Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PARA ilmuwan matahari menemukan jet-jet energi kecil yang hidup dalam waktu singkat pada matahari kita sebagai penggerak utama dari angin matahari, yang menandai langkah menuju pengungkapan perilaku bintang kita yang sulit dipahami. Akhirnya, penyempurnaan prediksi terhadap badai-badainya.
"Angin matahari" mengacu pada kantong-kantong partikel energetik yang ditembakkan dari matahari. Partikel-partikel ini terkadang diarahkan ke Bumi, seperti musim panas lalu ketika sekumpulan badai langka semacam itu turun ke planet kita dan memicu aurora yang menakjubkan di seluruh dunia. Angin matahari juga dapat memengaruhi planet kita dengan cara negatif, seperti melalui gangguan sinyal GPS dan teknologi lain yang bergantung pada komunikasi satelit dan radio; ini juga dapat mengancam keselamatan astronot di orbit Bumi.
Namun, asal-usul pasti dari angin matahari telah terbukti sulit untuk ditentukan. Hal ini sebagian karena "jejak" yang dibawa partikel bermuatan dalam angin, sering kali terdistorsi oleh waktu saat mencapai Bumi.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan jet-jet kecil yang muncul dari celah-celah besar dan gelap di atmosfer luar matahari, atau korona, menggerakkan partikel angin matahari tercepat meskipun jauh lebih lemah daripada letusan paling kuat matahari dan hanya bertahan tidak lebih dari satu menit. Apa yang disebut "picoflares" ini sangat umum dan diberdayakan oleh garis-garis medan magnet yang membentang ke luar angkasa alih-alih melingkar kembali ke permukaan matahari, berfungsi sebagai jalan raya kosmik yang memungkinkan partikel plasma yang sangat panas melarikan diri dari genggaman magnet matahari dan meluncur keluar dengan kecepatan hipersonik.
"Kandungan energi dari satu jet picoflare yang hidup sekitar satu menit setara dengan daya rata-rata yang dikonsumsi oleh sekitar 10.000 rumah tangga di Inggris selama satu tahun penuh," kata Lakshmi Pradeep Chitta dari Max Planck Institute for Solar System Research di Jerman sebelumnya kepada Space.com.
Namun, para ilmuwan menemukan melacak sumber komponen angin matahari yang lebih lambat lebih sulit dilakukan. Kini, analisis baru oleh Chitta dan timnya, menggunakan data mendalam dari pesawat luar angkasa Solar Orbiter milik Badan Antariksa Eropa (ESA), memberikan bukti kuat, picoflares ini juga menyediakan energi untuk angin matahari yang lebih lambat.
"Kami sangat terkejut melihat bahwa jet plasma kecil yang sama tampaknya menggerakkan angin matahari cepat dan lambat," kata Chitta dalam sebuah pernyataan baru-baru ini. "Sebelumnya, kami menganggap bahwa proses yang berbeda yang sedang bekerja."
Untuk mencapai kesimpulan ini, Chitta dan rekan-rekannya mempelajari data yang dikumpulkan oleh Solar Orbiter pada akhir 2022 dan awal 2023, ketika pesawat luar angkasa itu melakukan pendekatan dekat yang dijadwalkan ke matahari. Selama pendekatan tersebut, probe berhasil mendekati sekitar 50 juta kilometer dari bintang kita, memungkinkan kameranya di dalam pesawat untuk menangkap gambar resolusi tinggi dari jet-jet di lubang koronal serta pengukuran langsung angin matahari.
Dengan menggabungkan pengamatan ini, "para peneliti dapat menghubungkan langsung angin matahari yang diukur di pesawat luar angkasa dengan jet-jet yang persis sama," kata ESA dalam sebuah pernyataan.
"Ini adalah pertama kalinya kami dapat mengatakan dengan pasti bahwa setidaknya sebagian dari angin matahari yang lambat juga berasal dari jet-jet kecil di lubang koronal," tambah agensi tersebut. Hingga saat ini, asal-usul angin matahari telah sulit dipahami.
Pendekatan dekat berikutnya ke matahari oleh Solar Orbiter, yang terjadi kira-kira dua kali setahun, dapat memberikan lebih banyak wawasan tentang bagaimana picoflares meluncurkan angin matahari, demikian bunyi pernyataan tersebut. (Space/Z-3)
Teleskop Surya Daniel K. Inouye berhasil mengambil gambar paling tajam dari permukaan matahari, mengungkap striasi halus akibat medan magnet skala kecil.
Ilmuwan berhasil menangkap citra korona Matahari dengan resolusi tertinggi berkat sistem optik adaptif terbaru pada Teleskop Surya Goode.
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Filamen matahari sepanjang 1 juta km meletus dramatis picu CME besar 12 Mei. Untungnya, letusan ini tidak mengarah ke Bumi, tapi tetap jadi sorotan ilmiah.
Penelitian terbaru NASA menunjukkan permukaan Bulan dapat menghasilkan dan mengisi ulang molekul air melalui bantuan angin matahari, yang membawa ion hidrogen bermuatan positif.
Meskipun Matahari jelas menjadi pusat dari Tata Surya, pemahaman terbaru tentang gerak planet menunjukkan hal yang menarik: ternyata, Bumi tidak benar-benar mengelilingi Matahari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved