Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

NASA Parker Solar Probe: Penjelajahan Dekat Venus dan Penemuan Panas Matahari 

Thalatie K Yani
19/11/2024 17:05
NASA Parker Solar Probe: Penjelajahan Dekat Venus dan Penemuan Panas Matahari 
Pada 6 November, Parker Solar Probe milik NASA melintas 376 km dari permukaan Venus untuk melakukan manuver gravitasi yang memungkinkan orbitnya lebih dekat ke matahari. (NASA)

PADA 6 November, Parker Solar Probe milik NASA melintas 234 mil (376 kilometer) dari permukaan Venus. Manuver yang menggunakan bantuan gravitasi itu mencuri sebagian momentum Venus untuk mengubah orbitnya sehingga bisa lebih dekat lagi ke matahari.  

Parker Solar Probe telah beberapa kali mendekati matahari, tetapi kali ini adalah yang terdekat, hanya sejauh 3,8 juta mil (6 juta km) dari permukaan matahari. Jarak ini kurang dari sembilan kali radius matahari. Saat mencapai titik terdekat, wahana ini melaju dengan kecepatan hampir 435.000 mph (700.000 km/jam), menjadikannya objek tercepat yang pernah dirancang manusia, setara dengan 0,06% kecepatan cahaya.  

Misi Parker Solar Probe bertujuan menyelidiki misteri korona matahari, lapisan atmosfer luar yang memiliki suhu jutaan kelvin, jauh lebih panas dibandingkan fotosfer (permukaan matahari) yang hanya beberapa ribu kelvin. Fenomena ini menyerupai bola lampu yang terasa hangat, tetapi udara di sekitarnya ribuan kali lebih panas.  

Proses pemanasan korona tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme transfer panas biasa, karena akan melanggar hukum kedua termodinamika. Fenomena ini melibatkan medan magnet, yang memainkan peran dinamis dalam fisika korona. 

Helium juga memiliki peran penting; pada suhu rendah, helium sebagian terionisasi sehingga memancarkan radiasi dan menjaga suhu stabil. Ketika suhu meningkat, helium sepenuhnya terionisasi, membuatnya lebih sulit memancarkan radiasi dan lebih efektif menjebak panas.  

Parker Solar Probe dilengkapi dengan empat perangkat instrumen utama: FIELDS, WISPR, IS-O-IS, dan SWEAP. Instrumen ini bekerja bersama untuk mempelajari korona, angin matahari, dan fotosfer guna menghasilkan gambaran lengkap. Penelitian terbaru menunjukkan gelombang energi medan magnet yang aneh, yang disebut "switchbacks," memainkan peran penting dalam memanaskan korona.  

Switchback terbentuk di fotosfer yang turbulen, tempat plasma naik dan turun. Ketika medan magnet yang lurus dan melengkung bertemu, mereka dapat terputus dan tersambung kembali, membentuk lekukan besar berbentuk S. Lekukan ini bergerak menjauh dari matahari ke korona, melepaskan energinya di sana. Para astronom percaya switchback adalah salah satu, jika bukan mekanisme utama, dalam pemanasan korona.  

Penelitian ini juga penting untuk memahami cuaca antariksa, termasuk badai plasma dari matahari yang dapat memengaruhi satelit, penerbangan luar angkasa, dan jaringan listrik di Bumi. Memahami peran medan magnet di berbagai wilayah matahari memungkinkan prediksi yang lebih baik dan kesiapan menghadapi badai matahari. (Space/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya