pula, kopi yang ditanamnya perlahan-lahan menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga.
Apalagi, saat ini para petani bisa melakukan pemanenan 2 minggu sekali seiring dengan peremajaan tanaman kopi dengan memanfaatkan varietas unggul yakni jenis Komasti. Sebelumnya, para petani tidak bisa berharap banyak ketika mereka menanam varietas lokal, yakni kopi sigarar utang.
“Kami sekarang sangat terbantu dengan kopi. Dulu kopi hanya sebagai tanaman pelengkap, yang ditanam di sela-sela tanaman lain seperti jagung, cabai, dan sebagainya. Sekarang, kopi justru yang paling menguntungkan dibandingkan dengan tanaman lain,” ujar Reni.
Reni mengatakan dalam 2 minggu sekali, dia bisa memanen kopi yang ada di lahannya seluas sekitar 4 ribu meter persegi. Dari panen itu, Reni bisa meraup sekurang-kurangnya Rp1,5 juta dari penjualan kopi yang telah menjadi green bean.
Para petani lain pun juga bisa memperoleh hasil yang kurang lebih sama dengan yang diperoleh Reni. Hal ini karena para petani kopi di wilayah tersebut menggunakan varietas kopi Komasti yang berasal dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Jawa Timur.
Varietas kopi Komasti saat ini menjadi primadona petani karena bisa berbuah hanya dalam rentang waktu 1,5 tahun sejak penanaman. Sementara itu benih lokal baru bisa berbuah paling cepat 2 tahun. Itu pun jika tidak terkena penyakit yang kerap menyerang tanaman kopi, seperti karat daun.
Sementara itu petani lainnya, Fitri Barimbing, mengatakan dengan kopi pendapatan keluarga menjadi lebih stabil. Dia bisa menabung untuk memenuhi berbagai keperluan dari hasil penjualan kopi.
“Bahkan kalaupun anak ingin sekolah tinggi, kami sudah siap karena kopi yang kami tanam ini bisa diandalkan hasilnya,” kata Fitri.
Reni dan Fitri mengatakan mereka berharap berbagai pendampingan dan edukasi akan terus mereka dapatkan agar dapat terus berkembang dan mendapatkan hasil terbaik dari potensi kopi yang ada di daerahnya, khususnya bagi para petani muda yang ada di sekitar Danau Toba. (M-1)
Ribuan calon siswa SMA/SMK yang tereliminasi tahap pendaftaran dimulai Sabtu (14/6) in karena tidak melakukan verifikasi akun hingga hingga batas akhir yang ditentukan pada Jumat (13/6).
Collaborative for Academic Social Emotional Learning (CASEL) mulai mendapat perhatian serius di Indonesia.
Sebanyak 73% sekolah di Indonesia berada di area rawan banjir.
Sepuluh orang tewas dalam insiden penembakan di sekolah di kota Graz, Austria.
SALAH satu program prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) ialah Wajib Belajar 13 Tahun.
TKA berperan sebagai salah satu upaya penjaminan mutu pendidikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved