Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
REKTOR Universitas Islam Internasional Indonesia Komaruddin Hidayat menyoroti kondisi sosial Indonesia dari dulu hingga saat ini. Masyarakat Indonesia sejatinya memiliki bawaan menghargai toleransi.
"Blueprint (cetak biru) umat beragama di Indonesia adalah toleran," kata Komaruddin dalam Forum Diskusi Denpasar 12 secara virtual, Rabu, (1/11).
Meski begitu, Komaruddin tidak menutup mata ihwal munculnya beberapa pihak yang radikal. Dalam konteks global, orang-orang yang radikal merupakan bentuk perlawanan dari penindasan yang tidak bisa dituntaskan melalui diplomasi politik dan ekonomi.
Baca juga : Polri Optimalkan Peran Bhabinkamtibmas Jaga Toleransi
"Misalnya di Afghanistan, mereka di mata Amerika Serikat dianggap radikal padahal mempertahankan kampung halamannya. Dulu kita dianggap radikal oleh Belanda karena mempertahankan wilayah," ujar dia.
Baca juga : Tumbuhkan Nilai Toleransi di Tengah Tantangan yang Dihadapi Kebhinekaan Indonesia
Komaruddin menyebut bukti toleransi masyarakat Indonesia bahkan terbentuk saat Indonesia tengah merebut kemerdekaan. Umat muslim yang menjadi mayoritas lantaran moderat.
"Buktinya walau mayoritas, setuju mengambil bentuk republik dan demokrasi. Islam bukan sebagai dasar negara," papar dia.
Menurut Komaruddin, ada dua asam deoksiribonukleat (DNA) yang paling menonjol dari masyarakat Indonesia. Yakni, pluralitas dan religiositas.
"Beragam, karena konsep negara kita yang paling cocok, sah, dan valid adalah demokrasi. Demokrasi Indonesia juga menghargai keragaman dari sisi agama," jelas dia. (Z-8)
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
WAKIL Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa keberagaman adalah kekuatan bangsa. Hal itu disampaikan dalam Acara Tawur Agung Kesanga, Perayaan Hari Suci Nyepi
Kementerian Agama sedang menyusun Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Hal ini menindaklanjuti arahan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang mendorong agama menjadi elemen membangun kedamaian
Hari Toleransi Internasional yang diperingati setiap 16 November mengingatkan pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan dalam masyarakat yang beragam.
Toleransi adalah sikap menghargai dan menerima perbedaan dalam agama, budaya, dan ras untuk menciptakan kehidupan yang damai. Berikut contoh sikap toleransi.
Daerah-daerah ini menunjukkan bahwa masyarakat yang berbeda keyakinan bisa hidup berdampingan secara damai.
SETIAP 3 November, Indonesia merayakan Hari Kerohanian Nasional. Momen ini menjadi pernyataan komitmen menghargai keberagaman agama yang ada di tanah air.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved