Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Sineas Berharap Pemprov DKI Contoh Pemkot Hamburg

Fathurrozak
27/8/2021 16:30
Sineas Berharap Pemprov DKI Contoh Pemkot Hamburg
Ilustrasi produksi film.(Sharegrid/ Unsplash)

SEBELUM film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menang Golden Leopard di Festival Film Locarno, mereka lebih dulu keliling ke berbagai negara dan festival untuk mencari pendanaan. Film itu pun menjadi ko-produksi Indonesia, Singapura, dan Jerman.

Salah satu sumber pendanaan film itu didapat dari hibah pemerintah kota Hamburg, Jerman. Untuk mendapatkan hibah pendanaan tersebut, film disyaratkan harus berko-produksi dengan produser yang bermukim di Hamburg, dan dana harus digunakan di Hamburg.

“Itu semacam dana kota, yang mereka berikan ke filmmaker dari seluruh dunia. Selama satu syaratnya terpenuhi, punya partner ko-produser dari kota Hamburg. Kami dipertemukan dan dikenalkan dari rumah produksi yang bermukim di Koln. Mereka kasih tahu kami, ada grant di Hamburg. Kemudian kami dihubungkan dengan produser yang mukim di sana,” kata produser Meiske Taurisia, dalam panel From New York to Locarno di Jakarta Metaverse, Jumat, (27/8).

Setelah bertemu dengan produser dari kota Hamburg yang bermitra, akhirnya film Seperti Dendam mengajukan submisi hibah. Namun, karena dana yang didapatkan pun harus digunakan di kota Hamburg, akhirnya Meiske (Dede) memanfaatkan dana tersebut untuk foley, mixing, dan merekam beberapa materi musik scoring.

Menurut Dede, hal tersebut bisa menjadi contoh pemerintah DKI Jakarta dalam mendukung para sineas. Dede melihat model yang diterapkan pemerintah kota Hamburg bisa turut memberi akses yang lebih luas bagi para pembuat film untuk berjejaring, juga berproduksi. Selain itu, faktor ekonomi yang nantinya bisa kembali ‘masuk’ ke Jakarta juga patut menjadi pertimbangan.

“Apa yang dilakukan Hamburg itu bisa menginspirasi DKI ya, termasuk Disparekraf untuk mendukung sineas. Apa lagi sebenarnya dana enggak ke luar dari Jakarta, karena harus dihabiskan di dalam kota,” terang Dede.

Dede juga berharap, program seperti fasilitasi distribusi internasional yang didapat filmnya dari Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud-Ristek akan tetap berkelanjutan dengan nilai yang lebih signifikan.

“Saya harap bentuk fasilitasi seperti itu akan ada tahun depan dengan jumlah signifikan. Karena grant dari negara tetangga itu menggiurkan sekali. Membuat filmmaker terpacu untuk apply dan mendapat kesempatan membuat film bagus. Menurut saya, ya jangan sampai talenta kita itu di-nurture di negara tetangga ketimbang di sini.” (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya