ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (9/3) mengatakan satu dari tiga perempuan telah mengalami kekerasan fisik atau pelecehan seksual.
Dalam sebuah laporan terbaru, badan kesehatan PBB itu menemukan sekitar 30% dari semua perempuan dan gadis di atas usia 15 tahun, sekitar 736 juta orang, telah menjadi korban kekerasan semacam itu sepanjang hidup mereka, terutama di tangan pasangan terdekat mereka.
"Kekerasan terhadap perempuan adalah endemik di setiap negara dan budaya, menyebabkan kerugian bagi jutaan perempuan dan keluarga mereka," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan masalah tersebut semakin diperburuk oleh pandemi covid-19.
Claudia Garcia-Moreno, yang ikut menulis laporan tersebut, mengakui para ahli masih menunggu data lengkap yang menunjukkan dampak pandemi. Tapi, kata dia, krisis kesehatan jelas berdampak negatif.
"Kami tahu bahwa situasi bagi banyak perempuan mungkin menjadi lebih buruk," katanya kepada AFP, menunjuk secara khusus kepada sekitar 641 juta perempuan dan gadis berusia di atas 15 tahun yang telah menghadapi kekerasan dari pasangan dekat.
"Perempuan yang sudah berada dalam situasi pelecehan terjebak dalam situasi tersebut. Tiba-tiba mereka menjadi lebih terisolasi dan terus berhubungan dengan pasangan yang kasar."
Pada saat yang sama, tekanan keuangan tambahan dan stres karena memiliki anak di rumah, di antara tantangan lainnya, berisiko memicu kekerasan baru.
"Kami tahu bahwa beberapa faktor yang berkontribusi memperburuk kekerasan dalam rumah tangga secara khusus ada di sana," kata Garcia-Moreno.
Laporan WHO itu didasarkan pada data global dari tahun 2000 hingga 2018. Ini mengikuti laporan pertama tentang subjek yang sama pada 2013, tetapi Garcia-Moreno mengatakan perbandingan itu rumit karena pergeseran metodologi dan akses ke lebih banyak data untuk laporan kedua.
Yang jelas, katanya, konsekuensinya sangat mahal dan perlu tindakan segera.
“Kekerasan oleh pasangan sejauh ini merupakan bentuk kekerasan paling umum terhadap perempuan secara global,” kata laporan itu. (AFP/M-4)