Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PERJALANAN kosmik ini mungkin mempengaruhi iklim Bumi dengan mengompresi heliosfer dan meningkatkan debu antarbintang, mungkin meninggalkan jejak dalam catatan geologi. Menggunakan data dari misi Gaia ESA, para ilmuwan menunjukkan bagian ini dan menghubungkannya dengan Transisi Iklim Miosen Tengah, sebuah perubahan besar dalam sejarah iklim Bumi.
Sebuah tim peneliti internasional yang dipimpin para ilmuwan dari Universitas Wina, menemukan Tata Surya kita melewati kompleks pembentukan bintang Orion, bagian dari Gelombang Radcliffe yang lebih besar, sekitar 14 juta tahun yang lalu.
Perjalanan melalui wilayah ruang angkasa yang padat ini mungkin menekan heliosfer, gelembung pelindung yang mengelilingi Tata Surya kita, dan meningkatkan aliran debu antarbintang. Para ilmuwan percaya ini dapat mempengaruhi iklim Bumi dan meninggalkan jejak dalam catatan geologi.
Temuan mereka yang diterbitkan baru-baru ini di Astronomi & Astrofisika, menyoroti hubungan yang menarik antara astrofisika, paleoklimatologi, dan geologi. Saat Tata Surya mengorbit pusat Bima Sakti, ia bergerak melalui lingkungan galaksi yang berbeda.
"Bayangkan itu seperti kapal yang berlayar melalui berbagai kondisi di laut. Matahari kita menemukan wilayah dengan kepadatan gas yang lebih tinggi saat melewati Gelombang Radcliffe di konstelasi Orion,”ujar Efrem Maconi, penulis utama dan mahasiswa doktoral di Universitas Wina.
Menggunakan data dari misi Gaia Badan Antariksa Eropa (ESA) dan pengamatan spektroskopi, tim menunjukkan perjalanan Tata Surya melalui Gelombang Radcliffe di wilayah Orion sekitar 14 juta tahun yang lalu.
"Penemuan ini dibangun berdasarkan pekerjaan kami sebelumnya yang mengidentifikasi Gelombang Radcliffe," ujar João Alves, profesor astrofisika di Universitas Wina dan rekan penulis studi tersebut.
Gelombang Radcliffe adalah struktur yang luas dan tipis dari daerah pembentuk bintang yang saling berhubungan, termasuk kompleks Orion yang terkenal, yang dilalui Matahari, seperti yang ditetapkan dalam penelitian ini.
"Kami melewati wilayah Orion saat gugus bintang terkenal seperti NGC 1977, NGC 1980, dan NGC 1981 terbentuk. Wilayah ini mudah terlihat di langit musim dingin di Belahan Bumi Utara dan musim panas di Belahan Bumi Selatan. Carilah konstelasi Orion dan Nebula Orion (Messier 42), tata surya kita berasal dari arah itu,” ujar João Alves.
Peningkatan debu dari pertemuan galaksi ini bisa saja memiliki beberapa efek. Itu mungkin telah menembus atmosfer Bumi, berpotensi meninggalkan jejak unsur radioaktif dari supernova dalam catatan geologi. Meskipun teknologi saat ini mungkin tidak cukup sensitif untuk mendeteksi jejak-jejak ini, detektor masa depan dapat memungkinkannya.
Penelitian tim menunjukkan perjalanan Tata Surya melalui wilayah Orion terjadi antara sekitar 18,2 dan 11,5 juta tahun yang lalu, dengan waktu yang paling mungkin antara 14,8 dan 12,4 juta tahun yang lalu. Jangka waktu ini selaras dengan Transisi Iklim Miosen Tengah, pergeseran signifikan dari iklim variabel hangat ke iklim yang lebih dingin, yang mengarah pada pembentukan konfigurasi lapisan es Antartika prototipe skala benua.
"Sementara proses mendasar yang bertanggung jawab atas Transisi Iklim Miosen Tengah tidak sepenuhnya diidentifikasi, rekonstruksi yang tersedia menunjukkan bahwa penurunan jangka panjang dalam konsentrasi karbon dioksida gas rumah kaca atmosfer adalah penjelasan yang paling mungkin, meskipun ada ketidakpastian yang besar. Namun, penelitian kami menyoroti bahwa debu antarbintang yang terkait dengan penyeberangan Gelombang Radcliffe mungkin telah berdampak pada iklim Bumi dan berpotensi berperan selama transisi iklim ini. Untuk mengubah iklim Bumi, jumlah debu luar angkasa di Bumi harus jauh lebih besar daripada yang disarankan oleh data sejauh ini,” ujar Efrem Maconi. (scitechdaily/Z-2)
Tanah tak lagi dipandang sekadar media tanam, tapi sebagai fondasi keberlangsungan hidup dan benteng terakhir ketahanan pangan.
Sebanyak 73% sekolah di Indonesia berada di area rawan banjir.
"Karena Pulau Gag masuk dalam kategori pulau kecil, kegiatan penambangan bukan kegiatan yang diprioritaskan, serta dilarang sebagaimana Pasal 1 angka 3, Pasal 23 ayat (2) dan Pasal 35 huruf K,"
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
Salah satu penyebab utama banjir rob adalah kondisi geologi tanah di wilayah tersebut yang masih berupa aluvial muda dan dominan lempung, sehingga air pasang sulit meresap ke dalam tanah.
Pada 2024, Climate Hack mengangkat isu-isu iklim krusial seperti pengelolaan sumber daya alam, limbah, transportasi, hingga pertanian dan kehutanan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved