Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Ilustrasi: Susi Vectors
Tak ada kemurnian,
selain helai-helai uban
yang maha mengetahui
rahasia usia dan kematian
Tak ada kepatuhan,
selain helai-helai uban
yang maha didustakan
dengan secuil warna malam
Tak ada kesabaran,
selain helai-helai uban
yang maha disingkirkan
oleh sihir kecantikan
25 Juli 2023
Rumah memang pernah
menampar wajah,
atau mencaci maki dadamu
Tapi setelahnya,
rumah juga menitikkan air mata
agar kau segera pulang
Sebab sejatinya,
rumah adalah bahasa
paling sederhana dari pelukan
Bila kau mengerti
24 Juli 2023
Cinta adalah kegilaan
yang memberimu segelas white wine
agar hilang sadar menikmatinya
Tanpa sekalipun menumbuhkan
ranting-ranting benci di dada
selamanya...
Meski jalinan benang,
telah merayakan
pesta perpisahan
24 Juli 2023
Terpujilah tanah
yang mengajari kami
sebagai koki, sebagai petani
Juga sihir di kepala kami
mencipta parit panjang
mengalirkan air jauh
Rangkaian persegi di tanah
telah menobatkan kami
menjadi anak-anak
Dan gobak sodor
akan selalu berkawan tanah
tanpa membuat senyum lelah
25 Juli 2023
Tak ada kemurnian, selain helai-helai uban yang maha mengetahui rahasia usia dan kematian.
Ibu bisa membawakan
bulan dari angkasa jauh
di saat malam kesepian
dan bintang-bintang
yang kecil sepertiku
memutar di riang kepala
Ibu bisa menjadi buku
yang menawarkanku matahari
dan rombongan awan-awan
memutuskan tetap menari
25 Juli 2023
Tangan ibu adalah bunga
yang tabah menerima tamu
mulai kumbang, lebah, kupu-kupu
tanpa sekalipun mengharap
secuil imbalan dunia
Ibu sendiri adalah daun-daun
yang tabah ditampar kemarau
jemari ranting menyulapnya
sebagai wajah-wajah kuyu
tapi ia tak pernah berharap
kembali menghijau rumput
26 Juli 2023
Ibu seperti wajah laut,
dengan ketidakmungkinan cuaca
yang semula bersenyum cerah
dengan ornamen camar-camar
di atas lazuardi
Tapi kemudian,
wajah laut dikunjungi
awan sehitam duka
yang menyulap tangan angin
sebagai badai penghabisan
Ibu laut tak pernah
bersabda apa-apa
26 Juli 2023
Baca juga: Puisi-puisi Eduard Asadov
Baca juga: Puisi-puisi Rifqi Dewantara
Baca juga: Puisi-puisi Listio Wulan
Agus Sanjaya, nama penanya Devasta, mahasiswa, lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 Agustus 2000. Menulis puisi, cerita pendek, dan novel. Pemilik dua novel berjudul Akar Kuning Nenek dan Lima Sekawan yang diterbitkan oleh Guepedia (Bogor, 2020). Sedangkan kumpulan puisinya berjudul Sebelum Air Itu Berubah Wangi diterbitkan oleh Kertasentuh (Jombang, 2022). Puisi-puisinya tersebar di sejumlah media digital dan surat kabar daerah. Kini sedang menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Jombang. (SK-1)
Kata 'kofe' sendiri berarti kondisi awal gigi balita yang tumbuh pertama kalinya. Ia kemudian goyang dan jatuh sehingga terlihat ompong.
Kulit putih, bulu mata lentik. Kata orang itu cantik. Menurutku kita lebih manis.
Petersburg, aku kan kembali bersama belahan jiwa. Mengulang janji suci kami di altar dulu
Kebebasan pun beterbangan di mana-mana serupa tarian angsa.
Mungkin aku yang terlalu ingin melindungimu, namun membuatmu merasa tidak nyaman.
Saat bibir-mu terbuka sedikit, amboi, betapa itu membuatku kasmaran.
Aku menyeberangi batas pantai di antara kebajikan dan kejahatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved