Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PARA peneliti di Caltech menemukan indikasi kuat akan keberadaan planet kesembilan yang memiliki orbit sangat memanjang dan aneh di bagian terluar tata surya kita.
Michael Brown, profesor astronomi planet di California Institute of Technology, dalam jurnal The Astrophysical Journal Letters menyatakan bahwa kemungkinan tidak adanya planet ini sangatlah kecil. Konstantin Batygin, asisten profesor ilmu planet, bersama Brown, menemukan planet ini lewat pemodelan matematika dan simulasi komputer—meski objeknya belum diamati secara langsung.
“Ini akan menjadi planet kesembilan sejati," tegas Brown.
Baca juga : Ilmuwan Prediksi Kemunculan Bulan Mini pada 29 September 2024
Hanya ada dua planet yang ditemukan sejak zaman kuno, dan ini berpotensi menjadi planet ketiga yang ditemukan, menjadi bagian besar tata surya yang belum pernah disingkap sebelumnya.
Konstantin Batygin menambahkan, awalnya dirinya skeptis, tapi semakin mempelajari orbit dan implikasinya.
"Kami semakin yakin bahwa planet ini benar-benar ada," kata dia.
Baca juga : Gumpalan Magma Besar di Bawah Olympus Mons Mars Bisa Picu Letusan Besar
Planet sembilan diperkirakan memiliki massa sepuluh kali lipat dari Bumi dan mengorbit sekitar 20 kali lebih jauh dari Matahari dibandingkan Neptunus, yang berjarak sekitar 2,8 miliar mil.
Dibutuhkan antara 10.000 hingga 20.000 tahun bagi planet sembilan untuk menyelesaikan satu orbit penuh mengelilingi Matahari.
Brown menekankan bahwa planet ini cukup besar—dengan massa 5.000 kali Pluto—sehingga layak disebut sebagai planet sejati, bukan sekadar planet kerdil.
Baca juga : Mikro Black Hole Mungkin Melintas di Sistem Tata Surya Setiap Dekade
Menurut laman Space.com pada Kamis (26/9), bukti keberadaan planet sembilan akan diuji menggunakan kamera digital raksasa di Observatorium Vera Rubin, Chili.
Observatorium ini akan meluncurkan Survei Warisan Ruang dan Waktu (LSST) menggunakan kamera terbesar yang pernah ada.
Kamera beresolusi 3.200 megapiksel, dengan diameter teleskop 8,4 meter, akan memindai seluruh langit setiap malam. Kamera ini seukuran mobil dan memiliki berat sekitar 3 ton—setara setengah berat gajah jantan Afrika.
Baca juga : Fenomena Langka! Asteroid 2024 PT 5 Akan Mengorbit Bumi Hingga November
Dengan sudut pandang luas, kamera ini akan menangkap berbagai objek di tata surya, termasuk menguji keberadaan planet sembilan. Jika hipotesis mengenai planet ini ternyata ilusi, survei ini akan mengungkapnya.
Kamera ini juga berpotensi memperkuat bukti eksistensi planet sembilan dan menemukan lebih banyak objek trans-Neptunian (TNO), serta menunjukkan pengaruh serupa pada orbit mereka.
Survei Vera Rubin akan memberikan bukti independen terhadap seluruh bukti gravitasi tanpa bias dari survei sebelumnya.
Batygin menyebut bahwa skenario planet sembilan sangat sesuai dengan pengamatan.
"Kami menunjukkan bahwa hipotesis lain—seperti efek pasang surut galaksi—tidak sesuai dengan data. Sebaliknya, skenario planet sembilan sepenuhnya cocok," ujarnya.
Planet kesembilan telah lama diusulkan untuk menjelaskan orbit aneh planet-planet kerdil di luar Neptunus. Orbit ini ditemukan di antara objek trans-Neptunian (TNO) yang ekstrem. Diduga ada planet besar di balik Neptunus yang menyebabkan orbit elips tersebut.
Simulasi komputer yang menggambarkan bagian terluar tata surya menunjukkan bahwa planet sembilan kemungkinan terletak 20 kali lebih jauh dari Matahari dibandingkan Neptunus dan memiliki massa sepuluh kali lipat Bumi. Cahaya butuh empat hari untuk mencapai planet ini, berbeda dengan waktu 8 menit 19 detik bagi cahaya mencapai Bumi.
Karena objek ini sangat jauh dari Matahari dan hanya memantulkan sedikit cahaya, menentukan lokasinya sangat sulit. Namun, pengamatan dan teknologi mutakhir dapat membuka tabir misteri ini. (Z-10)
Sumber:
Studi terbaru menunjukkan lapisan luar planet kerdil Ceres, objek terbesar di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, kemungkinan terbentuk dari lautan es kotor yang membeku.
Eris merupakan salah satu planet kerdil di tata surya yang berukuran hampir sama dengan Pluto, namun Eris terletak tiga kali lebih jauh dari Matahari.
Data dari Teleskop James Webb mengungkap kabut kompleks di Pluto yang mengatur iklimnya.
Pesawat luar angkasa New Horizons milik NASA terus mencatat sejarah eksplorasi luar angkasa setelah berhasil melakukan flyby Pluto pada 2015 dan Arrokoth pada 2019.
Sejak ditemukan pada 1930, Pluto dianggap sebagai planet kesembilan di tata surya. Namun, orbitnya yang unik dan penemuan Eris pada 2005 memicu kontroversi.
Pada 2006, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) mendefinisikan planet dan memutuskan untuk menurunkan status Pluto menjadi planet kerdil.
Para ilmuwan menduga bahwa hidrogen peroksida yang tertangkap teleskop NASA mungkin berasal dari radiasi yang mengenai molekul air di permukaan Charon di Pluto.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved