Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Industri Film Korsel Menghadapi Ancaman Keterpurukan

Fathurrozak
24/2/2022 17:58
Industri Film Korsel Menghadapi Ancaman Keterpurukan
Ilustrasi(Jung Yeon-je / AFP)

Sekitar 500 pekerja industri film di Korea Selatan secara bersama-sama merilis pernyataan resmi meminta pemerintah untuk menetapkan langkah-langkah mendasar untuk menghidupkan kembali industri.

Dalam pernyataan bersama, para pekerja industri film di Korea Selatan menyatakan mereka menghadapi ancaman keterpurukan akibat penurunan penjualan tiket karena pandemi covid-19. Mereka pun meminta pemerintah segera menetapkan langkah-langkah untuk menghidupkan kembali gairah industri hiburan.

"Penurunan penjualan box office akibat covid-19 telah menjadi ancaman eksistensial bagi industri film di Korea Selatan. Kreator, produser, dan distributor skala kecil hingga menengah mengalami masa terburuk yang pernah ada. Kami tidak dapat mengatasi krisis saat ini hanya dengan langkah-langkah seperti itu. seperti mendorong rilis film beranggaran besar atau membagikan kupon diskon,” bunyi pernyataan bersama dari 500 pekerja film Korea Selatan pada Rabu, (24/2), dikutip dari Korea Times.

Sebelum pandemi covid-19 melanda, jumlah penonton bioskop di Korea mencapai rekor tahunan baru pada tahun 2019, yang mencapai 220 juta, dan dari lima film yang diputar masing-masing menarik lebih dari 10 juta penonton bioskop. Korea telah menjadi pasar film kelima dengan pendapatan kotor, dan film Parasite menjadi film berbahasa asing pertama yang memenangkan penghargaan Film Terbaik di Oscar.

“Di balik boom, ada kegagalan pasar di mana studio film kecil dan perusahaan distribusi bergulat dengan masa depan yang tidak pasti dan bioskop didominasi oleh beberapa jaringan bioskop besar. Cara mendasar untuk mengatasi krisis saat ini adalah dengan membangun tatanan pasar yang adil untuk 'siklus virtual' dari pembuatan konten,” tambah pernyataan tersebut.

Selain menyerukan dana bantuan darurat, kelompok tersebut meminta bantuan segera dan aktif untuk semua pekerja industri film dan pemerintah secara aktif menyelesaikan praktik perdagangan yang tidak adil dan monopoli layar.

Mereka juga meminta pemerintah untuk melarang perusahaan besar menggunakan dana dukungan untuk usaha kecil dan menengah, dan membangun sistem untuk periode penahanan, di mana jaringan multipleks memegang hak distribusi sebelum film diedarkan di platform lain. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya