Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Piala Dunia Qatar, Rakyatnya Perangi Obesitas lewat Sepak Bola

Dhika Kusuma Winata
20/11/2022 11:35
Piala Dunia Qatar, Rakyatnya Perangi Obesitas lewat Sepak Bola
Anak laki-laki bermain sepak bola di Flag plaza di Doha pada 15 November 2022, menjelang turnamen sepak bola Piala Dunia Qatar 2022.(AFP/Andrej Isakovic.)

QATAR mamandang Piala Dunia tak sebatas gengsi turnamen terbesar sejagat. Di balik gemerlap Piala Dunia, Qatar juga melihat sepak bola dan Piala Dunia sebagai momentum untuk menendang jauh-jauh persoalan obesitas yang mendera anak-anak.

Di Doha, ada Alain yang berusia tujuh tahun bersama puluhan anak lain yang memanfaatkan sepak bola sebagai sarana memerangi obesitas. Mereka ingin menurunkan berat badan demi mengejar mimpi menjadi pesepak bola profesional.

Menggiring bola di sekitar jejeran kerucut di lapangan, Alain ambil bagian dalam kampanye untuk mendorong hidup sehat di negara yang memiliki tingkat obesitas mengkhawatirkan. "Saya di sini untuk menurunkan berat badan dan menjadi pesepak bola karena olahraga ini membuat saya bahagia," kata Alain dengan senyum sambil menyeka keringat di dahinya.

Hidup sehat dan bugar menjadi impian di negara teluk yang kaya sumber daya itu. Di sana olahraga, khususnya di luar ruangan, amat terbatas karena cuaca panas.

Ratusan pesepak bola dunia dengan badan atletis super fit yang kini berada di Qatar untuk Piala Dunia pun merupakan anomali di semenanjung gurun itu. Di Qatar, 70% orang dewasanya mengalami obesitas alias kelebihan berat badan.

Tak hanya Qatar, obesitas juga mendera negara-negara di kawasan itu seperti Oman dengan 66% masyarakatnya kelebihan berat badan menurut angka resmi. Studi pada 2020 juga menyebut obesitas kanak-kanak di Kuwait mencapai 35%-40%.

Di Uni Emirat Arab, obesitas pada anak melonjak dari 12% menjadi 17,4% hanya dalam dua tahun pada 2020, menurut data kementerian kesehatan setempat. Pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup jarang gerak disebut menjadi penyebabnya. Pasalnya, musim panas di kawasan itu kerap menjadi yang terpanas di dunia sehingga akan berbahaya untuk berolahraga di luar ruangan.

Ali Koteich, direktur Akademi Olahraga Cedars tempat Alain berlatih, mengatakan aktivitas fisik sangat penting bagi anak-anak di Doha karena pilihan mereka lazimnya hanya pergi ke mal atau taman. "Di tempat seperti Doha, olahraga sangat penting bagi anak-anak," kata pria berusia 39 tahun itu.

Sebanyak 24% kematian kalangan orang dewasa di negara teluk itu akibat kondisi jantung dan 7% lantaran diabetes. Data WHO memerkirakan hampir setengah miliar orang di dunia berpotensi mengembangkan penyakit-penyakit itu pada 2030 lantaran jarang berolahraga. "Obesitas terkait dengan berbagai penyakit kronis termasuk diabetes dan stres," jelas Yousef al-Maslamani, seorang dokter dan juru bicara kesehatan untuk Piala Dunia 2022. "Itulah alasan sangat penting untuk menunjukkan olahraga dan kesehatan terhubung," imbuhnya.

Di Piala Dunia, kalangan anak-anak turut didorong untuk mengirimkan video gerakan tarian yang dapat digunakan pemain sebagai perayaan gol dalam upaya yang didukung FIFA untuk membuat mereka bisa lebih aktif. "Kami tahu dampak negatif pada kesehatan anak-anak yang kurang olahraga," kata Ketua FIFA Gianni Infantino.

Soal dampak menjadi tuan rumah untuk hajatan olahraga besar dapat meningkatkan kesehatan suatu bangsa memang masih diperdebatkan. Pada 2019, Institut Riset Kesehatan dan Perawatan Nasional Inggris mengatakan Olimpiade London 2012 hanya berdampak kecil dan temporer untuk menginspirasi penduduknya berolahraga. Meski begitu, pesan mempromosikan hidup sehat setidaknya sudah didengungkan. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik