Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Sekarang Era Tim Oranye 5.0

Dewan Redaksi Media Group Suryopratomo
16/11/2019 07:55
Sekarang Era Tim Oranye 5.0
Dewan Redaksi Media Group Suryopratomo(Seno)

TIDAK banyak piala yang pernah diangkat tim ‘Oranye’ Belanda. Meski demikian, bukan berarti sepak bola mereka berada di pinggiran. Belanda justru mampu mewarnai persepakbolaan dunia dengan ­‘revolusi’ yang mereka lakukan.

Setidaknya ada empat era besar yang sudah mereka lahirkan. Dimulai oleh Johan Cruyff dan kawan-kawannya dengan apa yang dikenal sebagai total football di Piala Dunia 1974. Tanpa lagi terikat pada posisi, 11 pemain harus bisa berperan di mana dia berada. Seperti sebuah mesin, tim ‘Oranye’ melindas semua lawan yang coba menghadang.

Lebih satu dekade setelah itu muncul era Ronald Koeman dan kawan-kawan. Pelatih Rinus Michels kembali melahirkan tim yang sangat ditakuti di Eropa. Dengan pemain seperti Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard, Belanda menjadi kesebelasan terbaik di ‘Benua Biru’.

Piala Eropa 1988 merupakan ajang tertinggi yang pernah mereka menangi. Gol Van Basten ke gawang Uni Soviet akan terus dikenang sebagai gol terbaik yang pernah ada. Tidak salah apabila Rinus Michels kemudian dipilih FIFA sebagai pelatih terbaik abad ini.

Era Van Basten kemudian diganti oleh era Dennis Bergkamp. Bersama pemain-pemain, seperti Frank de Boer, Patrick Kluivert, Edgar Davids, dan Clarence Seedorf, Belanda tetap disegani sebagai tim besar. Itu ditunjukkan dengan keberhasilan mereka lolos hingga semifinal Piala Eropa 1992 dan 2000, juga Piala Dunia 1998.

Setelah gagal ke Piala Dunia 2002, era sepak bola Belanda berubah dengan kemunculan Wesley Sneijder. Bersama Robin van Persie  dan Arjen Robben, Belanda kembali menjadi kekuatan yang ditakuti. Sneijder dan kawan-kawan membawa tim ‘Oranye’ hingga final Piala Dunia 2010 dan empat tahun kemudian lolos lagi hingga semifinal.

Tim ‘Oranye’ kemudian ­tenggelam. Gagal lolos ke ajang Piala Eropa 2016 dan juga Piala Dunia 2018 membuat Belanda mencapai titik nadir. Kesebelasan Belanda dianggap sebagai tim kelas dua.

Bangkit lagi

Pelatih-pelatih terbaik yang dimiliki Belanda sempat dipanggil untuk mengembalikan kebesaran tim ‘Oranye’. Namun, dari Guus Hiddink hingga Dick Advokaat gagal mengangkat pamor mereka. Bintang Piala Eropa 1988, Koeman, sekarang dipercaya membangun kembali kejayaan Belanda.

Beruntung Koeman mendapatkan bintang-bintang muda yang sedang bersinar terang. Terutama di barisan belakang, lahir lagi pemain-pemain yang sangat bisa diandalkan. Mereka sekarang punya Virgil van Dijk yang merupakan pemain belakang terbaik dunia. Ada juga kapten kesebelasan Matthijs de Ligt yang masih berusia 20 tahun dan kini dikontrak klub kaya, Juventus.

Van Dijk dan De Ligt menjadi simbol dari kemunculan tim ‘Oranye’ 5.0. Memang ketika pertama kali tampil, tidak ada yang yakin bahwa mereka akan mampu mengangkat nama besar Belanda. Namun, ­setelah kiprah mereka di Liga Antarnegara UEFA dengan lolos hingga final, ­semua orang mulai memberi perhatian kepada tim muda bentukan Koeman.

Dengan dua bek sayap kawakan asal Ajax Amsterdam, tim ‘Oranye’ bertambah solid. Di kiri ada Daley Blind dan di kanan ada Joel Veltman. Di bawah mistar, mereka juga punya kiper berusia 30 tahun yang bermain untuk Valencia, Jasper Cillessen.

Di lapangan tengah, Belanda juga memiliki gelandang yang sedang bersinar di kompetisi Eropa. Pemain yang sedang menanjak prestasinya itu ialah gelandang asal Liverpool Georginio Wijnaldum. Ia selalu menjadi pemain penentu, baik saat bermain untuk ‘si Merah’ maupun tim ‘Oranye’.

Satu lagi pemain yang dikenal sangat akurat dalam mendistribusikan  bola ialah Frenkie de Jong. Catatan statistik dari gelandang yang bermain untuk Barcelona ini, akurasi operasinya mencapai 61,4% selama 90 menit pertandingan.

Kehadiran gelandang asal Ajax yang tidak pernah mengenal lelah, Donny van de Beek, membuat ­Koeman semakin yakin akan kemampuan tim asuhannya. Tiga pemain lapangan tengah itu membuat keseimbangan tim selalu terjaga dengan baik.

Persoalan yang harus dihadapi Koeman justru ada di barisan depan. Dalam menghadapi pertandingan yang menentukan melawan Irlandia Utara dini hari nanti, dia mungkin harus kehilangan dua pemain ­andalannya, Donyell Malen dan Steven Bergwijn.

Meskipun tanpa duo asal PSV Eindhoven itu, Koeman masih punya Quincy Promes dan Luuk de Jong. Masih ada satu ujung tombak yang bisa sangat diandalkan, yakni Memphis Depay. Ia mampu menghidupkan kembali harapan tim ‘Oranye’ ketika membobol gawang Irlandia Utara di laga pertama.

Namun, sangat mungkin pelatih Belanda itu akan menurunkan pemain kawakan Ryan Babel karena pertandingan nanti menjadi penentu bagi tim ‘Oranye’ untuk bisa lolos ke putaran final Piala Eropa 2020.

Tidak mudah

Meskipun Belanda hanya membutuhkan satu angka untuk lolos ke putaran final, pertandingan di Windsor Park tidaklah mudah. Koeman mengingatkan anak-anak asuhannya untuk berkonsentrasi penuh karena Irlandia Utara pasti akan tampil habis-habisan guna menjaga peluang agar juga bisa lolos ke putaran final tahun depan.

“Kami tidak boleh melupakan pertandingan pertama di Rotterdam karena mereka benar-benar merepotkan kami. Tim saya tidak hanya kebobolan lebih dulu, tapi juga harus menunggu injury time untuk bisa menang,” kata Koeman yang sangat respek kepada tim asuhan Martin O’Neill itu.

Gelandang asal Liverpool, ­Wijnaldum, juga mengakui pertandingan di Belfast nanti merupakan pertandingan yang berat.

“Kami tidak boleh lengah karena pertandingan nanti akan jauh lebih berat daripada saat kami menang 3-1 di Rotterdam,” ujar Wijnaldum.
Dengan dua pertandingan yang masih tersisa, Irlandia Utara tidak boleh sampai kehilangan angka apabila ingin berebut dua tempat dengan Belanda dan Jerman ke putaran final. Namun, center-back Irlandia Utara Jonny Evans tidak mau terbebani oleh keharusan untuk menang.

“Memang dari pengalaman pertandingan pertama, kami mempunyai kualitas yang tidak kalah dari mereka. Namun, lebih realistis apabila kami berharap bisa tetap bisa lolos ke pertandingan play-off,” ucap andalan Irlandia Utara tersebut.

Dari 10 grup yang ada, dua tempat teratas akan otomatis lolos ke putaran final. Namun, ada empat tempat tersisa yang masih bisa diperebutkan delapan tim peringkat ketiga terbaik melalui pertandingan play-off.

Untuk tetap menjaga asa, pelatih O’Neill mungkin akan mempertahankan tim yang ia turunkan di pertandingan pertama Oktober lalu. Ia akan mengandalkan dua pemain kawakan, yakni Evans di belakang dan kapten kesebelasan Steven Davies di tengah sebagai pilar tim.

Dengan pola 4-1-4-1, O’Neill akan tetap mencoba menjaga kedalaman tim. Lima pemain yang ditumpuk di lapangan tengah akan membuat Irlandia Utara lebih solid.

Cornelius Evans sangat efektif untuk memainkan peran sebagai breaker di depan kakak tuanya, ­Jonny Evans.

Tim ‘Oranye’ sempat dibuat frustrasi untuk bisa menembus pertahanan Irlandia Utara  hingga harus menunggu 80 menit sebelum Depay bisa menyamakan kedudukan.

Satu perubahan yang mungkin dilakukan O’Neill ialah menurunkan Josh Magennis sejak menit pertama untuk menggantikan posisi Kyle Lafferty. Pemain asal Hull City itu mampu mencuri gol ketika turun sebagai pemain pengganti di pertandingan pertama. Magennis diharapkan bisa mencuri lagi gol di awal pertandingan sehingga bisa bisa menjadi modal untuk membuat kejutan besar malam nanti.

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya