Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PARA ilmuwan menemukan kemungkinan kebocoran lambat dari inti Bumi, sebuah penemuan yang mengejutkan dan berpotensi mengubah pemahaman kita tentang planet ini. Penelitian terbaru menunjukkan isotop helium-3, elemen langka yang berasal dari Big Bang, dapat merembes dari inti terdalam Bumi menuju lapisan-lapisan luar seperti mantel dan kerak.
Penemuan ini dimulai dari analisis terhadap batuan vulkanik berusia 62 juta tahun yang ditemukan di kawasan Arktik. Para ahli geokimia dari Institut Teknologi California dan Institusi Oseanografi Woods Hole melakukan penelitian ini dan menemukan adanya konsentrasi helium-3 yang sangat tinggi, yang dianggap sebagai indikasi kuat inti Bumi mungkin melepaskan gas tersebut dengan sangat perlahan.
Helium-3 merupakan isotop helium yang hanya memiliki satu neutron. Sebagian besar helium-3 terbentuk saat Big Bang, sekitar 13,8 miliar tahun lalu. Ketika Bumi terbentuk 4,5 miliar tahun yang lalu, sebagian helium-3 terperangkap di dalam inti planet, sekitar 2.900 km di bawah permukaan.
Gas ini sangat langka di permukaan Bumi, tetapi jejaknya telah ditemukan dalam lava gunung berapi, yang menunjukkan adanya mekanisme tertentu yang memungkinkan helium-3 keluar dari cadangannya yang dalam.
Sebelumnya, ahli geokimia Forrest Horton juga mendeteksi rasio isotop helium yang sangat tinggi di ladang lava Baffin, jauh lebih tinggi daripada tingkat helium di atmosfer, yang menandakan kemungkinan adanya kebocoran dari inti.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di Nature Geoscience, para ilmuwan mengungkapkan peran mineral magnesium oksida (MgO), yang banyak terdapat di inti Bumi, dalam proses memindahkan helium-3 dari inti ke mantel. Proses ini dikenal dengan nama eksolusi, yakni transformasi mineral menjadi beberapa fase kristal terpisah. Ketika magnesium oksida naik menuju batas antara inti cair dan mantel yang lebih dingin, mineral ini membawa serta helium-3, membawanya keluar dari inti Bumi.
“Eksolusi magnesium oksida bertindak layaknya kapsul yang mengangkut helium dari inti menuju mantel,” kata Jie Deng, seorang ahli geofisika dari Universitas Princeton yang terlibat dalam penelitian ini. Peneliti juga melakukan pemodelan aliran helium sejak pembentukan inti Bumi, dan hasilnya menunjukkan kebocoran ini kemungkinan telah berlangsung sepanjang sejarah Bumi.
Penemuan ini tidak hanya memperdalam pemahaman kita tentang inti Bumi, tetapi juga memberikan wawasan mengenai bagaimana Bumi bisa menjadi tempat yang layak dihuni. Eksolusi mineral seperti magnesium oksida dapat memperkaya mantel dengan elemen-elemen penting, termasuk air dan karbon, yang memainkan peran krusial dalam mendukung siklus kehidupan di Bumi.
Menurut Deng, proses eksolusi yang terjadi di inti Bumi juga berperan dalam memengaruhi siklus air dan karbon, yang berdampak besar pada evolusi planet ini dalam jangka panjang. “Inti Bumi adalah penyimpanan utama air dan karbon,” ujarnya.
Misteri Inti Bumi yang Masih Belum Terungkap
Meskipun penelitian ini membuka banyak wawasan baru, inti Bumi tetap menjadi wilayah yang penuh misteri. Para ilmuwan terus berusaha mencari jawaban mengenai komposisi inti dan elemen ringan lain yang mungkin ada di dalamnya. Memahami lebih dalam tentang inti Bumi dapat memberikan petunjuk mengenai pembentukan planet ini dan kemungkinan kehidupan di luar Bumi.
Penelitian mengenai kebocoran helium-3 ini merupakan langkah awal yang penting dalam mengungkap misteri terdalam Bumi. Di masa depan, diharapkan lebih banyak eksplorasi dapat memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang dinamika inti Bumi dan peran pentingnya dalam menjaga keberlangsungan kehidupan di planet ini. (ndtv/vice/Z-3)
Ilmuwan dari Universitas Bristol di Inggris mengembangkan baterai bertenaga nuklir pertama di dunia yang menggunakan isotop radioaktif karbon-14 yang tertanam dalam berlian.
Teleskop James Webb (JWST) mendeteksi galaksi MoM z14, yang terbentuk hanya 280 juta tahun setelah Big Bang.
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) mengungkap keberadaan galaksi cakram raksasa bernama Roda Besar, yang terbentuk hanya dua miliar tahun setelah Big Bang.
NASA sukses meluncurkan observatorium SPHEREx pada 11 Maret 2025 dengan misi mengungkap detik-detik awal setelah Big Bang.
Penelitian terbaru menunjukkan lubang hitam primordial, mungkin memainkan peran lebih besar dalam pembentukan alam semesta daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sebuah studi mengungkap air mungkin terbentuk jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, hanya 100-200 juta tahun setelah Big Bang.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap air sudah mulai terbentuk di alam semesta lebih awal dari yang diperkirakan, hanya 100-200 juta tahun setelah Big Bang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved