Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Perkembangan Museum di Indonesia

Sumber: Statistik Kebudayaan Indonesia 2019/Kemendikbud/Tim Riset MI-NRC
11/10/2020 05:50
Perkembangan Museum di Indonesia
(Sumber: Statistik Kebudayaan Indonesia 2019/Kemendikbud/Tim Riset MI-NRC)

HARI Museum Nasional kali pertama diputuskan pada Mei 2015 di kantor Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Jakarta. Saat itu beberapa tokoh permuseuman hadir untuk membahas pencanangan hari museum, semisal pemerhati budaya Nunus Supardi, dosen arkeologi UI Prof Agus Aris Munandar, dan penulis arkeologi Djulianto Susantio.

Sejumlah narasumber pun mengutarakan usulan masing-masing. Prof Agus, misalnya, mengusulkan hari museum pada 9 Maret. Ia mengacu ke tanggal peresmian perubahan nama dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.

Djulianto mengusulkan 5 Maret sebagai hari musuem berdasarkan kelahiran tokoh yang berperan besar untuk memajukan museum di seluruh Tanah Air, Moh Amir Sutaarga, yang juga dikenal banyak kalangan sebagai Bapak Museum Indonesia.

Sementara itu, Nunus mengusulkan 12 Oktober dengan mengacu ke Musyawarah Museum se-Indonesia pertama di Yogyakarta pada 12-14 Oktober 1962.

Setelah pemungutan suara dilakukan, mayoritas peserta lebih banyak menyetujui usulan Nunus. Sejak saat itu, 12 Oktober diperingati sebagai Hari Museum Nasional setelah beberapa tahun perayaan permuseuman dilakukan setiap 18 Mei, yaitu Hari Museum Internasional.

Diketahui, tujuan penentuan hari museum ialah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk semakin mengapresiasi dan menyayangi museum-museum Indonesia, menumbuhkan kebanggaan dan penghargaan terhadap kebudayaan bangsa, serta menumbuhkan pemahaman tentang jati diri dan kepribadian bangsa.

Museum di era kolonial


Perkembangan museum di Tanah Air tidak dapat dilepaskan dari zaman kolonial. Pada saat itu didirikan Museum Van Het BGKW--saat ini Museum Nasional--yang merupakan wujud perhatian elite pada penelitian, pemeliharaan, pembinaan, dan pengembangan kebudayaan yang ada di Indonesia.

Lahirnya museum ini juga menjadi cikal-bakal berdirinya museum di daerah-daerah lain di Tanah Air, semisal Museum Radya Pustaka, Surakarta (1890), dan Museum Zoologi, Bogor (Agustus 1894).

Setelah Indonesia merdeka, perhatian pemerintah terkait dengan warisan budaya, termasuk museum, semakin meningkat.

Salah satu program yang dilakukan ialah Rencana  pembangunan Lima Tahunan (Pelita) yang dimulai pada 1969 dan berlangsung selama 30 tahun. Tujuan Program Pelita saat itu ialah menyelamatkan dan melestarikan warisan budaya dan warisan alam serta memperkenalkan kepada masyarakat tentang latar belakang budaya provinsi yang bersangkutan dengan berbagai ciri yang dimiliki.

Kondisi saat ini


Jumlah museum di Indonesia semakin bertambah dengan cepat sejak 2009 yang hanya 269. Saat ini, berdasarkan Statistik Kebudayaan Indonesia 2019 yang dikeluarkan Kemendikbud, jumlahnya sudah mencapai 435 museum, terbanyak di DKI Jakarta (64), diikuti Jawa Tengah (54), Jawa Timur (45), dan DI Yogyakarta (44). (lihat grafik)

Dari 435 museum tersebut, 184 museum (42,3%) sudah melewati standardisasi. Rinciannya, 33 museum mendapat predikat sangat baik (A), 47 mendapat predikat baik (B), 97 berada di kategori cukup (C), dan 7 berada di kategori D.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya