Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Kedinginan di Stadion Gurun yang Terik

Akmal Fauzi
24/11/2022 18:31
Kedinginan di Stadion Gurun yang Terik
Dua lubang yang mengalirkan udara dingin di Stadion Al-Bayt, Al-Khor, utara Doha, Qatar, yang membuat suhu di sekitarnya menjadi sejuk.(AFP/MANAN VATSYAYANA )

ADA kekhawatiran panas bakal menyengat saat gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar. Faktanya, para penonton justru mengeluh kedinginan di dalam stadion.

Turnamen yang digelar di wilayah gurun terik, para penggemar justru menggigil lantaran suhu di stadion yang terlalu dingin mencapai 19 derajat Celcius.

Pemerintah Qatar memang menghabiskan jutaan dolar Amerika untuk mendinginkan tujuh dari delapan stadion yang digunakan untuk Piala Dunia 2022. Satu-satunya stadion yang tidak dilengkapi fasilitas AC adalah The 974 Stadium, yang hanya menyelenggarakan pertandingan malam hari.

Teknologi sistem pendingin ini melibatkan penggunaan energi matahari yang dikembangkan dengan bantuan Qatar University. Udara luar didinginkan dan kemudian didistribusikan melalui perangkat di tribune dan pipa besar di sisi lapangan.

"Kami bukan hanya mendinginkan udara, tetapi juga membersihkannya," ujar Dr Saud Abdulaziz Abdul Ghani, Profesor Teknik Mesin Qatar University yang berperan atas tercipta sistem pendingin ini.

Alasan utama menggeser perhelatan Piala Dunia 2022 ke akhir tahun juga karena suhu rata-rata di Qatar sangat panas pada Juni dan Juli, saat turnamen sebelumnya dilangsungkan. Suhu Qatar pada bulan itu bisa mencapai 42 derajat Celsius.

Dengan digelar pada November, suhu di sana diperkirakan hanya mencapai 24 derajat Celsius. Kendati begitu Qatar tetap berinovasi dengan memasang sistem pendingin di setiap stadion agar semakin ramah, baik untuk pemain maupun penonton.

Namun, para penggemar mengatakan tuan rumah bertindak terlalu jauh, terutama selama pertandingan malam hari, ketika suhu gurun turun dari 30 derajat celcius menjadi sekitar 19 derajat Celcius. Bahkan suporter tuan rumah sakit, Faisal Rasheed harus mengenakan pakaian berlapis warna merah marun, warna bendera negaranya.


Baca juga: Wapres Sebut Kemenangan Jepang dan Arab Saudi Kebangkitan Asia


"Sebenarnya terlalu dingin," kata Faisal.

Mario Sanchez, seorang suporter berusia 33 tahun asal Amerika Serikat, mengomentari kondisi stadion yang terlalu dingin. Hal ini disebabkan pendingin udara yang terdapat di dalam stadion sudah diatur untuk tetap berada pada suhu 20 derajat Celcius.

"Sebenarnya terasa agak dingin malam ini, tetapi itu karena cuaca juga sangat berangin," ujarnya.

Saat laga pembuka antara Qatar dan Ekuador Minggu (20/11), suhu area luar Stadion Al Bayt sebenarnya masih normal, yakni sekitar 25 derajat Celcius. Namun, penonton mengeluh kedinginan karena panitia memutuskan untuk menyalakan pendingin Stadion Al Bayt.

Tujuan panitia adalah untuk menurunkan suhu dalam Stadion Al Bayt menjadi sekitar 20 derajat Celcius. Namun penonton kedinginan karena atap Stadion Al Bayt dibiarkan terbuka sementara cuaca saat pertandingan berangin.

"Kami semua membeku kedinginan di dalam. Kami memiliki daerah dingin di Ekuador. Namun, suhu dingin saat ini pertandingan lebih buruk daripada rumah kami atau Eropa," kata suporter timnas Ekuador, Angelica.

"Kaki kami membeku. Kami menutupi tubuh kami dengan bendera. Kami ingin mereka mematikan AC itu," tambahnya.

Namun, kiper Inggris Jordan Pickford mengatakan kondisi suhu di dalam stadion cukup tepat untuk para pemain di lapangan. "Saya pikir itu dingin di tribune. Tapi sebagai pemain, itu adalah suhu yang sempurna bagi kami. Dengan sistem pendingin di tempat itu sangat bagus," ujarnya. (OL-16)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik