Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bermainlah dengan Penuh Kegembiraan

Suryopratomo Pemerhati sepak bola
06/7/2024 05:00
Bermainlah dengan Penuh Kegembiraan
Suryopratomo Pemerhati sepak bola(Seno)

SEPAK bola adalah sebuah permainan. Oleh karena permainan, maka harus dilakukan dengan penuh kegembiraan. Sebab, hanya dengan kegembiraan bermain, semua ekspresi, kreativitas, kekompakan akan tercurahkan di lapangan dan dari sanalah bisa diraih kemenangan.

Itulah yang kita bisa petik dari penampilan kesebelasan Spanyol di ajang Euro 2024. Dengan materi pemain muda, Luis de la Fuente membangun La Furia Roja yang baru. Sebagai pelatih yang menangani tim Spanyol mulai U-19, kemudian U-21 dan U-23, De la Fuente memberikan kesempatan bagi para pemain untuk mengekspresikan kegembiraan.

Lamine Yamal dan Nico Williams menjadi model bagaimana kegembiraan bermain harus ditampilkan. Yamal yang baru berusia 16 tahun tidak pernah mengenal takut. Meski harus menghadapi tim besar seperti Kroasia dan Italia, mereka selalu tampil dengan penuh riang gembira.

Baca juga : Inggris vs Swiss: Gareth Southgate Dilematis Tentukan Susunan Pemain

Demikian pula Pedri yang ditempatkan di lapangan tengah mendampingi dua pemain senior seperti Rodri Hernandez dan Fabian Ruiz. Ketika mereka ketinggalan saat menghadapi Georgia, Alvaro Morata dan kawan-kawan tidak harus menjadi panik dan tetap bermain dengan irama mereka. Hasilnya empat gol balasan dapat dicetak oleh Rodri, Ruiz, Williams, dan pemain pengganti, Dani Olmo.

Hal berbeda justru ditampilkan Inggris. Tim asuhan Gareth Southgate bermain terlalu textbook. Akibatnya, penampilan mereka sangat monoton dan tidak menarik untuk ditonton. Para pendukung St George’s Cross sendiri kesal melihat penampilan tim kesayangan mereka. Sama sekali tidak terlihat ekspresi keriangan di lapangan. Semua pemain terlalu serius dan asyik dengan diri masing-masing.

Tanpa ada penetrasi yang coba dilakukan memang tidak mungkin bisa tercipta gol yang banyak. Dari tiga pertandingan penyisihan grup, hanya dua gol yang bisa Inggris ciptakan. Padahal mereka memiliki penyerang yang haus gol di klub, seperti Harry Kane, Phil Foden, Bukayo Saka, bahkan gelandang muda asal Real Madrid Jude Bellingham.

Baca juga : Timnas Inggris Nyaris Mudik dari Euro 2024, Gareth Southgate Terima Dikritik

Hanya karena faktor keberuntungan Inggris bisa selamat untuk lolos ke perempat final. Kalau tidak ada gol di masa injury dari Bellingham, tim asuhan Southgate sudah tersingkir di kaki Slowakia. Beruntung di babak perpanjangan waktu, Kane bisa mencetak gol kedua.

Tantangan terberat yang harus bisa dijawab Southgate ialah bagaimana membuat tim asuhannya bisa bermain lebih santai dan kreatif. Bukan seperti robot yang tidak memiliki imajinasi dan hanya mendahulukan ego kehebatan seperti bermain untuk klub mereka.

Bellingham, misalnya, harus mau membumi dan tetap rendah hati bahwa kehebatan di Real Madrid bukan karena dirinya sendiri, melainkan karena dukungan 10 pemain hebat Real Madrid lainnya.

Baca juga : Inggris vs Slovakia: Southgate Puji Gol Dramatis Harry Kane dan Bellingham 

Ia belum menjadi bintang besar seperti Lionel Messi yang bisa mengubah permainan tim. Pada usia ke-21 sekarang ini ia masih dalam proses menjadi bintang. Karena itu, tidak perlu cengeng untuk sedikit-sedikit jatuh dan minta perlindungan wasit. Tidak perlu berlama-lama juga dengan bola, lebih baik arahkan untuk lebih cepat dan lebih sering menembus kotak penalti lawan.

Pelatih Manchester City Josep Guardiola setiap kali memberikan pengarahan kepada anak asuhnya selalu meminta untuk lebih banyak mengendalikan bola. Namun, bola itu kemudian harus diarahkan secepat dan sesering mungkin masuk kotak penalti lawan karena dengan itulah peluang mencetak gol akan menjadi lebih banyak.

“Lihat bagaimana Messi bermain. Dari semua sudut lapangan, dia selalu terus berupaya masuk kotak penalti lawan karena dari sanalah kemudian gol akan bisa tercipta,” demikian Pep selalu mengingatkan anak asuhnya baik sebelum bertanding maupun ketika waktu istirahat pertandingan.

Baca juga : Gareth Southgate Klaim Timnas Inggris Lebih Berkembang Meski Ditahan Imbang Slovenia di Euro 2024

Persoalan terberat St George’s Cross sekarang ini ialah kurangnya keberanian untuk menembus kotak penalti lawan. Hanya Saka yang masih tampil seperti ketika bermain di Arsenal. Foden kehilangan ketajaman sebagai pemain terbaik Liga Primer musim lalu dan lebih sering berputar-putar tanpa arah.

Southgate terjebak pada nostalgia Euro 2020 dan nama besar pemain. Ia tidak fokus pada pemain yang ada di dalam timnya, malah memikirkan pemain yang jelas-jelas tidak ada seperti Kalvin Phillips, Harry Maguire, dan Jordan Henderson. Padahal, ia memiliki pemain muda yang potensial seperti Kobbie Mainoo atau Cole Palmer.

Sepanjang Southgate tidak bisa lepas dari nostalgia dan tidak berani melakukan eksperimen, sulit bagi Inggris untuk lolos ke semifinal. Apalagi lawan yang harus mereka hadapi Sabtu malam ialah Swiss.

 

Tim kejutan

Sejauh ini Swiss tampil luar biasa. Pelatih Murat Yakin mampu membangun sebuah tim yang solid. Granit Xhaka dan kawan-kawan tidak hanya berhasil menahan tuan rumah Jerman 1-1, tetapi juga mampu menyingkirkan juara bertahan Italia dengan skor 2-0.

Swiss memainkan sepak bola yang simpel dan efisien. Xhaka, yang sukses menggalang kekuatan Bayer Leverkusen memenangi Bundesliga untuk pertama kalinya dan tidak terkalahkan, menjadi jenderal lapangan yang meyakinkan di tim Rossicrociati atau 'Palang Merah' sekarang ini.

Kemenangan atas Italia tentu semakin menambah keyakinan para pemain. Ujung tombak Breel Embolo yang kuat dan cepat akan membuat pertahanan Inggris dipaksa memberi perhatian khusus. Kesempatan itu tidak cuma memberikan peluang kepada penyerang sayap Ruben Vargas dan Fabian Rieder memanfaatkan ruang kosong yang dibuka Embolo, tetapi juga gelandang serang seperti Remo Freuler.

Gol pertama Swiss yang dicetak Freuler ke gawang Italia berawal dari set pieces yang cantik. Freuler datang dari belakang untuk menyambut umpan tarik Vargas dan setelah satu sentuhan, gelandang asal klub Bologna itu melepas tendangan voli di atas tanah yang tidak bisa ditahan kiper Gianluigi Donnarumma.

Sama seperti Inggris, tim Azzurri kehilangan kreativitas mereka di Euro 2024. Luciano Spalletti mencoba untuk membuat Italia yang lebih menyerang daripada biasanya. Namun, dengan permainan yang terlalu monoton, akibatnya perjalanan Italia terseok-seok sejak awal kejuaraan.

Kalau Southgate tidak belajar dari kesalahan Italia, nasib tim asuhannya bisa jadi akan sama. Mimpi mereka yang buyar empat tahun lalu di kaki Italia akan lebih menyakitkan lagi di kejuaraan kali ini.

Apalagi, pertahanan Swiss yang dikawal kiper Yann Sommer sangat solid. Jerman pun harus menunggu waktu tambahan untuk bisa mengatasi ketertinggalan mereka. Meski hanya memainkan tiga pemain belakang, Fabian Schar, Manuel Akanji, dan Ricardo Rodriguez, Xhaka mampu menggerakkan empat pemain gelandang untuk naik dan turun menjaga keseimbangan tim.

Malam nanti akan lebih baik bagi Southgate mempertahankan Mainoo mendampingi Bellingham dan Declan Rice menggalang lapangan tengah. Trent Alexander-Arnold memang pernah didorong Juergen Klopp mengisi lapangan tengah Liverpool, tetapi karakter Alexander-Arnold lebih cocok sebagai bek sayap yang aktif ikut menyerang, bukan bermain di gelandang.

Bahkan Southgate harus memikirkan barisan pertahanan agar tidak mudah diobrak-abrik pemain Swiss. Tidak kunjung pulihnya Luke Shaw membuat bek kiri Inggris menjadi lemah. Kieran Trippier yang mengisi tempat Shaw tidak kunjung bisa beradaptasi karena ia biasa menempati posisi bek kanan yang diisi Kyle Walker.

Tidak boleh ada lagi kecerobohan dari pemain belakang Inggris seperti saat menghadapi Slovakia ketika tendangan bebas justru diarahkan kepada pemain lawan. Kalau malam nanti kejadian itu berulang, Inggris pantas bersiap-siap untuk lebih dulu angkat koper.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya