Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DINI hari 30 September hingga 6 Oktober 2024, langit fajar Indonesia kembali menyuguhkan pemandangan spektakuler berupa lintasan komet atau lintang kemukus, yaitu Komet C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS).
Momen langka ini tentu menjadi daya tarik bagi para pengamat langit, apalagi ketika fenomena ini bisa disaksikan langsung tanpa alat bantu optik. Komet yang satu ini diharapkan menjadi salah satu highlight di kalender astronomi 2024, terutama lintasannya yang bertepatan dengan langit fajar, menawarkan pemandangan dramatis di langit timur.
Walaupun Komet C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS) tidak seterang Komet Ikeya-Seki (C/1965 S1) yang fenomenal, momentum lintasannya memiliki kesamaan yang membuatnya menarik untuk diamati. Setiap orang bisa melihatnya di lokasi yang minim polusi cahaya, seperti di puncak gunung atau pantai yang jauh dari sorotan lampu kota.
Baca juga : Tiongkok Akan Luncurkan Misi Pengembalian Sampel Asteroid pada 2025
Komet ini akan muncul di langit Timur dengan sudut sekitar +10°, memberikan kesempatan emas bagi para pengamat untuk menyaksikan keindahan alam ini. Dengan magnitudo visual antara +1,55 hingga +1,46, semakin rendah angka magnitudo, semakin cerah komet tersebut terlihat, menciptakan kesempatan langka bagi pecinta astronomi amatir dan profesional untuk berburu keindahan di langit fajar.
Komet ini pertama kali ditemukan sistem Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) pada 22 Februari 2023, yang secara independen diamati Observatorium Tsuchinshan di Tiongkok pada Januari 2023. Penemuan ini menunjukkan betapa majunya teknologi pengamatan langit saat ini, yang memungkinkan manusia untuk mendeteksi objek-objek langit dengan akurasi tinggi.
Orbit retrograde komet ini, yang bergerak berlawanan dengan orbit mayoritas objek di tata surya, menambah daya tariknya. Komet ini berpotensi menjadi sangat terang selama perihelionnya, membuat para astronom di seluruh dunia bersiap untuk mengabadikan momen ini. Lintasannya yang unik bisa menciptakan jejak cahaya di langit yang sulit dilupakan.
Baca juga : Ilmuwan Prediksi Kemunculan Bulan Mini pada 29 September 2024
Mengingat fenomena langit yang terjadi di masa lalu, pergerakan benda-benda langit selalu dihubungkan dengan berbagai peristiwa besar. Komet Ikeya-Seki yang melintasi langit Indonesia pada tahun 1965, sering disebut dengan istilah "lintang kemukus," menjadi penanda sejarah yang penuh makna bagi masyarakat saat itu.
Sastrawan Ahmad Tohari bahkan mengabadikan momen tersebut dalam karyanya "Lintang Kemukus Dini Hari," mencerminkan bagaimana fenomena alam ini mempengaruhi kehidupan dan karya seni manusia. Fenomena komet ini kembali mengajak kita untuk merenung, bagaimana setiap peristiwa di langit bisa menjadi bagian dari perjalanan sejarah manusia yang tak terpisahkan.
Selain itu, fenomena langit serupa juga terjadi pada awal Oktober 2020, ketika langit Bojonegoro-Tuban dihiasi oleh lintasan bintang berekor kemerahan, yang sebenarnya adalah bagian dari hujan meteor Draconid. Ini menjadi pengingat bahwa langit selalu menyimpan cerita yang menarik bagi mereka yang memperhatikannya.
Dalam konteks ini, Komet C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS) akan menjadi bagian dari narasi kosmik yang terus berkembang. Setiap fenomena alam semesta, mulai dari gerhana, kesejajaran planet, hingga komet, selalu membawa keindahan dan pelajaran tersendiri bagi mereka yang mengamati. Fenomena komet ini bukan sekadar pemandangan alam, tetapi juga pengingat tentang betapa luas dan misteriusnya alam semesta yang kita huni. (kafeastronomi/Z-3)
Ilmuwan menemukan tiga asteroid besar tersembunyi di orbit Venus yang berpotensi menghantam Bumi.
Tiongkok meluncurkan wahana antariksa Tianwen 2 di Tiongkok Barat Daya untuk kumpulkan sampel ke asteroid Kamo'oalewa.
Wahana antariksa Lucy milik NASA akan melintasi asteroid Donaldjohanson pada 20 April 2025 dalam misi panjangnya menuju orbit Jupiter.
Asteroid 2024 YR4 sempat menimbulkan kekhawatiran menabrak Bumi tahun 2032. Kini asteroid berdiameter 60 meter ini tetap menjadi fokus penelitian ilmuwan.
Dengan diameter sekitar 540 kaki (165 meter) dan kecepatan menakjubkan mencapai 77.282 km/jam, asteroid ini melintas dekat Bumi pada 26 Maret 2025.
Selama setahun terakhir, para peneliti di Berkeley Lab Departemen Energi telah melakukan analisis mendalam terhadap serangkaian sampel yang luar biasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved