Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
INGGRIS benar-benar tidak bisa melepaskan kutukan kompetisi mayor, baik di Piala Dunia maupun Piala Eropa. The Three Lions kembali gagal meraih trofi meski sudah berada di partai final Piala Eropa 2020 di kandang sendiri.
Mereka tidak pernah menjuarai turnamen besar sejak menggondol satu-satunya trofi pada Piala Dunia, 55 tahun lalu.
Di partai pamungkas Piala Eropa 2020, yang digelar di Wembley, Senin (12/7) dini hari WIB tadi, Inggris dipaksa mengakui keunggulan Italia yang menang lewat babak adu penalti 2-3.
Baca juga: Kalahkan Inggris Lewat Adu Penalti, Italia Juara Piala Eropa 2020
The Three Lions awalnya membuka papan skor di menit kedua melalui Luke Shaw, namun itu bisa disamakan oleh Leonardo Bonucci di pertengahan babak kedua.
Tiga penendang penalti Inggris gagal menunaikan tugasnya. Mereka adalah Marcus Rashford, Jadon Sancho dan Bukayo Saka. Sementara itu, hanya dua eksekutor Italia yang gagal dan mereka pun berhak mengangkat trofi Piala Eropa untuk pertama kalinya sejak 1968.
Penyerang Inggris Harry Kane tidak mampu menutupi kekecewaannya kalah di laga final pertama mereka di ajang Piala Eropa.
"Ini akan menyakitkan di sisa karier kami, tapi itulah sepak bola. Kami semua adalah pemenang dan ingin menang," kata Kane.
"Saya tidak bisa memberikan hal lebih. Para pemain juga tidak bisa memberikan hal lebih. Penalti menghadirkan perasaan terburuk di dunia ketika Anda kalah,” ujar sang kapten.
Meski kalah di final, Kane yakin pertandingan ini menjadi awal bagi timnas Inggris di turnamen-turnamen berikutnya.
"Ini akan menyakitkan untuk sementara waktu, tetapi kami berada di jalur yang benar dan kami sedang membangun dan mudah-mudahan kami dapat maju dari tahun depan," ujarnya.
Pelatih Inggris Gareth Southgate mengaku bertanggung jawab penuh atas kegagalan Inggris di adu penalti. Keputusannya menunjuk Rashford, Sancho, dan Saka menjadi penendang ini mendapat banyak sorotan.
Rashford dan Sancho baru bermain di menit ke-118 pada babak perpanjangan waktu. Sementara untuk Saka, Southgate dianggap terlalu berani memilih pemain Arsenal itu untuk mengemban tugas berat. Saka masih berusia 19 tahun dan minim pengalaman di laga internasional.
"Ini semua murni di tangan saya. Saya memutuskan penendang penalti berdasarkan apa yang telah mereka lakukan dalam latihan dan tidak ada yang berdiri sendiri," ujar Southgate.
"Kami menang bersama sebagai sebuah tim dan itu tanggung jawab kami semua karena tidak bisa memenangkan pertandingan malam ini. Namun soal penalti, panggillah saya. Itu tanggung jawab sepenuhnya ada pada saya," jelasnya.
Pelatih Italia Roberto Mancini menyebut anak asuhannya sempat tertekan untuk bisa menyamakan skor. Namun, di babak kedua, Mancini memainkan Bryan Cristante dan Dominico Berardi. Masuknya dua pemain ini mengubah jalannya lagi bagi Italia.
Serangan Italia pun jadi lebih hidup. Gol penyeimbang akhirnya tiba melalui Leonardo Bonucci di menit ke-67.
"Para pemain luar biasa, saya tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini penting untuk semua orang dan penggemar," ujarnya. (Goal/Guardian/Footballitalia/OL-1)
Kedua tim kalah dalam pertandingan pembuka secara dramatis. Ceko kebobolan di waktu tambahan saat kalah 1-2 dari Portugal sedangkan Georgia takluk di tangan Turki dengan skor 1-3
Inggris diharuskan memainkan dua pertandingan tingkat Eropa tanpa penonton serta dibebani denda senilai 100 ribu euro (Rp1,6 miliar).
Mbappe berharap mendapatkan dukungan yang lebih banyak dari rekan setimnya setelah kegagalannya dalam adu penalti melawan Swiss.
Di daftar pencetak gol terbanyak Bundesliga, Schick hanya kalah dari penyerang Borussia Dortmund Erling Braut Halland dan striker Bayern Robert Lewandowski.
Spanyol kalah dalam laga semifinal Piala Eropa 2020, Juli lalu, disingkirkan Italia lewat adu penalti. Italia kemudian melaju ke abbak final dan sukses menjadi juara.
Pengumuman itu muncul setelah UEFA dan CONMEBOL menentang keras rencana FIFA menggelar Piala Dunia dua tahun sekali.
Di usia 33 tahun, delapan bulan, dan 30 hari, Lucy Bronze adalah pemain tertua timnas Inggris di Piala Eropa Putri 2025 dan bermain 598 menit sepanjang Piala Eropa Putri.
Kemenangan di Piala Eropa Putri ini menegaskan dominasi timnas Inggris di kancah sepak bola putri Eropa, sekaligus menambah koleksi gelar mereka menjadi dua kali berturut-turut.
Kemenangan ini menandai sejarah bagi timnas Inggris sebagai tim kedua setelah Jerman yang mampu menjuarai Piala Eropa Putri secara beruntun (2022 dan 2025).
INGGRIS kembali menciptakan kisah heroik di Euro Putri 2025. Chloe Kelly mencetak gol penentu kemenangan di menit ke-119 saat Lionesses bangkit dari ketertinggalan.
Chloe Kelly mencetak gol penentu kemenangan timnas Inggris pada menit ke-119, menyambar bola muntah hanya setelah kiper Italia Laura Giuliani berhasil menyelamatkan tendangan penaltinya.
Inggris berhasil mengalahkan Belanda 4-0 di laga lanjutan Grup D Euro 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved