Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Bumi, satu-satunya tempat tinggal manusia saat ini, hanya memiliki satu satelit alami, yaitu Bulan. Kehadiran Bulan sangat penting bagi Bumi, seperti dalam mengatur pasang surut air laut dan menjaga stabilitas rotasi Bumi.
Namun, pernahkah Anda membayangkan apa yang akan terjadi jika Bumi memiliki dua bulan? Meski terdengar seperti kisah fiksi ilmiah, keberadaan bulan kedua bisa membawa perubahan besar—bahkan bencana bagi kehidupan di planet ini.
Baca juga : Mengapa Bulan Tidak Jatuh ke Bumi? Inilah Penjelasan Ilmiahnya
Berikut tiga dampak mengerikan yang mungkin terjadi jika Bumi memiliki dua Bulan.
Bulan berperan penting dalam mengatur pasang surut air laut. Gravitasi Bulan menarik air laut, menciptakan fenomena pasang naik dan pasang surut yang kita alami setiap hari.
Jika ada bulan kedua, tarikan gravitasi akan menjadi jauh lebih kompleks, menyebabkan pasang surut yang lebih tinggi dan ekstrem.
Baca juga : Ilmuwan Prediksi Kemunculan Bulan Mini pada 29 September 2024
Pasang surut yang lebih tinggi bisa mengakibatkan banjir besar di wilayah pesisir. Kota-kota yang biasanya aman dari banjir mungkin akan terendam air beberapa kali dalam sehari.
Selain itu, erosi pantai akan meningkat, mengubah peta geografis dan mengacaukan ekosistem laut. Banyak spesies laut yang bergantung pada pasang surut normal bisa punah atau harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang penuh tekanan.
Sebuah penelitian dalam jurnal Icarus menunjukkan bahwa perubahan besar pada pola pasang surut dapat mempengaruhi iklim global. Sirkulasi laut yang mengatur suhu Bumi bisa terganggu, mengakibatkan perubahan iklim yang tak terduga.
Baca juga : Bumi akan Punya 2 Bulan selama 53 Hari di Akhir September
Penelitian yang dipublikasikan dalam The Astronomical Journal menyebutkan bahwa jika Bumi berada di antara dua bulan, rotasi Bumi akan menjadi tidak stabil dalam jangka panjang. Hal ini bisa mengganggu sistem tata surya dan berpotensi membawa kehancuran bagi Bumi.
Saat ini, hubungan gravitasi antara Bumi dan Bulan cukup stabil. Namun, dengan kehadiran bulan kedua, keseimbangan ini bisa terganggu. Dinamika orbit Bumi akan berubah drastis, membuat rotasi dan orbit Bumi tidak lagi stabil seperti sekarang.
Kemiringan sumbu Bumi yang menyebabkan pergantian musim juga bisa berubah secara ekstrem. Akibatnya, musim dingin bisa menjadi lebih dingin dan musim panas lebih panas.
Baca juga : Bumi akan Memiliki Mini-Moon Bulan Ini
Durasi siang dan malam pun bisa berubah, tergantung bagaimana bulan kedua memengaruhi rotasi Bumi.
Gaya gravitasi bulan kedua tidak hanya akan mempengaruhi lautan, tetapi juga kerak Bumi. Ketika dua bulan bekerja sama menarik kerak Bumi, tekanan pada lempeng tektonik akan meningkat, memicu gempa bumi yang lebih sering dan lebih kuat.
Selain itu, letusan gunung berapi akan menjadi lebih sering dan lebih dahsyat. Letusan yang lebih kuat ini dapat melepaskan lebih banyak abu dan gas ke atmosfer, mempengaruhi iklim global dan membuat Bumi menjadi tempat yang sulit untuk ditinggali.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Nature Geoscience, bahkan perubahan kecil pada gaya pasang surut sudah cukup untuk memicu aktivitas seismik yang signifikan. (Z-10)
SEDIKITNYA ada 5.713 anak di Kota Bekasi belum mendapatkan imunisasi dasar, seperti campak, rubella, difteri, polio, dan sebagainya.
BPBD menyiagakan personel Petugas Penanggulangan Bencana/Tim Reaksi Cepat (TRC) di kelurahan yang rawan rob.
Roket SpaceX, yang diluncurkan pada 2015 untuk menempatkan satelit NASA ke orbit dan tahap keduanya atau booster, telah mengambang di kosmos sejak saat itu.
Roket tersebut sekarang dikatakan sebagai 2014-065B, pendorong untuk Chang'e 5-T1, diluncurkan pada tahun 2014.
Setiap patung fisik yang diterbangkan ke bulan akan dijual sebagai Non-Fungible Token(NFT) yang berfungsi seperti sertifikat kepemilikan.
Ketiga perusahaan tersebut antara lain Lockheed Martin dari Maryland, Westinghouse dari Cranberry Township, Pennsylvania serta IX dari Houston, Texas
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini pasang air laut maksimum pada 30 Desember 2024 hingga 4 Januari 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved