Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KETUA Umum Rampai Nusantara Mardianysah menyampaikan sistem pemilihan presiden (pilpres) saat ini sudah sangat demokratis dengan masyarakat sebagai penentu langsung. Karenanya, sangat jauh kalau ada yang menilai sistem itu bisa melahirkan politik dinasti yang digaungkan hanya untuk kepentingan politik kelompok tertentu.
"Rakyat kita sudah pintar, tidak akan terkelabui karena sistem demokrasi kita saat ini, baik pilkada maupun pilpres, kan sudah langsung masyarakat yang menjadi penentu. Pemilihan langsung dengan sangat terbuka, jauh dari sistem politik penunjukan seperti sebelum era reformasi yang sangat memungkinkan tumbuh politik dinasti," jelas Mardiansyah dalam keterangan tertulis, Jumat (20/10).
Menurut Mardiansyah yang akrab disapa Semar dan aktivis 98, politik dinasti saat ini justru tumbuh subur dalam sistem kepartaian yang banyak dikuasai oleh keluarga tertentu. "Kalau mau fair, yang kita lihat tumbuh politik dinasti justru di sistem kepartaian kita. Beberapa partai dikuasai oleh keluarga yang sangat dominan dan menjadi penentu penuh. Ini yang lebih membahayakan karena proses kaderisasi menjadi mandek," tambah Semar.
Baca juga: Gibran Mendadak ke Jakarta
Lebih lanjut, Semar menginginkan sistem demokrasi yang saat ini sudah berjalan dengan baik bahwa rakyat menjadi penentu seharusnya partai politik juga mengikuti dengan melakukan regenarasi yang baik di dalamnya.
"Sistemnya sudah baik, tetapi kalau partainya tidak membuka diri sebagai bagian dari lembaga publik yang harus membuka diri juga. Kalau tidak bisa, ini mengancam demokratisasi di negara kita. Kader-kader terbaik dalam partai politik bisa saja mandek kariernya karena tidak ada kedekatan misalkan dengan ketua umumnya," pungkas Semar. (Z-2)
Survei Curator Nagara Institute dan Sosiolog, Sulfikar Amir, menerangkan ada 44,17% pemilih tak masalah jika kandidat Pemilu dan Pilkada berasal dari politik dinasti.
Ketua Para Syndicate Ari Nurcahyo mencatat terdapat beberapa episentrum Pilkada 2024 yang jadi peratrungan antara Prabowo Subianto, Joko Widodo (Jokowi), dan Megawati Soekarnoputri.
Dari 1.553 kandidat yang berkompetisi pada pilkada 2024, ada 605 kandidat yang terlibat dalam dinasti politik dinasti
Pramono mengatakan bahwa pada kontestasi Pilkada Serentak 2024, nasibnya sama dengan sang anak, Hanindhito Himawan Pramana atau Dito
PKS memiliki target suara 15% namun tidak tercapai atau hanya 8,42%
Solo Melawan Politik Amoral alias Sempal menolak calon boneka dinasti politik Jokowi dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Jawa Tengah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved