Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
INDONESIA akan segera memiliki teleskop canggih dengan spesifikasi yang sama dengan teleskop Seimei yang ada di Okayama milik Kyoto University. Teleskop tersebut saat ini dalam tahap pemasangan di Observatorium Nasional Timau, Kupang Timur yang sedang dalam tahap penyelesaian.
Mikio Kurita dari Kyoto University menjelaskan spesifikasi teleskop Seimei dan Timau. Instrumen teleskop ini terdiri dari OPTICA dan NIRCA. Teleskop kembar Seimei dan Timau memiliki spesifikasi secara umum sama menggunakan cermin 3,8 m dan menggunakan dua kamera medan pandang luas yaitu NIRCA dengan filter inframerah dekat dan OPTICA dengan tiga filter inframerah.
Mikio menjelaskan, dirinya terlibat pada proyek Seimei sebagai project manager dan mengembangkan struktur teleskop ringan dan sistem cermin. Saat ini dirinya mengembangkan dua kamera medan pandang luas NIRCA dan OPTICA yang juga akan dipasang di teleskop Timau.
Baca juga: Fakta Ilmiah Puncak Hujan Meteor Perseid 2023 dan Asal Usul Namanya
Menurut Kurita, target potensial pengamatan yang penting bagi teleskop Timau adalah objek di kutub Selatan galaksi, terkait eksoplanet (planet ekstrasurya) dan pembentukan bintang.
"Selain itu juga untuk pengamatan objek-objek transient yaitu objek-objek yang tiba-tiba cahayanya meningkat seperti nova dan supernova. Kelebihan teleskop Seimei dan Timau adalah bisa bergerak cepat sehingga sangat sesuai untuk pengamatan supernova, flare bintang, dan objek transien lainnya," tuturnya, Senin (28/8).
Baca juga: Teleskop Hubble Rekam Benturan Tiga Galaksi
Sedangkan, Daisaku Nogami dari Kyoto University menjelaskan tentang contoh sains penggunaan OPTICA yang dapat dilakukan dengan teleskop Seime dan Timau. Contohnya pengamatan bintang ganda kataklismik dan flare atau letupan cahaya bintang, mirip seperti flare di matahari.
"Teleskop di Indonesia dapat berperan penting dalam riset objek-objek transien, seperti supernova, karena faktor lokasi Timau. Kondisi langit Timau juga lebih baik daripada di Okayama, sehingga sangat ideal untuk pengamatan fenomena transien tersebut. Teleskop di Indonesia juga dapat mengamati langit belahan utara dan selatan, serta daerah ekuator," ungkap Keiichi Maeda.
Keiichi Maeda dari Departemen Astronomi, Kyoto University menjelaskan, selain instrumen NIRCA dan OPTIKA, lebih baik jika ada spektrograf. Ini bisa membuka peluang kerjasama untuk pengembangan spektrograf juga.
Peneliti senior BRIN Thomas Djamaludin menyimpulkan, pengalaman riset yang dilakukan terhadap teleskop Seimei bisa menjadi rujukan lingkup riset yang bisa dikembangkan dan dikolaborasikan dengan teleskop Timau.
"Topik riset eksoplanet, pembentukan bintang, serta objek-objek transien seperti flare bintang dan supernova merupakan topik riset yang bisa dikolaborasikan dengan Kyoto University serta mitra nasional dan internasional lainnya," ujar Thomas.
(Z-9)
Negara-negara dunia memiliki sejumlah satelit yang mengorbit di antariksa yang digunakan untuk berbagai kepentingan.
India berhasil meluncurkan misi berbiaya rendah, menjadikannya sebagai negara keempat yang mendaratkan wahana di bulan.
PESAWAT luar angkasa milik Jepang, Hayabusa-2, saat ini tengah dalam perjalanan pulang setelah enam tahun berada di angkasa luar.
SAMPEL yang dikumpulkan dari asteroid tiba di Bumi pada Minggu (6/12) setelah dijatuhkan oleh pesawat angkasa luar Jepang Hayabusa-2.
ESA (Badan Antariksa Eropa) mengatakan bahwa pihaknya ingin meningkatkan keragaman krunya dengan adanya tambahan hingga 26 astronot permanen dan cadangan.
Benda sepanjang sekitar 30 meter ini diperkirakan akan jatuh kembali ke Bumi pada Sabtu (8/5) mendatang dan menjadi salah satu puing luar angkasa terbesar yang jatuh ke bumi.
Manusia telah menciptakan bangunan-bangunan menakjubkan, dan beberapa di antaranya bahkan dapat terlihat dari luar angkasa. Lalu, bangunan apa saja yang dimaksud? Berikut kami rangkum.
Menurut NASA, tugas utama misi ini untuk mengebor sedalam 2 meter di bawah permukaan bulan dan mengumpulkan sekitar 2 kilogram batuan serta puing-puing lainnya untuk dibawa kembali ke bumi.
Tujuan dari misi terbaru ini adalah mengumpulkan batuan dan tanah di Bulan untuk membantu para ilmuan mempelajari tentang asal-usul bulan, formasi, dan aktivitas vulkanik di permukaannya.
“Kapsul yang membawa sampel yang dikumpulkan pesawat luar angkasa Chang'e-5 mendarat di wilayah Mongolia, utara Tiongkok.”
Masalah datang setelah Starship membalikkan hidungnya ke atas lagi untuk memulai urutan pendaratannya.
Pesawat luar angkasa yang diluncurkan pada Juli lalu diperkirakan akan memasuki orbit Mars pada 10 Februari mendatang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved