Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
INDONESIA akan segera memiliki teleskop canggih dengan spesifikasi yang sama dengan teleskop Seimei yang ada di Okayama milik Kyoto University. Teleskop tersebut saat ini dalam tahap pemasangan di Observatorium Nasional Timau, Kupang Timur yang sedang dalam tahap penyelesaian.
Mikio Kurita dari Kyoto University menjelaskan spesifikasi teleskop Seimei dan Timau. Instrumen teleskop ini terdiri dari OPTICA dan NIRCA. Teleskop kembar Seimei dan Timau memiliki spesifikasi secara umum sama menggunakan cermin 3,8 m dan menggunakan dua kamera medan pandang luas yaitu NIRCA dengan filter inframerah dekat dan OPTICA dengan tiga filter inframerah.
Mikio menjelaskan, dirinya terlibat pada proyek Seimei sebagai project manager dan mengembangkan struktur teleskop ringan dan sistem cermin. Saat ini dirinya mengembangkan dua kamera medan pandang luas NIRCA dan OPTICA yang juga akan dipasang di teleskop Timau.
Baca juga: Fakta Ilmiah Puncak Hujan Meteor Perseid 2023 dan Asal Usul Namanya
Menurut Kurita, target potensial pengamatan yang penting bagi teleskop Timau adalah objek di kutub Selatan galaksi, terkait eksoplanet (planet ekstrasurya) dan pembentukan bintang.
"Selain itu juga untuk pengamatan objek-objek transient yaitu objek-objek yang tiba-tiba cahayanya meningkat seperti nova dan supernova. Kelebihan teleskop Seimei dan Timau adalah bisa bergerak cepat sehingga sangat sesuai untuk pengamatan supernova, flare bintang, dan objek transien lainnya," tuturnya, Senin (28/8).
Baca juga: Teleskop Hubble Rekam Benturan Tiga Galaksi
Sedangkan, Daisaku Nogami dari Kyoto University menjelaskan tentang contoh sains penggunaan OPTICA yang dapat dilakukan dengan teleskop Seime dan Timau. Contohnya pengamatan bintang ganda kataklismik dan flare atau letupan cahaya bintang, mirip seperti flare di matahari.
"Teleskop di Indonesia dapat berperan penting dalam riset objek-objek transien, seperti supernova, karena faktor lokasi Timau. Kondisi langit Timau juga lebih baik daripada di Okayama, sehingga sangat ideal untuk pengamatan fenomena transien tersebut. Teleskop di Indonesia juga dapat mengamati langit belahan utara dan selatan, serta daerah ekuator," ungkap Keiichi Maeda.
Keiichi Maeda dari Departemen Astronomi, Kyoto University menjelaskan, selain instrumen NIRCA dan OPTIKA, lebih baik jika ada spektrograf. Ini bisa membuka peluang kerjasama untuk pengembangan spektrograf juga.
Peneliti senior BRIN Thomas Djamaludin menyimpulkan, pengalaman riset yang dilakukan terhadap teleskop Seimei bisa menjadi rujukan lingkup riset yang bisa dikembangkan dan dikolaborasikan dengan teleskop Timau.
"Topik riset eksoplanet, pembentukan bintang, serta objek-objek transien seperti flare bintang dan supernova merupakan topik riset yang bisa dikolaborasikan dengan Kyoto University serta mitra nasional dan internasional lainnya," ujar Thomas.
(Z-9)
Ketika terjadi badai matahari, geomagnet, dan ionosfer dalam intensitas kecil, sedang, atau besar, salah satu dampaknya dapat menurunkan akurasi posisi GPS.
WAHANA antariksa Gaia milik Badan Antariksa Eropa, yang selama ini telah bertugas memetakan galaksi Bima Sakti, kini telah menyelesaikan fase pengamatan bintangnya.
Pendirian Asosiasi Antariksa Indonesia dilandasi visi besar untuk mendukung kemajuan industri antariksa nasional sehingga Indonesia menjadi salah satu pemain utama di dunia.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan misi wahana pendarat bulan, Blue Ghost, berhasil diluncurkan dari Launch Complex 39A di Kennedy Space Center, Florida, 15 Januari 2025 lalu.
Jules Verne, penulis asal Prancis, menjadi pelopor dalam memprediksi perkembangan teknologi masa depan.
Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun penuh dengan misi antariksa ambisius dari berbagai negara yang akan membuka babak baru dalam pengetahuan dan inovasi.
Penemuan objek antarbintang 3I/ATLAS memunculkan kembali spekulasi kontroversial: mungkinkah ini bukan sekadar komet, melainkan teknologi luar angkas yang disamarkan
Mengapa luar angkasa hampa udara? Temukan penjelasan ilmiah tentang kondisi vakum di luar angkasa, efek gravitasi, dan ekspansi alam semesta dalam artikel lengkap ini.
Sinyal radio tak biasa yang muncul dari bawah es Antartika tengah membingungkan para ilmuwan fisika partikel. Temuan ini berasal dari pengamatan Antarctic Impulsive Transient Antenna (ANITA)
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Luar angkasa masih terlihat gelap, padahal ada miliaran bintang yang bersinar. Simak penjelasan ilmiahnya berikut.
LUAR angkasa menjadi salah satu simbol imajinasi yang tanpa batas sekaligus mengajak kita untuk bermimpi lebih tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved