Di Coachella 2006, Piramida Daft Punk Ubah Sejarah EDM

Fathurrozak
24/2/2021 01:10
Di Coachella 2006, Piramida Daft Punk Ubah Sejarah EDM
Suasana festival Coachella 2006 pada sesi Daft Punk.(Youtube Coachella )

Alkisah, 15 tahun lalu, festival musik Coachella menjadi saksi sejarah perubahan musik elektronik, khususnya EDM (electronic dance music), secara global. Itu berkat dua 'robot' yang berdiri di atas piramid.

Terdengar bunyi melodi Close Encounters. Para partygoers pun menyambut dengan meriah. Lalu tirai terbuka perlahan, tampak bangunan ala piramida, dan di puncaknya yang terbuka, berdiri dua sosok robot berhelm. Kehadiran mereka dibarengi permainan lampu LED hitam putih yang kemudian berganti warna dengan atraktif seiring dinamika musik. 

Kemunculan Daft Punk dan kelahiran panggung piramida mereka pada gelaran Coachella 2006 itu diakui oleh para disjoki (DJ) sebagai satu game changer di musik elektronik global. “Itu seperti kelahiran EDM di sana. Dari titik itu, musik dance butuh (ruang) pertunjukan besar di panggung. Ya kamu bisa suka, bisa enggak. Tapi faktanya setelah penampilan mereka di Sahara Tent itu, semuanya tidak sama lagi,” kata direktur musik dan penyiar radio KCRW Jason Bentley, dalam dokumenter Coachella: 20 Years in the Desert.

Dokumenter yang menjadi produksi orisinal Youtube itu, turut menampilkan pengaruh Daft Punk terhadap festival itu dan secara luas di luar festival.

Duo yang dua hari lalu mengumumkan berpisah setelah 28 tahun bersama itu muncul dalam bagian ketiga yang dinamai Rise of the Robots. 

DJ Steve Aoki mengatakan,  momentum fenomenal Daft Punk di Coachella, itu mengubah banyak orang, termasuk dirinya. Bahkan, saat dirinya tampil di berbagai tempat, orang-orang akan meneriakkan Daft Punk dan membentuk gerakan tangan seperti piramid yang ada di Coachella.

Pada medio 1990-an, produser musik Richard Melville Hall atau yang juga dikenal dengan Moby menuturkan, musik elektronik tidaklah seeksis seperti saat ini. Pada masa itu, yang tahu ya hanya para penggemarnya. 

Kehadiran Daft Punk di Coachella  saat itupun merupakan satu hal yang unik. Pasalnya, EDM di era tersebut identik dengan fenomena Eropa, sementara Coachella pun identik dengan musik rock. Daft Punk eksis di Coachella sebagai bagian dari tour Alive mereka dan merupakan satu-satunya penampilan mereka di AS dalam rangkaian tour tersebut. 

“Satu hal yang menurutku luar biasa tapi aneh, adalah gelaran Coachella pertama itu sangat berorientasi pada musik elektronik. Saat itu, genre musik ini bermain dan berkembang di jalur underground,” katanya.

Hal itu diamini juga melalui pengamatan DJ asal Kanada, Alain Macklovitch (A-Trak). Ia menuturkan, pada medio 2000-an, Coachella menjadi festival independen yang sudah mapan. Tahun demi tahun, festival ini menyediakan ruangan yang lebih luas bagi para musisi musik elektronik. 

“Ini penting untuk disampaikan menurut saya, untuk mengingatkan kembali ke orang-orang bahwa pada 1999 tidak ada LED masif atau panggung dengan nilai produksi yang besar seperti yang kita tahu sekarang di festival.”

Promotor Pasquale Rotella juga mengaminj, pada 2001-2002 menjadi masa yang sulit bagi kultur musik elektronik. Pasalnya saat itu DEA, BNN-nya AS membuat Crack House Law. Produk hukum itu pun bukan hanya berimbas pada tempat penyelenggaraan acara, tetapi juga ke produser/promotor.

“Venue tidak mau menyewakan tempat. Beberapa produser bahkan tidak mau membuat acara lagi. Kultur hampir dihancurkan. Awal 2000-an itu pun skena musik elektronik berjuang. Dan Coachella tetap menghadirkan musik ini. Itu menjadi tempat yang besar bagi musik dance pada era itu. Dan yang saya senang, festival itu tidak tertarik pada tren atau pada yang tengah terjadi. Ketika festival berjalan dengan sehat, itu akan mendorong musiknya bergerak maju,” kata Rotella.

“Lalu, pada Coachella 2006, Daft Punk bermain. Mereka benar-benar membuat kacau semua orang,” saksi Rotella.

Sementara itu, DJ Carl Cox yang pada tahun itu menjadi headliners festival ikut menyaksikan permainan Daft Punk di panggung piramida. Cox mengakui kejeniusan artistik duo Guy-Manuel de Homem-Christo dan Thomas Bangalter.

“Sebagai headliners, menyaksikan mereka, itu luar biasa. Bagaimana antusiasme mereka sebagai grup, sebagai artis. Mereka membawa sejenis suara funk dan house music dan menjadi lagu elektronik yang baru. Mereka adalah yang pertama yang melampaui siapa pun. Jadi, bagiku ketika mendengarkan mereka itu luar biasa,” kenang Cox. (M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya