Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Oxfam Dorong Keseteraan Gender dan Cegah Perkawinan Anak

Bagus Pradana
04/3/2020 18:36
Oxfam Dorong Keseteraan Gender dan Cegah Perkawinan Anak
Para aktivis perempuan mengadakan Kampanye Nasional untuk mendorong penyelesaian berbagai kasus diskriminasi gender di Indonesia.(MI/Bagus Pradana)

MEMERINGATI Hari Perempuan Internasional 2020, Oxfam Indonesia berkolaborasi dengan sejumlah aktivis dan pegiat isu perempuan mengadakan Kampanye Nasional untuk mendorong penyelesaian berbagai kasus diskriminasi gender yang masih sering terjadi di Indonesia.

Lemahnya posisi tawar perempuan di berbagai ranah kehidupan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perempuan selalu berada dalam posisi subordinat. Oxfam Indonesia, sebuah lembaga nirlaba di bidang sosial kemanusiaan, menilai masih banyak perempuan di Indonesia yang mengalami ketimpangan dan diskriminasi secara berlapis.

Salah satu misi mereka untuk menyelesaikan berbagai masalah ketimpangan yang dialami oleh perempuan-perempuan di Indonesia adalah dengan mendorong kepemimpinan perempuan mulai dari ranah domestik (keluarga) hingga ke ranah publik.  

"Komitmen kami untuk mendorong kepemimpinan perempuan telah bulat, kami harap ini dapat menjadi gerakan bersama bagi seluruh aktor pembangunan. Satu cara untuk mengurangi ketimpangan di dunia adalah dengan memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap sumberdaya, pelayanan publik, serta kesempatan dalam sektor ekonomi dan ruang dalam politik yang terjamin," ungkap Maria Lauranti, Direktur Oxfam Indonesia dalam konferensi pers Kampanye Nasional peringatan Hari Perempuan Internasional 2020 yang diselenggarakan di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (4/3).

Berbagai upaya pengarusutamaan gender telah rutin dilakukan Oxfam di Indonesia, namun tetap saja belum mampu membuat Indonesia menjadi negara yang layak untuk perempuan. Salah satu isu yang mendapatkan highlight dari Oxfam Indonesia dalam peringatan Hari Perempuan Internasional tahun ini adalah maraknya perkawinan anak di Indonesia, yang tentu saja korban utamanya adalah perempuan.

Maria mengatakan, meskipun batas usia perkawinan telah ditingkatkan, longgarnya rambu-rambu tentang perkawinan menjadikan praktek perkawinan anak masih sering terjadi di Indonesia. Merujuk pada data UNICEF tahun 2018, sebanyak 1.220.900 anak perempuan di Indonesia dinikahkan dalam usia yang masih belia (di bawah 18 tahun).

Oxfam menilai perkawinan anak adalah permasalahan serius yang butuh penanganan segera, dan peran perempuan muda dalam pencegahan menjadi sangat penting. Oleh karena itu, Oxfam Indonesia berkomitmen untuk mengajak generasi muda di Indonesia untuk aktif dalam pencegahan perkawinan anak ini.

Turut hadir dalam kampanye tersebut, Monita yang merupakan Duta Muda Berdaya dan Berkarya dari Oxfam. Ia adalah seorang perempuan muda asal Kabupaten Maros yang hampir menjadi korban pernikahan anak ketika menginjak usia 17 tahun. Ia selamat dari praktik tersebut karena berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya di Makasar.

"Kultur di daerah saya, perempuan masih ditempatkan di kasur, sumur, dan dapur sehingga sulit bagi kami untuk berorganisasi atau berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Menurut saya praktik pernikahan anak ini harus segera dihentikan, saya tidak bisa membayangkan sampai kapan perempuan-perempuan muda yang memiliki potensi untuk maju di desa saya harus berakhir dalam jerat perkawinan anak ini," pungkas Monita. (M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya