Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Komunitas Bidara Kenalkan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim pada Pemuda di Nagekeo

Ignas Kunda
12/7/2025 13:42
Komunitas Bidara Kenalkan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim pada Pemuda di Nagekeo
Komunitas Bidara di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan kegiatan sosialisasi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.(MI/Ignas Kunda)

KOMUNITAS Bidara di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan kegiatan sosialisasi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bagi para pemuda, pelajar, nelayan, petani, mahasiswa, serta pelaku usaha kecil menengah di Aula Perpustakaan Nagekeo, pada Sabtu (12/7). Dalam sosialisasi tersebut Komunitas Bidara menghadirkan para narasumber dari para pegiat lingkungan, mama-mama bambu, serta pemerintah setempat. 

Selain memberikan ilmu soal perubahan iklim, para peserta juga dikenalkan dengan situasi kebencanaan di Nagekeo dan pentingnya cara memitigasi setiap kebencanaan yang ada. Para peserta juga melakukan diskusi dan sharing serta permainan untuk memperkuat jejaring dalam tujuan memitigasi bencana di Nagekeo. 

Ketua Komunitas Bidara, Rosadalima Panda, mengatakan perubahan iklim memberikan dampak langsung yang semakin dirasakan di tingkat lokal, terutama oleh kelompok masyarakat yang bergantung pada alam seperti petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil. Menurut Rosa, di Kabupaten Nagekeo, fenomena seperti musim tanam yang tidak menentu, penurunan hasil panen, serta gangguan ekosistem laut menjadi realitas yang dihadapi sehari-hari.

Dalam konteks ini, adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi sangat penting. Adaptasi mencakup segala upaya penyesuaian sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan agar mampu menghadapi dampak perubahan iklim serta mengurangi kerentanan masyarakat.

Sebagai bentuk kepedulian generasi muda terhadap tantangan ini, Komunitas Bidara menginisiasi kegiatan Sosialisasi Adaptasi Perubahan Iklim. Rosa menambahkan dalam diskusi ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman peserta mengenai dampak perubahan iklim di tingkat lokal serta mendorong peserta mengenali bentuk-bentuk adaptasi yang relevan dengan konteks kehidupan mereka. 

Marianus Dhaki Dae dari BPBD Nagekeo mengatakan tanggung jawab bencana bukan hanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah tetapi peran semua elemen masyarakat, pemerintah, dunia usaha. Situasi kebencanaan di Nagekeo dominan perbukitan sedang sampai curam serta berada di jalur cincin api serta patahan sesar naik busuk belakang Flores. 

Menurut Dhaki Dae, ada 10 ancaman bencana yang di Nagekeo, yaitu banjir, cuaca ekstrem, gempa bumi, kekeringan, longsor, tsunami, eruspsi gunung api, wabah penyakit, serta kebakaran hutan dan lahan. Dari sekian bencana tersebut 80 persen dipicu oleh perubahan iklim. 

"Perubahan iklim memicu cuaca ekstrem sehingga menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti tsunami. Bencana ini bisa menimbulkan konflik dan teror. Masing-masing negara melindungi dirinya masing-masing. Mesin penghancur paling ekstrem di dunia ini ialah bencana," kata Dhaki Dae. 

Selain kegiatan sosialisasi ini, Komunitas Bidara juga terlibat dalam Koalisi Orang Muda untuk aksi iklim di Mbay dan mendorong UMKM seperti pembuatan minyak kelapa murni. 

Komunitas Bidara merupakan komunitas orang muda yang memberikan ruang kepada anggotanya untuk berdiskusi dan beraksi sesuai dengan peminatan mereka, khususnya dalam bidang diskusi edukatif, berbagi informasi, dan aksi lingkungan maupun pendidikan. "Komunitas ini bertujuan mendorong peningkatan keterampilan anggota, memperluas jaringan dan relasi, serta berbagi ilmu pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat," ungkap Andi Mosa, salah satu pegiat komunitas budaya yang juga ASN di Pemerintah Kabupaten Nagekeo. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya