Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Mayoritas Aktor Politik di Indonesia tidak Mengamalkan Cita-Cita Pendiri Bangsa

Dinda Shabrina
30/4/2024 18:32
Mayoritas Aktor Politik di Indonesia tidak Mengamalkan Cita-Cita Pendiri Bangsa
Ilustrasi(MI/Seno)

DOSEN dari Universitas Paramadina Joko Arizal menyampaikan keresahannya terkait mayoritas aktor politik di Indonesia tidak menjalankan cita-cita dari para pendiri bangsa. Joko menilai banyak aktor politik yang berpolitik hari ini hanya mewakili kepentingan pribadi dan bisnisnya saja.

Betapa mulia dan canggihnya gagasan dari para pendiri bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta, kata Joko, untuk membangun Indonesia menjadi negara yang kuat, sejahtera dan makmur.

Namun, struktur kekuasaan politik yang ada hari ini justru melenceng jauh dari harapan dan cita-cita yang diinginkan para pendiri bangsa itu.

Baca juga : Keterwakilan Perempuan di Parlemen Harus Konsisten Ditingkatkan

“Kalau kita lihat, 50 persen lebih kabinet di Jokowi adalah business politician, politisi pengusaha. Kemudian, di parlemen, dari hasil pemberitaan dan riset, kalau tidak salah 50 persen lebih anggota DPR berlatar belakang bisnis,” ujar Joko dalam Diskusi dan Peluncuran Buku Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 9: Agama, Dasar Negara dan Karakter Bangsa, Selasa (30/4).

“Dengan dominannya sisi aktor politik dari bisnis politisi, maka kita bayangkan bagaimana produk legislasi kita di parlemen. Bagaimana kebijakan yang terlahir di pemerintah. Tentu cenderung mengikuti kepentingan mereka. Pemikiran canggih dari Bung Hatta, Bung Karno, sulit terserap ke dalam, karena tidak cukup power,” tambahnya.

Melihat situasi perpolitikan hari ini, Joko berharap anak muda bisa menjadi harapan dan bisa menjadi penerus bangsa yang dapat mengubah sistem politik yang ada dengan menjadikan politik sebagai medan perjuangan.

“Karena itu politik harus kita maknai sebagai medan perjuangan. Tidak bisa sebatas merebut kursi di parlemen. Tetapi itu bagian dari proses penyadaran publik, bagian dari pendidikan politik kalau kata Bung Hatta,” ucap dia.

“Bagaimana kita bisa mengimbangi kekuatan politik yang tidak berpihak pada kehendak rakyat. Jauh dari nilai yang diinginkan dari para founding father kita,” pungkasnya. (Dis/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya