Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
VISUAL terbaru dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), yang ditangkap teleskop di satelit cuaca GOES-19. Tim berhasil menangkap ejeksi massa korona (CME), yaitu semburan besar partikel bermuatan dan medan magnet, yang meletus dari sisi jauh Matahari, dekat kutub utaranya.
Terkadang, badai ini mengarah ke Bumi, seperti yang terjadi musim panas lalu ketika serangkaian badai matahari yang luar biasa menghantam planet kita dan memicu aurora yang menakjubkan di seluruh dunia. Menurut NOAA, badai geomagnetik seperti ini merupakan jenis cuaca luar angkasa yang paling merugikan karena dapat menyebabkan gangguan luas pada satelit, sistem navigasi seperti GPS, dan jaringan listrik.
Secara kebetulan, dalam gambar baru ini juga terlihat planet Merkurius, yang muncul sebagai titik cahaya kecil yang bergerak lebih dekat ke Matahari.
Diluncurkan ke orbit Bumi pada Juni tahun lalu, GOES-19 adalah tambahan terbaru dalam armada NOAA, yang dilengkapi dengan sensor bernama Compact Coronagraph atau CCOR-1. Sensor ini terlihat sebagai lingkaran biru gelap yang menghalangi cahaya paling terang dari Matahari.
CCOR-1 dirancang khusus untuk memantau aktivitas matahari, terutama dengan mengawasi korona—lapisan terluar atmosfer Matahari—guna membantu para ilmuwan memprediksi cuaca luar angkasa yang dapat memengaruhi Bumi.
Instrumen CCOR-1 mulai mengamati korona sejak September tahun lalu dan merupakan "koronagraf operasional hampir real-time pertama yang kami miliki," kata Rob Steenburgh, ilmuwan luar angkasa di Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa NOAA, kepada Space.com.
CCOR-1 mengambil gambar Matahari setiap 15 menit, memberikan cakupan korona yang tak terputus, menurut NOAA. Para ilmuwan kini tidak perlu menunggu lama untuk mengunduh data, sehingga mereka dapat menghemat waktu antara empat hingga delapan jam dibandingkan dengan efisiensi instrumen lama.
"Itu adalah lompatan besar bagi kami karena hingga saat ini, kami selalu bergantung pada instrumen koronagraf penelitian di wahana antariksa yang diluncurkan sejak lama," kata Steenburgh.
"Setiap jam sangat berharga saat kita berurusan dengan CME." (space/Z-3)
Uranus memancarkan 12,5% lebih banyak panas internal daripada panas yang diterima dari Matahari.
NASA merlisi foto permukaan matahari dengan jarak 6,1 juta kilometer menggunakan wahana antariksa Parker Solar Probe.
Teleskop Surya Daniel K. Inouye berhasil mengambil gambar paling tajam dari permukaan matahari, mengungkap striasi halus akibat medan magnet skala kecil.
Ilmuwan berhasil menangkap citra korona Matahari dengan resolusi tertinggi berkat sistem optik adaptif terbaru pada Teleskop Surya Goode.
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Filamen matahari sepanjang 1 juta km meletus dramatis picu CME besar 12 Mei. Untungnya, letusan ini tidak mengarah ke Bumi, tapi tetap jadi sorotan ilmiah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved