Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Perang di Ukraina beresiko tinggi meningkatkan pemanasan global dan mempercepat laju perubahan iklim dunia. Hal itu diungkapkan oleh Sekjen PBB, António Guterres, dalam sebuah konferensi virtual yang berpusat di London, Senin, (21/3), seperti dilansir dari theguardian.com, Selasa, (22/3),
Guterres mengatakan, serangan Rusia ke Ukraina dilakukan dengan mengerahkan teknologi perang yang sangat canggih dan modern. Seluruhnya tentu saja dijalankan dengan mengandalkan bahan bakar fosil berskala besar.
Hal itu diperparah dengan dampak pascaserangan. Di antaranya kebakaran, asap, hingga partikel-partikel dari senjata seperti misil.
“Serangan itu juga berpotensi pada berbagai hal termasuk pergerakan pasokan makanan dan sumber energi global. Semuanya berimplikasi pada kegagalan pemenuhan target bangsa-bangsa dunia menekan laju perubahan iklim,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Rusia merupakan salah satu pemasok bahan bakar gas terbesar bagi negara-negara Eropa. Dengan permasalahan yang ada saat ini pasokan gas dari Rusia juga terhambat.
Hal itu secara otomatis akan membuat negara-negara Eropa terpaksa kembali mengandalkan bahan bakar fosil lain yang lebih berdampak buruk bagi lingkungan untuk keperluan sehari-hari masyarakatnya. Seperti batu bara atau minyak bumi.
“Ini semua adalah kegilaan. Semuanya bisa berdampak pada kerusakan yang masih di skala global,” ujar Guterres.
Guterres mengatakan berharap akan segera ada titik terang untuk menyelesaikan yang terjadi di Ukraina saat ini. Ia juga berharap negara-negara di Eropa bisa membuat kebijakan yang tetap berpihak pada komitmen untuk menekan laju perubahan iklim dan menekan peningkatan suhu global tak lebih dari 1,5 derajat celcius lebih tinggi dari era pra industri pada 2030 mendatang.
Bagi korporasi, penerapan konsep environmental, social, and governance (ESG) menjadi hal yang semakin penting untuk bisa diimplementasikan.
Tanah tak lagi dipandang sekadar media tanam, tapi sebagai fondasi keberlangsungan hidup dan benteng terakhir ketahanan pangan.
Sebanyak 73% sekolah di Indonesia berada di area rawan banjir.
"Karena Pulau Gag masuk dalam kategori pulau kecil, kegiatan penambangan bukan kegiatan yang diprioritaskan, serta dilarang sebagaimana Pasal 1 angka 3, Pasal 23 ayat (2) dan Pasal 35 huruf K,"
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
Pada 2024, Climate Hack mengangkat isu-isu iklim krusial seperti pengelolaan sumber daya alam, limbah, transportasi, hingga pertanian dan kehutanan.
Meski dunia menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat celcius, pencairan lapisan es di dunia tetap melaju tak terkendali.
Peningkatan suhu juga sangat dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Penyebab Pemanasan Global: Faktor & Dampak Buruknya. Pemanasan global mengkhawatirkan? Pelajari penyebab utama, faktor pendorong, dan dampak buruknya bagi bumi. Temukan solusinya di sini!
Terwujudnya Taman Kehati diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan ekosistem.
Gambar satelit NASA menunjukkan dampak pemanasan global di Alaska. Di mana lapisan salju tahun lalu telah menghilang dan menyisakan hamparan tanah kosong yang luas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved