Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Ratusan Ribu Orang Mati Akibat Polusi Udara Tahun Lalu

Adiyanto
18/2/2021 10:41
Ratusan Ribu Orang Mati Akibat Polusi Udara Tahun Lalu
warga di salah satu kota di India beraktivitas di tengah udara penuh polusi, 11 Februari 2021(NARINDER NANU / AFP)

KELOMPOK pecinta lingkungan Greenpeace mengungkapkan polusi udara menyebabkan sekitar 160.000 kematian dini di lima kota terpadat di dunia tahun lalu. Bahkan ketika kualitas udara meningkat di beberapa tempat karena penguncian virus korona.

Menurut laporan yang dikeluarkan Greenpeace Asia Tenggara, seperti dilansir AFP, Kamis (18/2), kota yang terkena dampak paling parah adalah New Delhi, ibu kota paling tercemar di Bumi, di mana sekitar 54.000 kematian diperkirakan terjadi karena partikel udara PM2.5 yang berbahaya.

Di Tokyo, sebut laporan itu, angkanya adalah 40.000 dan sisanya tersebar di Shanghai, Sao Paulo, dan Mexico City. Kelompok pecinta lingkungan itu mengamati dampak materi PM2.5, mikroskopis yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.

“Ketika pemerintah memilih batu bara, minyak dan gas daripada energi bersih, kesehatan kitalah yang menanggung akibatnya,” kata Avinash Chanchal, juru kampanye iklim di Greenpeace India.

Partikel PM2.5 dianggap paling berbahaya bagi kesehatan. Mereka merusak jantung dan paru-paru, dan meningkatkan kemungkinan serangan asma yang parah.

Beberapa penelitian telah mengaitkan paparan PM2.5 dengan risiko kematian yang lebih tinggi akibat covid-19.

Laporan tersebut menggunakan perangkat online yang memperkirakan dampak PM 2.5 dengan mengambil data kualitas udara dari situs pemantauan IQAir dan menggabungkannya dengan model risiko ilmiah, serta data populasi dan kesehatan.

Alat tersebut merupakan kolaborasi antara Greenpeace, IQAir, dan Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih.

Terlepas dari jumlah kematian yang tinggi, penguncian virus korona yang diberlakukan di seluruh dunia  yang membuat lalu lintas lengang dan menutup industri yang berpolusi,  untuk sementara membuat langit di atas kota-kota besar, bersih.

Delhi, misalnya, mengalami transformasi dramatis untuk periode tahun lalu ketika pembatasan diberlakukan. Penduduk kota itu bersuka ria di langit biru dan udara bersih. Para ilmuwan mengatakan penurunan besar-besaran beberapa polutan karena penguncian pasti berpengaruh dalam mencegah kematian.

Namun demikian, Greenpeace mendesak pemerintah untuk menempatkan investasi dalam energi terbarukan di tengah upaya pemulihan dari penurunan ekonomi yang dipicu pandemi.

"Untuk benar-benar membersihkan udara kita, pemerintah harus berhenti membangun pabrik batu bara baru, menghentikan pabrik batu bara yang ada, dan berinvestasi pada pembangkit energi bersih, seperti angin dan matahari," kata ilmuwan polusi udara dari grup tersebut Aidan Farrow. (AFP/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya