Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Makanan Ultraolahan Bawa Resiko Obesitas hingga Kanker pada Anak

Nike Amelia Sari
15/6/2021 19:50
Makanan Ultraolahan Bawa Resiko Obesitas hingga Kanker pada Anak
Sereal adalah salah satu makanan ultra olahan.(Unsplash/ Haley Owens)

MAKANAN ultra-olahan atau ultra-processed food (UPF) sudah hampir memenuhi seluruh konsumsi pangan kita. UPF bukan hanya makanan cepat saji dan junkfood, melainkan bisa juga makanan dan minuman yang dipasarkan dengan label sehat, seperti makanan atau minuman rendah lemak dan rendah gula.

Pada intinya, UPF adalah makanan yang sangat sedikit atau bahkan hampir tidak mengandung bahan asli. Melainkan, makanan ini sangat banyak mengandung bahan buatan atau diolah pabrik, termasuk pewarna, perasa, dan berbagai bahan tambahan lainnya. Dengan begitu sereal hingga snack-snack yang dikatakan sehat juga bisa termasuk UPF.

Tim dari Imperial College menggunakan data dari ribuan anak di Inggris guna melihat dampak kesehatan dari mengonsumsi makanan dan minuman yang masuk kategori ultra-olahan. Temuan yang telah dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association (JAMA) Pediatrics tahun 2021 tersebut menyebutkan bahwa UPF tidak hanya membuat proporsi makanan anak-anak yang cukup tinggi sebesar 40 persen dalam gram dan 60 persen kalori, tetapi semakin tinggi proporsi UPF yang mereka makan, semakin besar risiko obesitas.

Dilansir dari dailymail.co.uk, Senin (14/6), tim mengungkapkan bahwa mereka yang mengonsumsi UPF tidak merasa kenyang, sehingga mengakibatkan konsumsi berlebih jika dibandingkan dengan makanan yang lebih sehat. Pola makan yang terbentuk pada masa kanak-kanak berakibat hingga dewasa, berpotensi obesitas dan berbagai hasil kesehatan fisik dan mental yang buruk termasuk kanker.

Dokter dan peneliti medis di Inggris, dr Chris Van Tulleken, mengutarakan bahwa mengonsumsi makanan ultra-olahan (UPF) memiliki kesamaan yang mengkhawatirkan dengan merokok. Semakin banyak merokok, semakin besar risiko kanker paru-paru. Semakin banyak konsumsi UPF, semakin besar risiko obesitas.

"Dunia anak-anak kita jenuh dengan UPF ini, tetapi kita hampir tidak menyadarinya. Seringkali mereka disamarkan dengan kemasan cerah dan label baik, seperti rendah lemak atau rendah gula," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengutarakan bahwa mengonsumsi UPF dapat membuat kecanduan secara efektif untuk memakannya."Siapa pun yang mencoba menghentikan seorang anak dari makan semangkuk sereal rasa cokelat akan tahu apa yang terjadi. Anda mendapatkan tingkat kemarahan yang sama seperti jika Anda mencoba merebut sebungkus rokok dari perokok 40 hari," katanya.

Dr Eszter Vamos, Dosen Klinis Senior dalam Pengobatan Kesehatan Masyarakat di Imperial College London, mengatakan mereka menemukan hubungan dosis-respons dengan makanan yang tidak sehat.

"Masa kanak-kanak adalah masa kritis ketika preferensi makanan dan kebiasaan makan terbentuk dengan efek jangka panjang pada kesehatan. Kita tahu bahwa jika anak-anak memiliki berat badan yang tidak sehat di awal kehidupan, ini cenderung berlanjut ke masa remaja dan kemudian dewasa," kata Vamos.

"Kita juga tahu bahwa konsumsi berlebihan makanan ultra-olahan terkait dengan sejumlah masalah kesehatan termasuk kelebihan berat badan atau obesitas, tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe dua dan kanker di kemudian hari," lanjutnya.

Studi ini memberikan data baru tentang dampak pengolahan makanan industri pada kesehatan anak yaitu proses di mana makanan dimodifikasi untuk mengubah konsistensi, rasa, warna, umur simpan atau lainnya melalui perubahan mekanis atau kimia.

Menggunakan data dari kelompok 9.000 anak-anak di daerah Avon di Inggris Barat yang lahir pada awal 1990-an, para peneliti dapat mengikuti perjalanan hidup anak-anak dari usia tujuh hingga usia 24 tahun, dengan data catatan makanan biasa.

Pengukuran data juga dikumpulkan selama 17 tahun, meliputi area termasuk indeks massa tubuh (BMI), berat badan, lingkar pinggang dan pengukuran lemak tubuh. Rata-rata, anak-anak yang makan lebih banyak makanan olahan memiliki BMI, berat badan, dan lingkar pinggang yang lebih tinggi daripada mereka yang makan makanan yang lebih sehat dan seimbang.

Pada saat mereka berusia 24 tahun, kelompok UPF tinggi memiliki BMI 1,2 kg/m2 lebih tinggi, lemak tubuh 1,5 persen lebih tinggi, dan berat badan hingga delapan pon atau sekitar 3,6 kg.

"BMI mereka, penambahan berat badan, dan penambahan lemak tubuh jauh lebih cepat daripada anak-anak yang mengonsumsi lebih sedikit makanan olahan," kata Kiara Chang, rekan peneliti dan penulis pertama studi tersebut.

Tim menyarankan pedoman diet nasional baru untuk menekankan makanan olahan minimal yang serupa dengan yang ada di Prancis, Belgia, Israel, dan Brasil. UPF harus dikenai pajak dan makanan olahan minimal harus disubsidi untuk membuat pilihan makanan yang lebih sehat dan terjangkau. (M-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik