Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Virus SARS-CoV-2 penyebab pandemi covid-19 diprediksikan akan melambat penyebarannya ketika suhu dan tingkat kelembaban meningkat. Berdasarkan penelitian baru-baru ini disebutkan bahwa suhu hangat dapat memperlambat penyebaran koronavirus jenis baru tersebut, namun tidak berarti memberantas sepenuhnya.
Para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan bahwa 90% transmisi covid-19 yang berlangsung hingga Minggu (22/3), terjadi di daerah-daerah dengan suhu rendah yakni antara 2,9 hingga 17 derajat Celcius dan kelembaban absolut 4 hingga 9 gram per meter kubik (g/m3).
Covid-19 juga melanda negara-negara dengan iklim khatulistiwa dan di belahan bumi selatan yang sedang musim panas. Namun daerah dengan suhu rata-rata di atas 18 derajat Celcius dan kelembaban absolut lebih dari 9 g/m3, jumlah kasus covid-19 hanya menyumbang kurang dari 6% keseluruhan kasus global.
"Di mana pun suhu lebih dingin, jumlah kasus (covid-19) mulai meningkat dengan cepat. Anda melihat ini di Eropa, sekalipun perawatan kesehatan di sana adalah yang terbaik di dunia,” terang seorang ilmuwan komputasi dari MIT yang terlibat dalam penelitian, Qasim Bukhari.
Berbicara kepada New York Times, pola itu disebutnya juga berlaku di Amerika Serikat (AS). Menurut Bukhari covid-19 telah berkembang lebih lambat di negara-negara bagian wilayah selatan AS, seperti Arizona, Florida dan Texas dibandingkan dengan New York, Washington, dan Colorado yang lebih condong ke utara.
Setidaknya dua penelitian lain menunjukkan kesimpulan yang mirip. Salah satunya analisis yang dilakukan oleh peneliti Tiongkok dari Universitas Beihang dan Universitas Tsinghua. Tim peneliti menemukan bahwa sebelum pemerintah Tiongkok mengambil langkah tegas untuk menghentikan penyebaran covid-19 antara 21 dan 23 Januari, kota-kota di wilayah utara Tiongkok yang memiliki suhu dan kelembaban rendah melaporkan tingkat penularan infeksi yang lebih tinggi.
Sebaliknya di kota-kota Tiongkok bagian pesisir tenggara yang memiliki suhu lebih hangat dan lingkungan yang lebih lembab dilaporkan penularan infeksi covid-19 lebih lambat. Sementara itu, analisis lain yang dilakukan oleh para peneliti dari Spanyol dan Finlandia menemukan bahwa covid-19 cenderung menyebar di wilayah dengan kondisi kering dan suhu antara -2 hingga 10 derajat Celcius.
BACA JUGA: Riset Anyar Sebut Virus Covid-19 bisa Bertahan 2 Minggu di Permukaan Benda
Bukhari mencatat bahwa faktor-faktor lain seperti pembatasan perjalanan, physical distancing, serta ketersediaan tes dan beban rumah sakit juga ikut memengaruhi hasil tersebut. Bukhari mengatakan suhu yang lebih hangat kemungkinan akan membuat virus lebih sulit bertahan hidup di udara atau permukaan untuk jangka waktu yang lama misalnya hingga berhari-hari, namun bisa saja masih dapat menular selama berjam-jam.
"Kita masih harus mengambil tindakan pencegahan yang kuat. Suhu yang lebih hangat dapat membuat virus ini menjadi kurang efektif, namun transmisi yang kurang efektif tidak berarti tidak adanya penularan," pungkas Bukhari. (NYTimes/M-2)
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Pneumonia bisa menjadi invasif dan berat bagi orang dewasa, terlebih bagi individu yang memiliki penyakit komorbid misalnya HIV atau penyakit jantung pada usia lanjut.
Hari Hepatitis Sedunia dirayakan setiap tanggal 28 Juli sebagai aksi global untuk menunjukkan perhatian terhadap hepatitis yang masih menjadi risiko besar bagi kesehatan masyarakat.
Varian baru virus SARS-CoV-2 yang dikenal dengan nama Nimbus atau varian NB.1.8.1 mulai menarik perhatian dunia setelah penyebarannya meningkat di sejumlah negara Asia.
PARA ilmuwan di Tiongkok telah menemukan sejumlah virus baru yang belum pernah terlihat sebelumnya pada kelelawar yang hidup di dekat manusia.
Peneliti di Tiongkok menemukan 20 virus baru di ginjal kelelawar Yunnan, dua di antaranya mirip dengan virus mematikan Nipah dan Hendra.
Pengurus IDI, Iqbal Mochtar menilai bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) untuk covid-19 merupakan hal yang wajar.
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
PEMERINTAH Amerika Serikat membekukan dana sebesar 500 juta dolar AS yang dialokasikan untuk proyek vaksin mRNA produksi produsen bioteknologi CureVac dan mitranya, Ginkgo Bioworks.
Stratus (XFG), varian COVID-19 baru yang kini dominan di Indonesia, masuk daftar VOM WHO. Simak 5 hal penting menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama.
LAPORAN terbaru Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa covid-19 XFG atau covid-19 varian stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved