Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ini Sebabnya Orang Sering Mengenang Masa Lalu

Deden Muhammad Rojani
22/1/2021 20:31
Ini Sebabnya Orang Sering Mengenang Masa Lalu
Ilustrasi: Jam Antik(Unsplash.com/Mahdi Dastmard)

SESEORANG mungkin kadang berpikir masa lalunya jauh lebih baik dan lebih mudah jika dibandingkan sekarang. Hal tersebut merupakan cara yang dimainkan pikiran, terutama saat seseorang merasa lemah atau sedang dalam kesulitan.

Psikolog mengungkapkan ingatan seseorang tentang indahnya masa lalu bisa jadi bertentangan dengan fakta yang terjadi sebenarnya. Mark Travers, Ph.D, seorang psikolog menyebut, permainan pikiran itu jarang menilai secara objektif bahwa masa lalu seseorang memang lebih baik atau sebaliknya.

Travers menyebut pola pikir yang ‘cacat’ ini sebagai rosy retrospection, yaitu fenomena psikologis seseorang yang terkadang menilai masa lalu secara tidak proporsional, menganggap lebih positif jika dibandingkan masa kini.

Kata Travers, fenomena tersebut terjadi ketika seseorang berpikir tentang masa lalu akan cenderung berpikir tentang orang, peristiwa, tempat, dan hal-hal secara abstrak. “Dan, ketika seseorang berpikir tentang hal-hal secara abstrak, ia akan lebih cenderung fokus pada generalisasi positif daripada peristiwa detail yang mungkin tidak begitu baik,” seperti dilansir psichologytoday, Kamis (21/1).

Travers mengatakan, dengan kata lain, detail negatif tentang peristiwa masa lalu keluar atau dikesampingkan dari ingatan seiring berjalannya waktu, sementara aspek positif dari pengalaman masa lalu tetap ada. 

"Jika ini terjadi, itu bagus. Karena itu akan membuat kita tetap dalam kerangka berpikir positif saat ini. Jika pikiran kita tidak bekerja seperti ini, kecil kemungkinan kita untuk pergi pada liburan yang sama tahun depan, atau terlibat dalam aktivitas lain yang penting untuk kesejahteraan psikologis kita," ungkap Travers.

Faktanya, kata dia, orang yang cenderung mengingat pengalaman negatif lebih banyak daripada pengalaman positif, cenderung menunjukkan gangguan mood seperti depresi.  Dengan kata lain, rosy retrospection adalah bias kognitif dan memiliki tujuan penting.

Para peneliti menemukan bahwa optimisme paling rendah pada usia dua puluhan, kemudian meningkat secara bertahap melalui usia tiga puluhan dan empat puluhan, memuncak pada usia lima puluhan, dan secara bertahap menurun setelah itu. Studi lain menemukan bahwa kepuasan hidup di negara-negara Anglo seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Inggris, cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.

"Dengan kata lain, ada bukti bagus yang menunjukkan bahwa hari-hari terindah Anda masih akan datang. Dan, meskipun tidak, tetap penting untuk berasumsi bahwa mereka memang benar. Jangan menghindar dari melihat masa lalu dengan tingkat kesukaan tertentu. Tapi, dengan cara yang sama/proporsional. Jangan pula gunakan masa lalu sebagai alasan untuk tidak bahagia di masa sekarang," tutupnya. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya