Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
SEBAGIAN pengguna internet dan aplikasi di Asia Pasifik masih terfokus pada kenyamanan dan pengalaman pengguna saat berselancar di internet maupun menggunakan aplikasi. Keamanan data pribadi bagi sebagian pengguna merupakan tanggung jawab perusahaan dan pemerintah.
Hal itu terungkap dalam laporan terbaru F5 bertajuk Curve of Convenience 2020: The Privacy-Convenience Paradox. Laporan dari survei secara daring pada 25 Maret-13 April terhadap 4.100 responden (703 responden dari Indonesia) itu menunjukkan 43% konsumen Asia Pasifik berharap perusahaan melindungi data mereka, dengan 32% responden meyakini hal tersebut tanggung jawab pemerintah.
Sedangkan 9 dari 10 pengguna memilih kenyamanan penggunaan yang mulus dibanding keamanan data saat berselancar atau membuka aplikasi. Laporan itu menunjukkan perlu upaya keras menyeimbangkan persepsi keamanan data dan kenyamanan pengguna internet.
Baca juga : Inklusi, Konektivitas Internet dan Perlindungan Konsumen di RI Masih Jauh dari Harapan
Laporan itu juga memperlihatkan keinginan publik pada perusahaan dan pemerintah untuk memperkuat kerangka keamanan data mereka dan memperketat regulasi serta kepatuhan terhadap kebijakan.
“Dengan Covid-19 yang mengubah banyak aspek rutinitas, sebagian besar dari kita telah beradaptasi menuju kenormalan baru yang melibatkan working-from-home hingga aplikasi online untuk perbankan, hiburan, belanja, dan layanan antar makanan yang telah menjadi cara utama kita mengakses barang dan jasa. Dalam situasi yang krusial seperti ini, perusahaan-perusahaan harus bekerja dengan lebih keras dalam membenahi kekuatan keamanan mereka untuk melindungi data pelanggan dan internal perusahaan.” kata Ankit Saurabh, Assistant Lecturer di School of Engineering and Technology, PSB Academy dalam keterangannya.
Agar terus bisa kompetitif dalam kondisi seperti ini, berbagai perusahaan harus terus menyediakan pengalaman digital yang unik, berperforma tinggi, dan aman secara konsisten sembari memenuhi persyaratan dan kewajiban keamanan yang rumit.
Baca juga : Hindari Pencurian Data, Berikut Tips Berinternet Aman
Mereka juga harus memastikan pengalaman pengguna yang nyaman, mulus, dan mudah digunakan. Guna mencapai tujuan ini, perusahaan-peruashaan harus berkaca pada sumber daya yang belum mereka sentuh, yakni para pelanggan.
Laporan Curve of Convenience 2020 menunjukkan, 27% responden bahkan tidak menyadari terjadinya pembobolan pada situs atau aplikasi yang banyak digunakan. Sehingga, sangat penting untuk memperlakukan pelanggan seperti sekutu dalam mencapai tujuan bersama untuk pengalaman digital yang menyenangkan dan aman.
Pengguna, jika dibekali dengan informasi yang tepat, bisa meningkatkan kewaspadaan mereka untuk berbagi data atau bahkan menuntut transparansi mengenai bagaimana data mereka akan digunakan.
Baca juga : Stockbit Perkenalkan Desktop App untuk MacOS dan Windows PC
“Sangat penting bagi para perusahaan-perusahaan untuk membekali tenaga kerja mereka dengan skill yang diperlukan, selain melibatkan pelanggan dalam perjalanan keamanan-kenyamanan ini untuk menghentikan ancaman siber,” kata Saurabh.
Senior Vice President, Asia-Pasifik, Tiongkok, dan Jepang F5 Adam Judd mengatakan, di tengah pandemi, perusahaan-perusahaan harus meningkatkan upaya transformasi digital. Konsumen pun menuntut lebih banyak dari aplikasi yang biasa mereka gunakan untuk bermain, bekerja, dan terhubung.
“Untuk mengintegrasikan kenyamanan dan keamanan, perusahaan-perusahaan harus melibatkan pelanggan secara proaktif di semua tahap pengembangan aplikasi, bukan hanya pada akhirnya saja. Khususnya, di masa ketika konsumsi aplikasi dan rentannya keamanan terus meningkat dari hari ke hari, " jelasnya.
Baca juga : Penetrasi Data Center masih Rendah, Bitera Tangkap Peluang
Judd menambahkan, bermitra dengan pelanggan berarti industri akan semakin tumbuh, dan perusahaan, bersama mitra digitalnya bisa menciptakan solusi yang lebih baik untuk pengalaman mulus dan aman, kapan saja, setiap saat.
"Pada akhirnya, menunjukkan pada pengguna apa yang dipertaruhkan akan membuat mereka merasa harus terlibat untuk melindungi dirinya sendiri," ujarnya.
Di saat pelanggan memilih untuk menyerahkan tanggung jawab keamanan digital ke perusahaan dan pemerintah, sangat penting bagi perusahaan untuk terus mengedukasi dan bermitra dengan pengguna mengenai konsekuensi pilihan untuk mengorbankan data atau privasi demi pengalaman yang lebih mulus.
Dengan kemitraan itu, perusahaan bisa dengan mudah memanfaatkan solusi teknologi yang lebih canggih untuk mengimplementasikan keamanan yang lebih kokoh sambil memberikan pengalaman tanpa friksi yang diharapkan konsumen. (RO/OL-7)
Jumlah pengguna e-commerce di Indonesia diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan, dengan peningkatan 11,2% secara tahunan.
Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai Rp1.860 triliun pada 2024, yang setara dengan 8,4 persen dari PDB nasional. Sektor ini diproyeksikan tumbuh dengan angka 5%-6% per tahun.
Plt. Direktur Pengembangan Ekosistem Digital, Kementerian Komunikasi dan Digital, Sonny Sudaryanah, membuka seminar dengan keynote remarks.
Kekuatan bisnis yang telah terbentuk selama bertahun-tahun perlu dioptimalkan melalui inovasi dan digitalisasi agar tetap relevan, berdaya saing, dan siap bersaing di pasar global.
Kedaulatan ekonomi digital Indonesia semakin penting di tengah laju digitalisasi dan ketidakpastian global.
Kreator digital di Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk budaya online dan menggerakkan ekonomi kreatif.
GGA menggabungkan mobilitas listrik terjangkau, peluang kepemilikan usaha, dan solusi pengisian daya nasional dalam satu aplikasi.
PEMILIK media sosial X (dulu Twitter), Elon Musk, mengatakan bahwa pihaknya menemukan arsip video untuk aplikasi video pendek Vine, yang diduga telah dihapus.
Pelajari cara menggunakan Get Contact untuk lacak nomor penipu dengan mudah. Ikuti langkah sederhana untuk cek nomor tak dikenal!
DI tengah era digitalisasi yang terus bergerak cepat, perubahan teknologi memengaruhi setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam industri pembiayaan.
Ancaman dari pelaku kejahatan siber berkembang jauh lebih cepat dibanding perkembangan kerangka kerja keamanan tradisional
Sepanjang 2024, aplikasi ini telah menerima 874 laporan dari berbagai kanal, termasuk WhatsApp dan media sosial.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved