Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kelompok Peretas Incar Pengkritik Piala Dunia di Qatar

Basuki Eka Purnama
07/11/2022 09:15
Kelompok Peretas Incar Pengkritik Piala Dunia di Qatar
Logo Piala Dunia 2022 terlihat di Doha, Qatar.(AFP/Gabriel BOUYS)

SEBUAH kelompok peretas asal India mengincar para pengkritik Piala Dunia 2022 yang akan digelar di Qatar. Hal itu terungkap dalam laporan yang diterbitkan kelompok wartawan Inggris, Minggu (6/11),

Data yang dibocorkan kepada surat kabar Sunday Times dan Biro Wartawan Investigasi (TBU) menunjukkan adanya aksi peretasan terhadap puluhan pengacara, wartawan, dan orang terkenal sejak 2019 yang dibiayai oleh satu klien saja.

"Penyelidikan kami menunjukkan dengan kuat bahwa klien yang dimaksud adalah tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar," ungkap laporan itu yang memancing pemerintah Qatar menuding laporan itu salah dan tidak berdasar.

Baca juga: Qatar Sita Ratusan Replika Trofi Piala Dunia

Di antara korban peretasan itu adalah Michel Platini, mantan presiden UEFA.

Platini, yang diretas menjelang pertemuan dengan kepolisian Prancis untuk membahas soal korupsi terkait Piala Dunia, mengaku sangat terkejut dengan laporan itu.

Dia mengaku akan mencari tahu langkah hukum yang bisa diambil terhadap aksi yang disebutnya melanggar privasi dirinya itu.

Konsultan asal London, Ghanem Nuseibeh, yang perusahaannya Cornerstone membuat laporan mengenai korupsi terkait Piala Dunia juga menjadi target.

Korban lainnta mencakup Nathalie Goulet, senator Prancis yang merupakan kritikus kuat terhadap penunjukkan Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia karena memandang Qatar sebagai sponsor terorisme, serta Mark Somos, pengacara yang mengajukan gugatan terhadap keluarga kerajaan Qatar keada Komisi HAM PBB.

Tanpa bukti

Pemerintah Qatar membantah tudingan itu dengan menyebut laporan dari TBU dipenuhi ketidakkonsistenan dan kesalahan yang mencoreng kredibilitas organisasi itu.

"Laporan itu berasal dari sumber tunggal yang mengaku kliennya adalah Qatar meski tidak ada bukti untuk menunjang pernyataannya," tegas pemerintah Qatar dalam sebuah pernyataan resmi.

"Sejumlah perusahaan juga mengaku terkait dengan Qatar, meski tidak ada bukti untuk menunjangnya, dalam upaya mendongkrak profil mereka menjelang Piala Dunia."

"Keputusan TBU untuk menerbitkan laporan ini tanpa bukti yang memadai meningkatkan pertanyaan mengenai motif mereka, yang tampaknya politis ketimbang demi kepentingan publik," lanjut pemerintah Qatar. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya