Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
Virus SARS-CoV-2 penyebab pandemi covid-19 diprediksikan akan melambat penyebarannya ketika suhu dan tingkat kelembaban meningkat. Berdasarkan penelitian baru-baru ini disebutkan bahwa suhu hangat dapat memperlambat penyebaran koronavirus jenis baru tersebut, namun tidak berarti memberantas sepenuhnya.
Para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan bahwa 90% transmisi covid-19 yang berlangsung hingga Minggu (22/3), terjadi di daerah-daerah dengan suhu rendah yakni antara 2,9 hingga 17 derajat Celcius dan kelembaban absolut 4 hingga 9 gram per meter kubik (g/m3).
Covid-19 juga melanda negara-negara dengan iklim khatulistiwa dan di belahan bumi selatan yang sedang musim panas. Namun daerah dengan suhu rata-rata di atas 18 derajat Celcius dan kelembaban absolut lebih dari 9 g/m3, jumlah kasus covid-19 hanya menyumbang kurang dari 6% keseluruhan kasus global.
"Di mana pun suhu lebih dingin, jumlah kasus (covid-19) mulai meningkat dengan cepat. Anda melihat ini di Eropa, sekalipun perawatan kesehatan di sana adalah yang terbaik di dunia,” terang seorang ilmuwan komputasi dari MIT yang terlibat dalam penelitian, Qasim Bukhari.
Berbicara kepada New York Times, pola itu disebutnya juga berlaku di Amerika Serikat (AS). Menurut Bukhari covid-19 telah berkembang lebih lambat di negara-negara bagian wilayah selatan AS, seperti Arizona, Florida dan Texas dibandingkan dengan New York, Washington, dan Colorado yang lebih condong ke utara.
Setidaknya dua penelitian lain menunjukkan kesimpulan yang mirip. Salah satunya analisis yang dilakukan oleh peneliti Tiongkok dari Universitas Beihang dan Universitas Tsinghua. Tim peneliti menemukan bahwa sebelum pemerintah Tiongkok mengambil langkah tegas untuk menghentikan penyebaran covid-19 antara 21 dan 23 Januari, kota-kota di wilayah utara Tiongkok yang memiliki suhu dan kelembaban rendah melaporkan tingkat penularan infeksi yang lebih tinggi.
Sebaliknya di kota-kota Tiongkok bagian pesisir tenggara yang memiliki suhu lebih hangat dan lingkungan yang lebih lembab dilaporkan penularan infeksi covid-19 lebih lambat. Sementara itu, analisis lain yang dilakukan oleh para peneliti dari Spanyol dan Finlandia menemukan bahwa covid-19 cenderung menyebar di wilayah dengan kondisi kering dan suhu antara -2 hingga 10 derajat Celcius.
BACA JUGA: Riset Anyar Sebut Virus Covid-19 bisa Bertahan 2 Minggu di Permukaan Benda
Bukhari mencatat bahwa faktor-faktor lain seperti pembatasan perjalanan, physical distancing, serta ketersediaan tes dan beban rumah sakit juga ikut memengaruhi hasil tersebut. Bukhari mengatakan suhu yang lebih hangat kemungkinan akan membuat virus lebih sulit bertahan hidup di udara atau permukaan untuk jangka waktu yang lama misalnya hingga berhari-hari, namun bisa saja masih dapat menular selama berjam-jam.
"Kita masih harus mengambil tindakan pencegahan yang kuat. Suhu yang lebih hangat dapat membuat virus ini menjadi kurang efektif, namun transmisi yang kurang efektif tidak berarti tidak adanya penularan," pungkas Bukhari. (NYTimes/M-2)
Virus ini dapat masuk ke tubuh manusia lewat perantara nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.
MUNCULNYA virus baru dengan nama HKU5-CoV-2. Virus corona baru itu ditemukan di Tiongkok. Kenali ciri-ciri virus HKU5-CoV-2 dan fakta-faktanya
Dikutip dari Daily Mail gejala khas dari varian Nimbus ditandai dengan rasa sakit yang tajam dan menusuk saat menelan, seringkali di bagian belakang tenggorokan.
Melonjaknya angka covid-19 di negara-negara tetangga perlu menjadi sinyal kewaspadaan yang bukan hanya harus direspons otoritas kesehatan tetapi juga masyarakat.
Dalam susu sapi, kami menemukan enam jenis oligosakarida asam dan empat jenis oligosakarida netral yang memiliki potensi bioaktif.
Virus Marburg adalah patogen yang sangat menular dan mematikan dengan tingkat kematian hingga 88%.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Masyarakat harus selalu waspada serta selalu menjaga pola hidup sehat bersih (PHBS).
DALAM menghadapi kembali merebaknya covid-19, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi UPG Makassar mengambil langkah tegas dengan memperketat protokol kesehatan saat menyambut kepulangan jemaah haji dari Tanah Suci.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved