Headline
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
ASTEROID 2014 TN17–sebuah objek luar angkasa yang berukuran dua kali lipat dari Taj Mahal, menarik perhatian para astronom di seluruh dunia.
Dengan diameter sekitar 540 kaki (165 meter) dan kecepatan menakjubkan mencapai 77.282 km/jam, asteroid ini melintas dekat Bumi pada 26 Maret 2025, dengan jarak aman sekitar 5 juta kilometer.
Namun, klasifikasinya sebagai potentially hazardous asteroid (PHA) oleh NASA mengingatkan kita akan pentingnya pemantauan berkelanjutan terhadap objek-objek semacam ini.
Klasifikasi PHA diberikan kepada asteroid yang memenuhi dua kriteria utama:
Jika asteroid sebesar 2014 TN17 menabrak Bumi, energi yang dilepaskan bisa setara dengan ratusan bom nuklir.
Sejarah mencatat peristiwa ledakan Tunguska di Siberia pada 1908, yang menghancurkan lebih dari 80 juta pohon akibat tabrakan objek yang ukurannya hanya setengah dari asteroid ini.
Bayangkan dampak destruktif yang dapat ditimbulkan jika asteroid ini benar-benar menabrak Bumi.
Meski jaraknya aman, ukuran 2014 TN17 cukup untuk menghancurkan sebuah kota jika suatu saat bertabrakan dengan Bumi.
NASA dan organisasi lain seperti Center for Near-Earth Object Studies (CNEOS) terus memantau asteroid seperti 2014 TN17 menggunakan teleskop canggih dan radar.
Tujuannya adalah mendeteksi perubahan orbit sedini mungkin untuk mencegah potensi bencana di masa depan. Pemantauan ini merupakan bagian dari strategi pertahanan planet yang melibatkan kerja sama internasional.
Asteroid 2014 TN17 memberikan pengingat penting tentang perlunya pemantauan objek dekat—Bumi secara terus-menerus. Meskipun lintasannya aman saat ini, klasifikasinya sebagai PHA menunjukkan bahwa kewaspadaan tetap diperlukan untuk melindungi planet kita dari ancaman kosmik di masa depan. (Times of India, Times Now News, BizzBuzz/Z-1)
Sekitar 70% dari keseluruhan mikroba di Bumi hidup di bawah tanah. Secara kolektif, mikroba ini menghasilkan sekitar 15 hingga 23 miliar ton karbon.
Dengan kedua CubeSat kecilnya, misi PREFIRE (Polar Radiant Energy in the Far-InfraRed Experiment) NASA adalah menangkap panas tak terlihat yang keluar dari Bumi
Hasil penelitian terbaru kami memberikan bukti terkuat sejauh ini bahwa setidaknya beberapa komet tipe Halley membawa air dengan tanda isotop yang sama seperti yang ditemukan di Bumi.
Sekitar dua pertiga emisi metana di atmosfer berasal dari mikroba yang hidup di lingkungan tanpa oksigen, seperti lahan basah, sawah, dan perut hewan ternak.
Empat satelit PUNCH berhasil menempati posisi orbit yang direncanakan di sekitar bumi untuk mendapatkan pandangan ke arah matahari.
Penelitian NASA ungkap Bumi bisa alami penurunan drastis oksigen dalam 10.000 tahun akibat evolusi Matahari. Ancaman bagi kelangsungan hidup manusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved