Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PERAIRAN yang memanas sebagai dampak perubahan iklim telah mendorong ribuan spesies laut dari wilayah khatulistiwa ke daerah kutub. Hal ini mengancam ekosistem laut dan mata pencaharian orang-orang yang bergantung padanya.
Menurut para peneliti perbandingan data pada hampir 50.000 spesies selama tiga periode 20 tahun hingga 2015 mengungkapkan, eksodus sejumlah spesies dari perairan tropis semakin cepat.
Dalam laporan yang dimuat di jurnal PNAS itu, mereka menyatakan daerah tropis telah lama menyimpan proporsi kehidupan laut yang sangat besar, tetapi keanekaragaman dapat hilang jika perubahan iklim tidak diatasi.
"Pemanasan global telah mengubah kehidupan di lautan setidaknya selama 60 tahun," kata penulis senior Mark Costello, seorang profesor biologi kelautan di Universitas Auckland, kepada AFP, Senin (5/4).
"Temuan kami menunjukkan penurunan sekitar 1.500 spesies di ekuator. Ini akan berlanjut sepanjang abad, tetapi kecepatannya akan bergantung pada bagaimana kita mengurangi - atau tidak - emisi gas rumah kaca."
Migrasi sejumlah spesies ke kutub lebih terlihat di utara ekuator, tempat lautan menghangat lebih cepat daripada di belahan bumi selatan. Migrasi ini lebih umum terjadi di antara ikan yang hidup di perairan terbuka daripada yang disebut spesies bentik yang hidup di dasar laut.
“Spesies bentik hanya dapat bergerak selama tahap kehidupan terapung mereka, dan dengan demikian pergeseran mereka (kutub) terjadi antargenerasi,” jelas Costello.
“Sebaliknya, spesies yang hidup di laut lepas dapat bergerak bersama massa air selama hidupnya,” imbuhnya.
Studi tersebut juga menemukan, kehidupan laut di perairan tropis menurun ketika suhu laut rata-rata tahunan naik di atas 20 hingga 25 derajat Celcius, tergantung pada spesiesnya.
"Spesies tropis yang 'hilang' kemungkinan besar mengikuti habitat termal mereka saat perairan subtropis menghangat," kata rekan penulis David Schoeman, seorang profesor ekologi di Universitas Nelson Mandela di Port Elizabeth, Afrika Selatan.
Catatan fosil menunjukkan bahwa hal yang sama terjadi 140.000 tahun yang lalu, terakhir kali suhu permukaan global sepanas sekarang.
Menurut para peneliti, migrasi ini berdampak pada stok ikan di sejumlah negara tropis. "Indonesia dan negara-negara lain di dekat ekuator, seperti Afrika Barat, paling merugi karena stok mereka bisa berkurang, karena tidak ada spesies baru yang menggantikan spesies yang pergi,” kata Costello.
Di seluruh dunia, sekitar 1,3 miliar orang tinggal di daerah pesisir tropis, banyak di antaranya bergantung pada perikanan untuk makanan.
Sebuah artikel baru-baru ini di Nature memperkirakan potensi tangkapan maksimum dari stok ikan tropis di wilayah yang disebut zona ekonomi eksklusif - 200 mil laut (370 kilometer) dari pantai - akan menurun 40% pada pertengahan abad jika pemanasan global terus berlanjut. .
Di sebagian besar negara kepulauan Pasifik, tangkapan gabungan cakalang dan tuna sirip kuning - dua ikan yang paling banyak diekspor - akan turun hingga 40% , sementara ikan terumbu karang yang dikonsumsi secara lokal dapat menurun lebih banyak lagi.
Studi di PNAS dimulai dari disertasi doktoral Chhaya Chaudhary dari University of Auckland. (AFP/M-4)
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Komitmen terhadap pengelolaan lingkungan berkelanjutan harus ditegakkan secara konsisten demi menjawab ancaman serius akibat pemanasan global.
Riset terbaru mengungkap pemanasan global membuat ribuan meteorit tenggelam di bawah es Antartika setiap tahun.
Mencairnya gletser memuci letusan gunung api yang lebih sering dan eksplosof, yang memperparah krisis iklim.
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
Pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca meningkat, anggaran karbon Bumi diperkirakan akan habis dalam waktu 3 tahun ke depan.
Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) menyerahkan 23.171 pohon trembesi untuk menghijaukan dua ruas jalan tol di wilayah Bakauheni-Palembang.
Sementara sapi yang mengonsumsi rumput memiliki lebih banyak asam lemak omega-3 dan asam laktat. Kandungan ini penting bagi kesehatan jantung dan sistem pencernaan.
Greenhouse Mangrove bertujuan untuk meningkatkan literasi publik mengenai pentingnya ekosistem mangrove dalam menjaga lingkungan pesisir.
Studi ungkap letusan vulkanik Franklin dan pelapukan batuan cepat 720 juta tahun lalu memicu peristiwa Snowball Earth yang membekukan seluruh planet.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved