Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Yasir Nene Ama: Bukan Jurnalis Biasa

Bagus Pradana
20/12/2020 01:05
Yasir Nene Ama: Bukan Jurnalis Biasa
Yasir Nene Ama(MI/ANDRI WIDIYANTO)

SOSOKNYA tidak asing di layar kaca sebagai jurnalis dan pembaca berita di Kompas TV. Namun, tidak hanya menjalankan tugas jurnalisme, Yasir Nene Ama juga terpanggil berbuat lebih bagi masyarakat. Pria yang menjadi jurnalis sejak 2002 itu telah beberapa kali menggalang dana untuk tanah kelahirannya.

Menjadi bintang tamu acara Kick Andy episode Jurnalis: Berkarya dan Bermakna yang tayang hari ini (20/12), Yasir menuturkan jika permulaannya di kegiatan sosial berkat sang ayah. “Ayah saya telepon dan meminta saya mencarikan bantuan untuk masjid. Mungkin ayah melihat aku juga wartawan di sini, siapa tahu memiliki jaringan yang bagus untuk bisa bantu masjid,” tutur Yasir kepada Andy F Noya.

Masjid yang dimaksud sang ayah berada di tempat terpencil di Desa Horinara yang berada di kaki Gunung Ile Boleng Pulau Adonara, Flores Timur. Masjid Nurul Ihsan yang dibangun pada 1958 itu rusak di banyak bagiannya, termasuk atap dan dinding, hingga bangunannya hampir roboh.

Yasir yang kelahiran Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyadari besarnya fungsi masjid itu, bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga tempattempat syiar agama dan berkumpul warga muslim yang merupakan penduduk minoritas di sana.

Mulanya penggalangan dana dilakukannya secara mandiri. Pria lulusan Institut Pertanian Bogor itu hanya mengajak beberapa rekan sejawat untuk menjadi donatur bagi renovasi masjid tersebut.

Namun, karena merasa khawatir timbulnya ketidakpercayaan dari donatur terhadap pengelolaan uang, pada 25 Oktober 2016 Yasir memutuskan menggalang dana melalui Kitabisa. com. “Saya butuh lembaga yang bisa memperjelas bahwa ini benar adanya. Kalau ke depan ada apaapa bisa dipertanggungjawabkan,” tambah pria berusia 31 tahun itu.

Usaha Yasir pun mendapat respons positif dari warganet. Melalui platform tersebut tidak hanya menjamin akuntabilitas, dana yang terkumpul pun lebih besar, hingga lebih dari Rp700 juta.

Suksesnya penggalangan dana itu membuat Yasir ingin mengulang bagi kepentingan warga yang lain. Pada 2018, ia menggalang dana untuk beberapa daerah tertinggal di Flores.

Dengan mengusung tajuk kampanye Tabungan Hari Raya (THR) untuk warga duafa di Flores Timur, Yasir berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp23 juta melalui platform yang sama. Dana itu lalu ia salurkan kepada 100 duafa di tanah kelahirannya.

“Di sana itu rata-rata warga hidup dengan bertani, nelayan, yang ratarata menengah ke bawah. Jadi, banyak yang harus dibantu, apalagi ini kampung halaman saya, jadi pengin lakuin sesuatu,” tegasnya. Yasir pun menjadi potret jurnalis yang tidak hanya berbuat lewat berita, tetapi juga aksi langsung. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya