Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

FIFA Desak Negara Dunia Tampung Atlet Asal Afghanistan

Basuki Eka Purnama
27/10/2021 06:15
FIFA Desak Negara Dunia Tampung Atlet Asal Afghanistan
Presiden FIFA Gianni Infantino bermain bola dengan pesepak bola putri Afghanistan di tempat penampungan mereka di Doha, Qatar.(AFP/Jacqueline PENNEY)

FIFA mendorong dunia internasional untuk menggalakkan upaya membantu para atlet asal Afghanistan menemukan rumah baru setelah Taliban mengambil alih negara mereka.

Lebih dari 150 anggota komunitas olahraga Afghanistan, termasuk 50 pesepak bola putri, dan keluarga mereka telah dievakuasi pada bulan ini dengan bantuan Qatar, berkoordinasi dengan badan sepak bola dunia itu.

Ratusan atlet lainnya, yang masih berada di Afghanistan, meminta bantuan untuk meninggalkan negara tersebut.

Baca juga: Shin Tae-yong Minta Timnas U-23 Lebih Percaya Diri di Leg Kedua

"Saya benar-benar memanggil semua pemerintah di Eropa, dan di seluruh dunia, untuk membantu kami (dalam) mencarikan rumah baru, kampung halaman yang baru bagi mereka yang dievakuasi," kata presiden FIFA Gianni Infantino.

"Kita tidak bisa hanya bicara soal solidaritas, kita tidak boleh hanya bicara soal menolong. Kita harus melakukannya secara konkret."

"Mereka telah melewati sesuatu yang tidak seorang pun dari kita bisa bayangkan, dan kita berhasil mengeluarkan mereka," lanjut dia di Doha.

Kelompok Taliban menggulingkan pemerintahan Afghanistan, yang didukung Amerika Serikat, Agustus lalu, dan sejak itu telah mencoba mendapatkan dukungan finansial untuk rezim mereka, menjanjikan peraturan yang lebih fleksibel dibanding terakhir kali mereka memerintah.

Akan tetapi, beberapa perempuan masih dilarang bekerja, ketakutan akan mendapat hukuman karena melakukan olahraga tersebar luas.

Dan meskipun mereka belum mempublikasikan kebijakan formal terkait perempuan dalam olahraga, Taliban telah mengeluarkan pernyataan yang mengindikasikan partisipasi serius perempuan dalam olahraga akan mustahil.

Ketika berkuasa di Afghanistan dari 1996 hingga 2001, Taliban melarang perempuan melakukan aktivitas olahraga dan bahkan bertanding.

Stadion olahraga juga sering dipakai untuk eksekusi di depan publik.

Pemerintah Taliban, yang seluruhnya beranggotakan pria, telah menutup kementerian urusan perempuan dan menggantikannya dengan badan yang terkenal karena memaksakan doktrin religius selama masa kepemimpinan yang pertama.

Taliban, sejak itu, membantah penghapusan kementerian tersebut dan bersikeras mereka mengatur kerangka kerja untuk itu.

Joyce Cook, pejabat CSR dan edukasi FIFA, mengatakan 158 orang dari komunitas olahraga tersebut dan keluarga mereka akan bertolak dari Doha ke Albania hingga solusi permanen dicapai.

Mereka merupakan bagian dari daftar 545 orang yang ingin meninggalkan Afghanistan.

"Kami sangat membutuhkan negara-negara untuk berbuat sekarang," kata Cook seraya menambahkan tantangan terbesar sekarang adalah menemukan negara-negara permanen untuk tempat tinggal mereka.

"FIFA memiliki 211 anggota asosiasi, itu 211 negara, dan kami memanggil semua negara itu untuk membantu kami sekarang," imbuhnya.

Seorang perempuan berusia 24 tahun, yang telah membela timnas sepak bola Afghanistan sejak 2011, mengatakan semuanya berubah ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada pertengahan Agustus.

"Mereka orang-orang yang berpikiran pendek (yang memandang) perempuan itu tidak ada artinya... Saya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa perempuan juga manusia. Itu kenapa saya bergabung di sepa kbola," kata perempuan yang tidak bersedia disebutkan identitasnya.

Dengan lengan dan kaki memar karena berlatih di lantai beton selama berjam-jam, dia mengatakan sepak bola seperti 'obat yang menenangkan'.

Menggunakan botol air minum untuk menandai gawang, timnya kini bermain mengenakan sandal jepit dan jins di kompon Doha, semua berbagi harapan yang sama.

"Saya dan perempuan-perempuan lainnya, kami memiliki mimpi untuk pergi ke Kanada," kata dia.

Sejumlah anggota tim sepak bola putri junior Afghanistan dan keluarga mereka telah terlebih dahulu meminta suaka ke Portugal dan kembali berlatih di pinggiran Kota Lisabon.

"Apabila Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, Australia, dan Selandia baru, bila mereka bisa memberi kami sinyal dan menyambut perempuan-perempuan ini, saya rasa itu akan menjadi pesan yang luar biasa bagi solidaritas dan kesatuan yang hanya bisa dibawa oleh sepak bola," kata Infantino.

Australia dan Selandia Baru akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Putri pada 2023, sedangkan AS, Meksiko dan Kanada berbagi tugas menggelar Piala Dunia Putra 2026.

Bagi Cook, cerita atlet Afghanistan itu mencerminkan tragedi kemanusiaan.

"Sangat menyesakkan mendengar kisah mereka. Mereka adalah orang-orang yang layak mendapatkan awal dari kehidupan baru," pungkasnya. (Ant/OL-1);



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya