Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sajak-sajak Zahid Ilyas 

Sajak Kofe 
17/7/2022 08:00
Sajak-sajak Zahid Ilyas 
(Ilustrasi Samba)

Ilustrasi: Samba

Sajak Bong-Bong 

Bong, ayo Bong! 
Jangan berendam 
terus di dalam kolam 
nanti hati tambah hitam 
dan otakmu semakin karam 

Bong, ayo Bong! 
Keluar dan tatap matahari pagi 
biar jiwamu tak berlumuran dengki 
agar bisa mengisi kehidupan ini: 
berakal sehat dan bersih hati 

Bong, ayo Bong! 
Mumpung tersisa waktu 
sebelum maut menjemputmu 
lihatlah, betapa rusak negeri ini 
akibat ulah kau dan tuanmu sendiri 

Apa kalian menikmati semua ini 
sampai datang murka-Nya nanti? 
Baik Bong kalau begitu, sabarlah di sini 
mari sama-sama kita menunggu! 

Bogor, Juni 2022 


Pulang 

Malam bersenandung kelam 
sepi membawa kidung tikam 
kulumat di dada sang malam 
suara gerangan siapakah ini? 

Jangan wahai jiwa nan dahaga 
air minummu adalah cinta 
di dada sang malam 
sepi hendak kau rebahkan 
tidur saat haus gerogoti jiwa 
tinggalkan saja segores luka 
ketika kau sedang terjaga 

Jangan duhai lelaki bujang 
pada sepi yang awal 
pada jejak putih tertinggal 
barangkali kau luput perhitungkan! 

Malam bersenandung kelam 
sepi membawa kidung tikam 
pada ujung letih jiwaku 
di pusaran gelap dan terang 
itu suara kembali terdengar: 
pulang bujang, pulang! 

Sebelum sepi menjadi bara 
sebelum malam mengembus apinya 
sebelum syahwat terbakar sempurna 
pulang, ayo pulanglah! 

Bogor, Juli 2022 


Isyarat 

Dulu kerap kusiratkan tanda 
isyarat yang tak sempat kau baca 
di ceruk jiwamu telah kupahat jejak 
cinta yang tak tulus kau terus rawat 

Sekian lama memintal waktu bersamaku 
serupa mengurai simpul kusut seribu: 
"Sia-sia dan melelahkan," katamu 
lalu engkau lenyap memilih jalanmu 
dan kudekap senyap sejak saat itu 

Pada acara seminar minggu lalu 
di hotel nun jauh dari kotamu dan kotaku  
sepasang bola mata indah berbinar 
pada lelaki paruh baya 
yang purna bermetamorfosa 
melampaui mimpi dahulu kala 

“Masih ingat aku kan, Han?” 
sapamu sambil mengulurkan tangan 
ah, masih saja lesung pipimu itu 
menghempasku ke lorong waktu 
yang pernah kita singgahi dulu 

Malam sehabis acara 
betapapun kuat isyaratmu dan hasratku 
untuk saling mengecup rindu 
biarlah tersimpan dalam bisu 
sebab aku paham isyarat sang waktu: 

“Dalam ketiadaanmu selama ini, terbangku tinggi. 
Jangan dekap lagi dalam resahmu, nanti 
sayapku patah kembali.” 

Bogor, Agustus 2021 


Di Sudut Masjid 

Di sudut masjid itu 
ada yang menelusuk ke dada 
meruapkan rasa indah, lapang 
dan hening saling bersenyawa 
namun seperti embun pagi 
mengecup tanah kering 
lalu lenyap tak menyisakan basah 
rasa pun menguap begitu saja 

Di sudut masjid itu 
ada yang samar-samar terbaca 
membuat lidahku kelu, terbata-bata 
kata demi kata mengejanya 

Ya Allah, masih saja 
hadirku di sini separuh jiwa 
sedangkan di luar sana 
jasadku rakus melahap segala 
halal, syubhat, dan hitam pekat juga 
hingga sebagian jiwaku yang lainnya 
selalu tersesat di kubangan dunia 

Ya Allah 
izinkan aku kelak kembali 
dengan jiwa yang lengkap  
bersimpuh sepenuh diri 
pada-Mu tuk terakhir kali 

Bogor, Agustus 2021 


Lubang Hitam Sejarah

Dalam lembaran sejarah
banyak kutemukan kisah 
tentang para penguasa 
yang terus meregangkan 
tali busur kezalimannya 

Mereka tarik tali itu sesukanya 
melesatkan anak-anak panah 
dengan sikap pongah penuh 
amarah kepada siapa saja 
yang mengusik singgasananya 

Syahwat kekuasaan, ketamakan 
dan kecemasan saling berkelindan 
membelit akal sehat mereka 
lalu merabunkan penglihatannya 
hingga tali busur itu terus diregangkan 
melesatkan anak panah yang kesekian 
mereka jatuh terperosok ke lubang hitam sejarah 
bersama tali yang putus dan busur yang patah 

Dalam lembaran sejarah 
sudah banyak dikisahkan sudah 
sekokoh apapun bangunan kekuasaan 
yang disangga tiang-tiang kezaliman
kebenaran selalu menemukan jalan
buat meruntuhkannya! 

Bogor, April 2020 


Hancurnya Peradaban 

Di negeri nun jauh di sana 
banyak orang tak bersalah 
diciduk dan dibungkam karena 
ditengarai ada niat jahat disembunyikan 
namun tak sedikit pula yang berbuat salah 

Di negeri nun jauh di sana 
bebas para penyalak berkeliaran 
katanya unsur niat jahat tak ditemukan 
sungguh aneh hukum di sana 
bukti perbuatan bisa diabaikan
niat malah dijadikan alat pembuktian
salah atau benar sebagai alat kekuasaan 
ditakar oleh rasa kesukaan dan kebencian 

Di negeri nun jauh di sana 
semakin langka wajah sejuk 
dan tutur kata bernas pemimpin 
saban hari rakyat dijejali kepalsuan 
sinetron murahan, dagelan kering, 
dan riuh celoteh para politisi begundal 
sambil mulutnya tak henti-hentinya  
mengunyah remah-remah kekuasaan 

Di negeri nun jauh di sana 
tak sedikit orang cerdik dan pandai 
menelikung akal sehatnya sendiri 
hingga tak mampu geleng kepala 
di hadapan kaum pemilik kuasa 
sementara di relung hati terdalam 
rakyat terus menyimpan geram 
meski tersisa sabar menyaksikan 
tingkah laku para begundal! 

Entah sampai kapan 
negeri itu bisa bertahan 
karena di lembaran sejarah 
berulang kali dikisahkan petuah: 
“Bukan kebodohan atau kemiskinan 
pun bukan derap langkah ketertinggalan 
melainkan sepucuk kezaliman demi kezaliman 
yang dapat menghancurkan bangunan peradaban!” 

Bogor, April 2020 

 

Baca juga: Sajak-sajak Remy Sylado

Baca juga: Sajak-sajak Dody Kristianto

Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia

 

 

 

Abdul Zahid Ilyas, dosen, penulis lepas, dan epidemiolog. Tulisan-tulisannya berupa opini, artikel, dan cerpen pernah dipublikasikan di sejumlah surat kabar nasional dan daerah serta media daring. Sehari-hari bergiat dan bekerja sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat. (SK-1) 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah
Berita Lainnya