Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
CANGGIHNYA teknologi digital turut mengubah perilaku berkomunikasi kebanyakan orang. Lewat ragam aplikasi percakapan, komunikasi dengan orang lain semakin mudah dan praktis. Namun, di balik kemudahan tersebut tersimpan potensi membahayakan apabila tidak dibarengi dengan tata krama berinternet.
Hal itu menjadi kesimpulan dalam webinar bertema “Menjaga Etika Dalam Berkomunikasi di Group Chat” di Pontianak, Kalimantan Barat, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Relawan TIK Indonesia sekaligus Director Multimedia Organizer, Abdul Wahab menguraikan pentingnya tata krama di ruang digital. Pasalnya, latar belakang individu yang berkecimpung di dunia digital berbeda-beda, termasuk budaya dan tingkat pemahamannya.
Interaksi antarbudaya tersebut menciptakan standar baru tentang etika. Di dunia digital juga dikenal istilah netiket, yaitu tata krama menggunakan internet.
Wahab mencontohkan beberapa netiket, seperti tidak menggunakan huruf kapital secara keseluruhan, menghargai karya dan hak cipta orang lain, menghormati privasi orang lain, atau tidak menggunakan kata yang vulgar atau jorok. Kemudian, memberlakukan e-mail sebagai pesan pribadi, layaknya WhatsApp atau aplikasi percakapan lainnya.
“Lalu, jangan menyebar konten negatif yang masuk dalam kategori Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yaitu melanggar kesusilaan, perjudian online, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan dan pengancaman, menyebarkan hoaks, dan ujaran kebencian," ucapnya.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Alem Febri Sonni mengatakan, setiap individu yang berinteraksi di dunia digital sebaiknya tidak asal menggunakan jempolnya untuk mengetik kalimat. Baik di media sosial maupun saat menulis e-mail, tata krama tetap harus dijaga seperti halnya bertata krama di dunia nyata. Hindari ungkapan yang bisa melukai perasaan orang lain.
Baca juga : Hati-hati Berselancar di Internet, Jejak Digital Sulit Dihapus
“Di media sosial, sopan santun tetap harus dijaga sebelum dan saat mengakhiri percakapan. Berhati-hatilah saat menyebarkan capture pesan privat milik orang lain ke ranah publik,” tuturnya.
Alem menambahkan, bijak dalam menggunakan internet menjadi penting karena adanya perbedaan budaya, bahasa, dan adat istiadat, serta fasilitas di internet yang memungkinkan seseorang bertindak tidak etis. Selain itu, hindari meneruskan informasi yang bersifat pribadi kepada seseorang yang belum kita kenal dengan baik.
Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Denik Iswardani mengungkapkan, kemudahan perangkat teknologi digital saat ini telah mengubah gaya hidup kebanyakan orang dalam berbagai aktivitas. Masyarakat semakin nyaman dan percaya dalam melakukan aktivitas keuangan secara digital. Di sisi lain, tingginya aktivitas di dunia digital membuka potensi buruk, seperti penipuan dan pencurian akun.
“Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan kemampuan dengan apa yang disebut keamanan digital. Kompetensi keamanan digital adalah mengamankan perangkat pribadi, mengamankan identitas digital, mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak digital, serta memahami keamanan digital untuk anak-anak,” tuturnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kegiatan itu khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. (RO/OL-7)
HARI-HARI ini, Indonesia dan dunia internasional dihadapkan pada situasi krisis yang luar biasa.
MARAH karena ditantang hal etika dalam debat para capres, beliau yang ditantang meledak: "Ndasmu etik." Ledakan itu tak perlu dilebih-lebihkan.
Presiden Donald Trump mencopot David Huitema sebagai Direktur Kantor Etika Pemerintah (OGE), langkah yang dianggap sebagai upaya menghindari pengawasan independen terhadap pemerintahan.
Menurut Aristoteles, pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu terminius technikus dan manner and custom.
Etika dibutuhkan ketika memasuki dunia digital. Interaksi antar budaya di ruang digital pun dapat menciptakan standar baru mengenai etika.
Sekarang setiap orang selalu menggenggam gawai, tak terkecuali anak-anak.
Kominfo Bersama Indosat Ooredoo Hutchison dan Mastercard, Latih Satu Juta Talenta Keamanan Siber
Kurangi akses media digital atau elektronik dengan memindahkan perangkat elektronik ke ruang yang lebih publik. Sehingga anak-anak akan lebih mudah diawasi.
KEMENTERIAN Komunikasi dan Informatika sempat mencanangkan Rancangan Peraturan Menteri (RPM) Layanan Konten empat tahun silam
Menkominfo menegaskan, ‘penyakit kedua’ yang menyertai pandemi Covid-19 itu menimpa pada orang yang tidak bisa membedakan mana informasi yang benar dan dari mana sumbernya.
Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan digital skills gap, di mana kebutuhan tenaga kerja ahli dalam bidang digital masih belum tercukupi.
Digital Talent Scholarship tidak hanya hadir untuk memenuhi kebutuhan skill di era digital, tetapi sekaligus mempertahankan produktivitas masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved