Ilustrasi: Pata Areadi
Penyair dan Penanya
Akulah penyair tanpa nadi
menyembunyikan luka perasaan.
saat menghadang terpaan badai,
daun-daun terempas kesakitan.
Ada pena menujum makna
kata-kataku menjelma uap
merapal teks bagai butiran embun
sebelum sungai-sungai abadi meluap.
Aku menyeberangi batas pantai
di antara kebajikan dan kejahatan,
ada bunga-bunga mekar di cela-cela batu
sebaris kata belum usai kutuliskan.
2021
Hati Nurani
Hati nuraniku penuh keraguan
sebab darah tak pernah berdusta
keimanan bukanlah jaminan keselamatan
sekeping logam kelak jua berkarat.
Tak perlu kau geram saat bermain catur
sebab prajurit tak kan menembak.
pahlawan memang selalu diukur
atas pengabdiannya; dikucilkan atau dicambuk.
Nurani mengental di raga
sekadar bertahan di seberang walau jiwa kosong
korban membuncah di medan laga
marilah bermawas diri biar tenang.
Kini, jiwa-jiwa tandus,
ada kepala-kepala terpotong
memisahkan kulit dan rambut seruas
aku mendoakan bagi orang-orang yang terputus akar dan ranting.
2021
Aku menyeberangi batas pantai di antara kebajikan dan kejahatan.
Perang Batin
Perang tak menyelamatkan siapapun:
anak-anak, orang dewasa, si kaya atau si miskin.
laga bukan tempat bagi yang lemah.
Ketakutan orang-orang tak berujung di medan peperangan
sebab tak ada yang kekal, seperti penembak jitu tak terlihat
jika ia kembali ke rumahnya, apalah artinya hidup?
Ketika mimpi buruk menjamu
saat doa membuncah, hanya secawan anggur teman setia
dan kau tak lagi sendiri!
Pertempuran ditakdirkan, ditembak atau menembak.
orang-orang pun tahu itu;
dijagal atau menjagal.
Sial! Perang memaksa kita membutakan mata hati
namun lebih parah lagi, sirna
oleh kesepian di tanah seberang.
2021
Laut
Pada tepi laut, aku merenung
melihat hembusan matahari di wajahmu
tanpa memikirkan apapun, hanya gamang
merekah imaji pada genggaman suryamu.
Surya terbenam di ufuk barat bercampur pelangi rekat
malam-malam buatku tak nyenyak, mimpi sirna kerap datang
betapa waktu bahagia begitu singkat
sedang nafas samudera musim semi begitu panjang.
Langkah di pasir, jejak seperti rantai
gelombang dan denyut nadi bergemuruh
menakut-nakuti kisah sendiri
kemarin adalah mimpi terindah.
2021
Ted Rusiyanto, seorang dokter yang suka menulis puisi. Ia adalah generasi kedua diaspora Indonesia di Rusia. Lahir di Moskwa, Uni Soviet, pada 28 Agustus 1965. Pendidikan tinggi terakhirnya adalah pascasarjana Ilmu Kedokteran di sebuah universitas ternama di Rusia. Kini, tinggal di Moskwa sembari berkegiatan bersama sebuah komunitas sastra setempat. Sajak-sajak Ted ini menjadi bagian dalam buku antologi puisi Doa Tanah Air: suara pelajar dari negeri Pushkin yang akan segera diterbitkan. (SK-1)