Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Ironis, Pemaksaan Pertandingan di Kanjuruhan Malam Hari untuk Akomodasi Iklan Rokok

Dinda Shabrina
11/10/2022 14:02
Ironis, Pemaksaan Pertandingan di Kanjuruhan Malam Hari untuk Akomodasi Iklan Rokok
Desakan untuk mengusut tuntas tradegi kanjuruhan yang menewaskan 131 suporter Arema FC.(MI/Bryan Bodo)

TIM Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) menemukan adanya keterlibatan pihak yang berkuasa untuk memaksa pertandingan malam hari karena ingin memasang iklan rokok. Bila dugaan ini benar, pakar kesehatan yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan kekecewaannya.

“Benar-benar menyedihkan, bukan saja karena dengan amat tragis sudah memakan korban jiwa lebih dari 130 orang saudara-saudara kita. Kalau dugaan TGIPF tentang pertimbangan iklan rokok di kejadian ini benar adanya maka itu adalah hal yang benar-benar ironis, memprihatinkan, menyedihkan dan perlu jadi salah satu rekomendasi untuk melakukan tata ulang aturan demi melindungi kesehatan anak bangsa di masa depan,” ujar Tjandra kepada Media Indonesia, Selasa (11/10).

Tjandra menyampaikan semua sepakat bahwa merokok membahayakan kesehatan. Data WHO pada Mei 2022 lalu menyebutkan bahwa kebiasaan merokok dan mengkonsumsi tembakau ini membunuh lebih dari 8 juta orang setahunnya di dunia. Sebanyak 1,2 juta orang diantaranya terjadi para perokok pasif, yaitu mereka yang tidak merokok tetapi terpaksa jadi jatuh sakit akibat asap rokok orang disekitarnya.

“Di dunia prevalensi perokok menurun dari 22,7% di tahun 2007 menjadi 17,5% di tahun 2019. Tetapi Indonesia sebaliknya, data Indonesia Global Adult Tobacco Survey yang dipresentasikan Kementerian Kesehatan kita menunjukkan di negara kita justru ada peningkatan jumlah perokok, dari 61,4 juta di tahun 2011 menjadi 70,2 juta di tahun 2021,” ungkap Tjandra.

“Kita tahu dan amat sedih bahwa sebagian korban di tragedi Kanjuruhan adalah anak-anak, demikian juga cukup banyak anak-anak yang menonton pertandingan ini. Data Kementerian Kesehatan berdasar beberapa survei nasional (GYTS, Riskesdas, Siskernas) menunjukkan kenaikan perokok anak di negara kita, dari 7,2% di tahun 2013, naik jadi 8,8% di tahun 2016, terus naik jadi 9,1% di 2018, naik lagi jadi 10,7% di tahun 2019. Kalau dibiarkan begini terus maka angka perokok anak akan dapat mencapai 16% di tahun 2030,” tambah Tjandra.

Peran iklan rokok, kata Tjandra jelas amat besar dalam hubungan dengan konsumsi rokok yang membahayakan kesehatan ini. Selaras dengan data GATS yang dipresentasikan Kementerian Kesehatan kita menunjukkan peningkatan paparan pada iklan rokok di papan reklame dari 39,6% di tahun 2011 menjadi 43,6% di tahun 2021, sementara peningkatan paparan iklan di internet jauh lebih tinggi lagi, dari 1,9% di tahun 2011 menjadi 21,4% di tahun 2021.

“Sekali lagi, ini sungguh sangat ironi,” tandasnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya