Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Ini Rangkaian Sejarah sebelum Teks Proklamasi Dibacakan

Abi Rama
11/8/2025 10:26
Ini Rangkaian Sejarah sebelum Teks Proklamasi Dibacakan
Ilustrasi(Wikimedia Commons)

PEMBACAAN teks Proklamasi Kemerdekaan oleh Presiden Indonesia pertama, Soekarno menjadi jejak sejarah yang tidak mungkin terlupakan. Fenomena bersejarah tersebut terjadi pada 17 Agustus 1945 di rumah yang beralamatkan di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. 

Sebuah peristiwa yang mengubah seluruh nasib masyarakat Indonesia pada masa itu tidak datang begitu saja, hal tersebut datang karena perjuangan serta jerih payah para pejuang pada masa itu. Beberapa pejuang bahkan tidak sempat melihat bendera Indonesia berkibar karena telah gugur terlebih dahulu.

Sebagai generasi yang akan memegang arah bangsa ini, tentu penting bagi kita untuk tahu serangkaian sejarah yang terjadi bahkan sebelum pembacaan teks proklamasi. Tak hanya sejarah manis, sejarah yang juga pahit perlu dibaca dan dipahami, bukan untuk menakuti-nakuti diri, tetapi sebagai alarm agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi.

Oleh karena itu, berikut adalah rangkuman mengenai serangkaian peristiwa yang terjadi sebelum kemerdekaan, dibagi menjadi beberapa babak.

Babak I: Penindasan dan Lahirnya Kesadaran Nasional

Pada babak pertama, peran Belanda yang paling banyak menjejak. Mulai dari lahirnya para tokoh-tokoh perlawanan di beberapa daerah yang menentang pemerintahan Belanda pada masa itu, hingga lahirnya organisasi nasional pertama di Indonesia, yaitu Budi Utomo. 

Beberapa tokoh besar yang melawan penjajahan Belanda, seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, dan Imam Bonjol, telah berjuang dengan gigih. Namun, mereka mungkin tidak mengalami akhir kehidupan yang bahagia. Namun, semangat perjuangan yang mereka nyalakan telah menjadi pijakan penting dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia sejak masa-masa awal.

Perjuangan tersebut kemudian dituangkan kepada generasi selanjutnya, sehingga terlahir sebuah wadah gerakan atau organisasi nasional seperti Budi Utomo pada tahun 1908. Berdirinya Budi Utomo menginspirasi banyak masyarakat untuk membuat organisasi dengan semangat yang sama, sehingga terlahirlah Sarekat Islam, Indische Partij, Muhammadiyah, Taman Siswa dan organisasi dengan nilai perjuangan lain.

Barulah pada 28 Oktober 1928 semangat-semangat tersebut diikat dan diikrarkan melalui janji yang disebut sebagai peristiwa “Sumpah Pemuda”.

Babak II: Pendudukan Jepang

Pada 1942, Jepang yang sedang di atas awan dalam peristiwa Perang Dunia ke-2 dan berhasil mengusir Belanda. Seperti pepatah “Keluar dari mulut harimau, masuk ke dalam mulut buaya,” berakhirnya penjajahan yang menawan Nusantara selama hampir 3,5 abad bukanlah pertanda baik. Justru, hal itu menjadi awal dari babak baru yang menyedihkan.

Jepang seakan hanya menjadi pemain pengganti untuk Belanda, segala kebijakan yang membuat masyarakat pada masa itu sengsara bahkan harus merenggut nyawa seperti Romusha, pembatasan kebebasan dan monopoli informasi, hingga janji palsu kemerdekaan dilakukan oleh pemerintahan Jepang pada masa itu.

Meski begitu, dalam setiap penindasan selalu ada hal yang menjadi penawar, dalam hal ini lahir para pejuang kemerdekaan yang membawa semangat merdeka dan berdikari sama seperti pejuang yang melawan Belanda sebelumnya.

Nama-nama seperti Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman Wedyodiningrat, Sayuti Melik, hanya sebagian kecil dari banyaknya orang-orang yang turut andil dalam peristiwa kemerdekaan. 

Pada masa ini jalan menuju kemerdekaan semakin terasa, ditandai dengan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Maret 1945. Sesuai dengan namanya, badan ini bertujuan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 

Atas instruksi militer Jepang di Jawa BPUPKI dibentuk pada 1 Maret 1945, beranggotakan 60–62 orang terdiri dari tokoh nasional dan perwakilan Jepang.

BPUPKI melakukan dua sidang penting yang menjadi awal cikal bakal beberapa istilah yang kita kenal sekarang. Sidang pertama berlangsung dari 28 Mei hingga 1 Juni 1945, di mana Soekarno memperkenalkan gagasan Pancasila sebagai dasar negara. Sedangkan, sidang ke dua berlangsung pada 10 hingga 14 Juli 1945 membahas rancangan UUD 1945.

Karena Jepang mulai kehilangan kekuasaan internasional setelah bom atom Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (9 Agustus), mereka membubarkan BPUPKI pada 7 Agustus 1945 dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang seluruh anggotanya orang Indonesia, tanpa perwakilan Jepang.

Babak III: Menuju Kemerdekaan dan Momentum Penting Kekalahan Jepang

Setelah PPKI dibentuk, salah satu tugas utamanya adalah meliputi pengesahan UUD 1945, penunjukan presiden dan wakil presiden, pembentukan pemerintahan nasional, serta pembagian wilayah provinsi.

Pada saat yang sama, pada 14 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu. Hal ini dimanfaatkan oleh para tokoh nasional pada masa itu untuk mendapatkan momentum kemerdekaan dengan membacakan teks proklamasi.

Babak IV: Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi

Pada 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta dijemput dari rumah mereka dengan pakaian ala PETA agar tidak dicurigai dan dibawa ke Rengasdengklok, Karawang.

Para pemuda mendesak agar proklamasi segera dilakukan secara mandiri, tanpa keterlibatan Jepang. Soekarno dan Hatta awalnya menolak karena tidak yakin jika Jepang benar-benar sudah kalah, namun akhirnya setuju dengan syarat proklamasi akan dilakukan sesudah mereka kembali ke Jakarta.

Bertempat di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Soekarno membacakan teks proklamasi, didampingi oleh Mohammad Hatta. Bendera Merah Putih hasil jahitan Fatmawati dikibarkan, kemudian diiringi dengan lagu “Indonesia Raya.” (Wikipedia/Komdigi/Setneg/Z-2)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya