Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Efektifkah Penyemprotan Disinfektan untuk Atasi Covid-19?

Melalusa Susthira K
24/3/2020 17:00
Efektifkah Penyemprotan Disinfektan untuk Atasi Covid-19?
Petugas melakukan penyemprotan disinfektan pada fasilitas umum di Jakarta(MI/Insi iNantika Jelita)

UNTUK meminimalisir risiko penyebaran covid-19 yang dapat menular antarmanusia, berbagai cara dilakukan. Salah satunya ialah menyemprotkan cairan desinfektan di berbagai ruas jalan. Namun apakah cara tersebut efektif mencegah penularan covid-19?

Menurut berbagai laporan dari kota-kota termasuk, Shanghai, di Tiongkok dan Gwangju di Korea Selatan, desinfektan yang paling umum digunakan untuk menyemprot luar ruangan ialah larutan natrium hipoklorit atau pemutih rumah tangga yang diencerkan. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah larutan pemutih dapat membunuh virus covid-19 di luar ruangan. Kalau pun dapat membunuh virus covid-19 pada permukaan, tidak diketahui dengan jelas apakah itu dapat membunuh virus covid-19 di udara.

Seperti dikutip Sciencemag.org, seorang ilmuwan kesehatan lingkungan dari Emory University di Amerika Serikat (AS), Juan Leon, mengatakan bahwa cairan pemutih sendiri dapat rusak di bawah sinar ultraviolet (UV). Leon juga menyebut sinar UV tampaknya menghancurkan virus covid-19, terlebih paparan  virus itu dari permukaan luar ruangan sendiri mungkin sudah terbatas.

"Tidak ada yang berkeliling menjilati trotoar atau pohon," ujar Leon memberi contoh.

Seorang mahasiswa pascasarjana yang bekerja di lab milik Leon, Julia Silva Sobolik, bahkan menyebut kemungkinan ada kerugian yang ditimbulkan dari penyemprotkan desinfektan dengan cairan pemutih. Ia mengatakan menyemprotkan cairan desinfektan dengan larutan pemutih dapat membawa risiko kesehatan, salah satunya masalah pernapasan. Risiko tersebut, sambung Julia, terutama mengintai bagi pekerja yang bertugas menyemprotkannya.

"Pemutih sangat mengiritasi selaput lendir," kata Julia.

Julia mengatakan berdasarkan penelitian di JAMA Network Open pada 2019 lalu ditemukan bahwa perawat yang secara rutin menggunakan cairan desinfektan untuk membersihkan permukaan berisiko lebih tinggi terkena penyakit paru obstruktif kronis. Sedangkan berdasarkan penelitian pada 2017 lalu paparan desinfektan dikaitkan dengan munculnya asma pada orang dewasa di Jerman. Kedua penelitian tersebut berhubungan dengan paparan desinfektan jangka panjang atau selama bertahun-tahun.

Sementara itu seorang peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Zhang Liubo, memperingatkan perihal bahaya pencemaran lingkungan dari menyemprotkan cairan desinfektan berulang kali pada permukaan luar ruangan seperti ruas jalan, lapangan, atau halaman rumput.

“Tidak boleh disemprotkan dengan desinfektan berulang kali. Menyemprotkan disinfektan ke area yang luas dan berulang kali dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan harus dihindari,” terang Liubo.

Lantas apa cara terbaik yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko penularan covid-19? Mengingat kontak orang-ke-orang merupakan rute penularan covid-19 yang paling memungkinkan, Leon mengimbau untuk fokus pada cara meminimalkan kontak tersebut dan menjaga kebersihan.

“Tetap di rumah jika Anda sakit, kurangi kontak dekat dengan orang lain, pastikan untuk menutup mulut Anda jika bersin atau batuk, dan cuci tangan secara teratur selama setidaknya 20 detik,” jelas Leon.

"Sesederhana seperti kedengarannya, tapi itu efektif,” tambah Julia. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya