Rabu 10 Maret 2021, 09:00 WIB

Pandemi Diduga Kian Memicu Kekerasan Terhadap Perempuan

Adiyanto | Weekend
Pandemi Diduga Kian Memicu Kekerasan Terhadap Perempuan

Gent SHKULLAKU / AFP
Perempuan meletakkan bunga di instalasi sepatu merah perempuan sebagai simbol untuk mengecam kekerasan terhadap perempuan

 

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (9/3) mengatakan satu dari tiga perempuan telah mengalami kekerasan fisik atau pelecehan seksual.

Dalam sebuah laporan terbaru, badan kesehatan PBB itu menemukan sekitar 30% dari semua perempuan dan gadis di atas usia 15 tahun, sekitar 736 juta orang,  telah menjadi korban kekerasan semacam itu sepanjang hidup mereka, terutama di tangan pasangan terdekat mereka.

"Kekerasan terhadap perempuan adalah endemik di setiap negara dan budaya, menyebabkan kerugian bagi jutaan perempuan dan keluarga mereka," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan masalah tersebut semakin diperburuk oleh pandemi covid-19.

Claudia Garcia-Moreno, yang ikut menulis laporan tersebut, mengakui para ahli masih menunggu data lengkap yang menunjukkan dampak pandemi. Tapi, kata dia, krisis kesehatan jelas berdampak negatif.

"Kami tahu bahwa situasi bagi banyak perempuan mungkin menjadi lebih buruk," katanya kepada AFP, menunjuk secara khusus kepada sekitar 641 juta perempuan dan gadis berusia di atas 15 tahun yang telah menghadapi kekerasan dari pasangan dekat.

"Perempuan yang sudah berada dalam situasi pelecehan terjebak dalam situasi tersebut. Tiba-tiba mereka menjadi lebih terisolasi dan terus berhubungan dengan pasangan yang kasar."

Pada saat yang sama, tekanan keuangan tambahan dan stres karena memiliki anak di rumah, di antara tantangan lainnya, berisiko memicu kekerasan baru.

"Kami tahu bahwa beberapa faktor yang berkontribusi memperburuk kekerasan dalam rumah tangga secara khusus ada di sana," kata Garcia-Moreno.

Laporan WHO itu didasarkan pada data global dari tahun 2000 hingga 2018. Ini mengikuti laporan pertama tentang subjek yang sama pada 2013, tetapi Garcia-Moreno mengatakan perbandingan itu rumit karena pergeseran metodologi dan akses ke lebih banyak data untuk laporan kedua.

Yang jelas, katanya, konsekuensinya sangat mahal dan perlu tindakan segera.

“Kekerasan oleh pasangan sejauh ini merupakan bentuk kekerasan paling umum terhadap perempuan secara global,” kata laporan itu. (AFP/M-4)

 

Baca Juga

MI/SUMARYANTO BRONTO

Hanisah Abdullah: Membuka Lembaran Baru di Rumah Aman

👤(Nas/M-1) 🕔Minggu 26 Maret 2023, 05:50 WIB
TAHUN 2000, Hanisah mewujudkan mimpinya dengan mendirikan pesantren Dayah Diniyah Darussalam di Kabupaten Aceh Barat....
MI/SUMARYANTO BRONTO

Joan Patricia Walu Sudjiati Riwu Kaho: Korban Menjadi Penolong

👤 (Nas/M-1) 🕔Minggu 26 Maret 2023, 05:45 WIB
JOAN Patricia Walu Sudjiati Riwu Kaho atau biasa dipanggil Puput ialah penyintas kekerasan...
MI/SUMARYANTO BRONTO

Velmariri Bambari : Membela Korban Kekerasan Seksual dari Penindasan Hukum Kampung

👤Nike Amelia Sari 🕔Minggu 26 Maret 2023, 05:40 WIB
MESKI kini negara kita telah memiliki perundang-undangan mengenai korban kekerasan seksual dan mengenai perlindungan...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya