Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Fakta terbaru dataran es di sepanjang pantai utara Greenland hingga bagian barat Kepulauan Arktik, Kanada itu baru-baru ini terungkap lewat sebuah penelitian yang dikerjakan pakar kutub dari School of Aquatic and Fishery Sciences, University of Washington's, Amerika Serikat (AS).
Kristin Laidre, pakar kutub yang menjalankan penelitian tersebut mengatakan, mencairnya wilayah di Kutub Utara dapat menimbulkan masalah bagi hewan yang bergantung pada es untuk berkembang biak, berburu, atau mencari makan.
Sebagaimana diketahui, sepanjang musim panas 2020, Laut Wandel yang terletak di sebelah timur 'The Last Ice Area' telah kehilangan 50% lapisan es di atasnya. Fenomena ini, selanjutnya, dianggap menjadi isyarat bahwa pemanasan global ternyata lebih mengancam dari model perubahan iklim yang disuguhkan oleh para ahli sebelumnya.
Ketua Pusat Studi Kutub, University of Washington's, Axel Schweiger menambahkan es laut di 'The Last Ice Area' biasanya berusia minimal lima tahun dan memiliki ketebalan kurang lebih 13 kaki (4 meter). Dalam beberapa dekade terakhir, bongkahan es laut di sekitar wilayah tersebut telah menjadi semakin kuat, namun di sepanjang 2020 berangsur menjauh karena terbawa arus angin utara.
Fenomena tersebut lantas diikuti dengan munculnya perairan terbuka yang semakin hangat karena paparan sinar matahari. Air hangat lantas menyebar di bawah permukaan sehingga membuat skala pencairan lebih luas. "Kami mulai bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dan mengapa? Apakah hal ini juga terkait dengan potensi yang pernah kami lihat di 2018?" kata Schweiger, seperti dilansir dari Space.com, Minggu, (4/7).
Berangkat dari fenomena itu, para ahli lantas memperkirakan bahwa seluruh es laut di luar 'The Last Ice Area' akan mencair setelah 2040. Tahun lalu pusat informasi kutub AS, the National Snow and Ice Data Center (NSIDC) juga mengatakan bahwa lapisan es laut Kutub Utara telah mencapai titik terendah kedua sepanjang sejarah atau setelah titik terendah pertama pada 2012.
"Studi baru ini memang tidak mengatakan apakah atau kapan 'The Last Ice Area' akan mencair sepenuhnya. Tapi tren pencairan yang berangsur cepat diperkirakan akan terus berlanjut," imbuh Schweiger. (M-4)
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Tidak terdapat penjelasan yang tepat, yang mengindikasikan bahwa pemicunya mungkin adalah partikel yang belum dipahami oleh ilmu pengetahuan.
Riset terbaru mengungkap pemanasan global membuat ribuan meteorit tenggelam di bawah es Antartika setiap tahun.
Studi terbaru mengungkap sejak 2015, Antartika telah kehilangan es laut seluas Greenland dan mengalami peningkatan kadar garam di laut permukaan.
Penelitian satelit NASA menunjukkan penambahan massa es di Antarktika antara 2021-2023 akibat peningkatan presipitasi.
Dalam ekspedisi selama 60 hari menggunakan kapal RSV Nuyina, para ilmuwan Australia menemukan makhluk laut unik di lepas pantai Antarktika.
Stasiun penelitian Sanae IV di Antartika, yang dikelola Afrika Selatan, diguncang dugaan penyerangan terhadap salah satu anggota tim.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved