Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
SEJUMLAH arkeolog baru-baru ini telah melakukan ekspedisi di sebuah situs pemakaman besar, di Gurun Saqqara, Mesir. Dalam ekspedisi tersebut, mereka telah berhasil menemukan 13 sarkofagus (peti mati) berusia 2.500 tahun, yang mana kondisinya masih terjaga dengan baik atau tersegel.
Situs itu sendiri terletak di selatan Kairo, atau kurang lebih berjarak 30 kilometer dari wilayah metropolitan negara Mesir tersebut. Gurun Saqqara selama ini juga dikenal dengan pemandangan nekropilisnya yang ikonik, dimana ia memiliki piramid bertangga yakni Djoser, dan ada pula dua piramid lainnya yaitu Unas dan Userkaf.
Para arkeolog sebenarnya menemukan ribuan peti mati di situs tersebut. Namun, hanya 13 peti itulah yang kondisinya masih baik hingga saat ini, bahkan ada pula sebagian cat yang masih menempel di atas kayu. Di sisi lain, pencurian dan perusakan sarkofagus adalah persoalan yang tengah diperhatikan oleh otoritas setempat. Oleh karena itu, para arkeolog menganggap penemuan ini dapat menawarakan wawasan yang unik dari masa lalu.
Melalui laman Science Alert, para ahli mengatakan Saqqara dulunya adalah ibu kota Mesir kuno. Temuan ini menjadi salah satu yang terbesar, setidaknya sejak tahun lalu ketika para ahli menemukan 30 sarkofagus di situs Al-Assasif.
Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir menambahkan, 13 peti mati yang ditemukan di Saqqara digali dari kedalaman 11 meter. Menteri Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir, Khaled Al-Anani pun turut memberikan apresiasinya atas temuan dalam ekspedisi kali ini.
"Ada perasaan yang tak terlukiskan saat Anda menyaksikan penemuan arkeologi baru ini," katanya, seperti dilansir Ladbible, Senin, (14/9).
Punya rencana liburan yang berbeda dari biasanya? Mengunjungi museum olahraga di berbagai penjuru dunia bisa jadi pilihan liburan yang tak hanya menghibur, tetapi juga penuh dengan sejarah.
UPAYA segera menindaklanjuti proses repatriasi sejumlah benda bersejarah ke tanah air merupakan bagian penting dalam pembangunan sektor kebudayaan nasional.
Pengetahuan tentang kriteria sebuah warisan zaman dulu dapat diklasifikasikan sebagai cagar budaya masih minim di tengah masyarakat Indonesia.
Pada Juli lalu, kolektor seni asal Australia, Michael Abbot telah menghibahkan enam lembar Al-Quran tulis tangan abad ke 17 kepada Museum Negeri NTB.
Selama kunjungan ke Burkina Faso pada 2017, Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk mengembalikan ‘warisan’ Afrika ini dalam waktu lima tahun.
Benda-benda yang disita itu antara lain, patung gajah batu kapur dari Timur Tengah kuno hingga sebuah patung abad ketujuh dari Tiongkok.
PENELITI senior BRIN Lili Romli menyayangkan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon tentang tidak adanya bukti yang kuat terjadinya pemerkosaan massal pada Mei 1998.
Menurutnya, pengingkaran terhadap peristiwa tersebut adalah bentuk penghapusan jejak sejarah Indonesia.
Proyek penyusunan ulang sejarah Indonesia ini sangat problematik dan potensial digunakan oleh rezim penguasa untuk merekayasa dan membelokkan sejarah sesuai dengan kepentingan rezim.
Pegiat HAM Perempuan Yuniyanti Chizaifah menegaskan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut tidak ada pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998
Djarot mengatakan penulisan sejarah seharusnya berdasarkan fakta, bukan berdasarkan kepentingan politik. Maka dari itu, ia mengingatkan agar sejarah tidak dimanipulasi.
KETUA DPR RI Puan Maharani menanggapi rencana Kementerian Kebudayaan untuk menjalankan proyek penulisan ulang sejarah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved