Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PENGAMAT politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) Nusa Tenggara Timur Ahmad Atang mengatakan penetapan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) 2024 dapat menggeser peta koalisi besar yang digagas sejumlah partai politik.
"Dengan masuknya Ganjar sebagai figur capres maka ada tiga figur, ditambah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, yang selama ini meramaikan hasil survei benar-benar menjadi figur yang akan bersaing di pilpres mendatang, sehingga gagasan koalisi besar dapat saja bergeser atau berubah," kata Ahmad seperti dilansir dari Antara, Sabtu (22/4).
Ahmad mengatakan, penetapan tersebut dapat dibaca dalam dua hal yaitu pertama, tidak dapat disangkal bahwa posisi Ganjar sebagai capres mendapatkan resistensi dari internal PDIP struktural.
Baca juga: Ganjar Pranowo Dicapreskan PDIP, Anies Baswedan Ucapkan Selamat
Bahkan pada titik tertentu terdapat diskriminasi dan kriminalisasi terhadap gerak langkah Ganjar. "Maka dengan direstui Ganjar sebagai capres apakah karena PDIP secara psikologis ada keterpaksaan karena tidak ada figur lain," katanya.
Kedua, kata dia, apakah Ganjar memang dari awal telah dipersiapkan untuk menjadi capres, sehingga dinamika internal PDIP dapat dibaca sebagai rekayasa politik untuk menaikkan popularitas Ganjar.
Ahmad mengatakan, terlepas mana yang benar di antara kedua hal itu, namun secara faktual Ganjar lah yang didorong oleh partainya.
Baca juga: Demokrat Tegaskan tetap Usung Anies
Gagasan koalisi besar, kata dia, dapat bergeser atau berubah dengan dua kemungkinan. Pertama, jika koalisi besar tetap dipertahankan, capres yang diusung adalah Prabowo Subianto dan PDIP akan maju sendiri dengan capres yang diusung.
Kemungkinan kedua, kata dia, jika tidak ada titik temu dalam kompromi politik antara PDIP dan Gerindra, maka koalisi besar akan kembali ke awal, yakni koalisi Indonesia Raya (KIR) akan mengusung Prabowo dan Muhaimin Iskandar, sedangkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bisa bergabung dengan PDIP untuk mengusung Ganjar. (Z-6)
GPMPÂ menargetkan puluhan juta suara untuk pasangan calon nomor urut 1 Anies Baawedan-Muhaimin Iskandar (Amin) pada Pemilu 2024.
Elektabilitas kepala daerah akan meningkat dengan sendirinya apabila mereka mampu menunjukkan kinerja dan prestasi dalam mengendalikan pandemi di daerahnya masing-masing.
Para politisi sudah seharusnya punya tanggung jawab untuk membereskan pandemi covid-19 dulu. Apalagi hingga hari ini terjadi kenaikan eksponensial.
DI tengah penanganan pandemi covid-19 yang belum juga usai, pemberitaan di media massa sudah ramai dengan isu terkait dengan utak-atik calon presiden (capres) yang bakal maju di Pemilu 2024.
Sayangnya, ada sejumlah pihak yang sudah tidak sabar dan bernafsu untuk meraih jabatan dan kekuasaan dengan intrik-intrik politik yang begitu mudah dibaca masyarakat.
Nama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming masuk dalam 6 besar calon presiden dengan elektabilitas tertinggi di angka 2,7%.
DUKUNGAN kepada pasangan Ahmad Lutfi-Taj Yasin di Pilkada Jawa Tengah (Jateng) 2024 terus mengalir.
Sejumlah hal yang perlu diperhatikan partai politik (parpol) dalam memutuskan pasangan capres dan cawapres Pemilu 2024.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Gun Gun Heryanto, menilai pembentukan Koalisi Besar bukan perkara mudah.
Jika koalisi besar tadi terbentuk, bisa jadi hanya akan ada dua kandidat. Dengan hanya 2 kandidat peristiwa pilpres 2019 akan terulang kembali. Malah bisa jadi polarisasi makin tajam
PDI Perjuangan menghargai pertemuan berbagai partai politik yang sekarang gencar dilakukan untuk membangun koalisi besar.
Sudah komitmen di Koalisi Perubahan, partai NasDem menyatakan kecil kemungkinan mereka bergabung dengan koalisi besar jika nantinya koalisi tersebut benar terwujud.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved