Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Puisi-puisi Syaiful Darwis (1)

Sajak Kofe
22/7/2023 07:00
Puisi-puisi Syaiful Darwis (1)
(Ilustrasi: Agus Siswanto)

Ilustrasi: Agus Siswanto

Tamsil Empat Tepas 

di timur ia bertumbuh 
dibesarkan tanah pitarah
dalam bait tinggi bertiang ulin

berserak kata segan berangkai
memerikan negeri lapang menyambut
berhias ladang luas membentang

lalu ke barat,
ia bersua santap siang pada daun
terpandang Halimun Salak tegak mencanak
kemudian berselimut kabut saat temaram

di tengah dingin yang menyerbu
ia nekat menakar timur dan barat
lantas mengeraslah ia pada tanya:
“lalu apa di selatan dan utara?”
 
Ciputat, 2022 


Sebelum Santap Siang

ia hanyalah pelepah daun yang berserah diri
dipilih karena telah cukup mengalirkan hidup dalam nadi
dan badannya, merunduk sebab syukur tanpa henti

sejak nasib telah digariskan
hangat dekapan ibu tidak lagi didapatkan
dan keikhlasan adalah jalan yang mesti ditempuh 
agar kelak tiba pada akhir yang hendak dituju

saat daun-daun diletakkan membujur
sekujur tubuhnya selalu kilap bersinar
sehingga samar bayang-bayang akan muncul
dari wajah orang-orang yang mengelilinginya
           maka daun hanya mengenali satu rupa
           yaitu mereka yang telah duduk;
           sama rata
           sama rasa

siang pun telah mengubur malang
letih di badan luruh dalam terik
dan tempat itu layaknya pelipur
sebab tidak lagi penting asal muasal
sebagaimana daun tidak pernah ditanya:
          dari rahim ibu mana kau dilahirkan?
          darah apa yang mengalir di tubuhmu?
          mengapa kau merapal syukur tanpa henti?

Ciputat, 2022 


Entah berapa kali rahim itu akan mengulang kelahiran.


Rahim Tempat Aku Berasal

ibuku selalu merawat risau saat dini hari
hanya perihal membangunkan kami
yang ia lahirkan dalam dekapnya

saat orang-orang telah pandai memilih nasib
kami mesti terus tabah menyambut 
kelahiran sekandung

mereka yang berasal dari rahim ibu
akan lekas dikenali 
           tergopoh mengejar pagi buta
           tetapi kalut saat temaram menjemput

memang, hanya tabiat itulah yang ibu wariskan

entah berapa kali rahim itu 
akan mengulang kelahiran

entah sampai kapan
kami sanggup mewarisi tabiat
          mengejar pagi buta
          kalut saat temaram

Ciputat, 2022 


Anak Ibu yang Pelupa

/lupa usia
kursi-kursi pendek
di setiap ujung KRL
telah merah warnanya
         beranikah ia bersaksi?
         perihal orang-orang pelupa
         yang tanpa segan mendudukinya

/lupa otak
tidak ada yang dibenci pejalan
selain langkahnya terhenti
lantaran mobil telentang di trotoar
        di manakah gerangan
        otak pengemudi tertinggal?

/lupa mata
di keramaian
selalu aku dapati papan larangan
meski percuma
sebab bagi saudaraku yang pelupa,
larangan 
dibaca 
anjuran 

Ciputat, 2022


Baca juga: Puisi-puisi Iwan Jaconiah
Baca juga: Puisi-puisi Didik Wahyudi
Baca juga: Puisi-puisi Uhan Subhan
 

 

 

 

 


Syaiful Alim DarwisSyaiful Alim Darwis, mahasiswa, lahir di Belawa, Wajo, Sulawesi Selatan, 22 Februari 2001. Saat ini menempuh pendidikan sarjana program studi S1 Tadris Biologi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Menyukai puisi sejak menginjak bangku sekolah. Beberapa karyanya pernah termuat di surat kabar daerah. Puisinya berjudul Petuah Tak Lekang Masa masuk sebagai finalis Sayembara Menulis Nasional yang digelar Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah. (SK-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah
Berita Lainnya