Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Koalisi Besar Hanya untungkan Parpol, Bukan Rakyat

Mediaindonesia
13/4/2023 19:55
Koalisi Besar Hanya untungkan Parpol, Bukan Rakyat
Ilustrasi(MI/Duta)

PENELITI politik senior BRIN, Lili Romli mengatakan, gagasan koalisi besar membawa keuntungan bagi partai, namun tidak bagi masyarakat.

“Tentu keunggulannya dengan banyaknya partai yang bergabung, memiliki kekuatan yang besar, dalam semua aspek, termasuk SDM dari kader-kader partai yang bergabung,” ujar Lili di Jakarta, hari ini (13/4).

Untuk diketahui, ada lima partai yang diwacanakan menjadi bagian dari koalisi besar, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PAN, dan PPP. Gagasan koalisi besar direstui oleh Presiden Joko Widodo.

Namun, koalisi besar memiliki kelemahan bagi masyarakat. “Kelemahannya, rakyat di fait accompli karena tidak banyak pilihan, cengkeram oligarki, dan jika ke luar sebagai pemenang cenderung akan bagi-bagi kursi,” jelas Lili.

Menurut dia, dengan memperhatikan dinamika politik yang terus bergulir, namun idealnya ada lebih dari dua kandidat Capres-Cawapres. “Saya berharap kandidat capres lebih dari dua sehingga rakyat punya banyak pilihan dan tidak terjadi polarisasi,” tegas Prof Lili.

Jika koalisi besar tadi terbentuk, bisa jadi hanya akan ada dua kandidat. “Dengan hanya 2 kandidat peristiwa pilpres 2019 akan terulang kembali. Malah bisa jadi polarisasi makin tajam. Sekarang aja polarisasi tersebut sudah ada dan meruncing,” Prof Lili mengingatkan.

Gagasan koalisi besar makin mengemuka. Sejumlah petinggi partai saling memberi keterangan, saling berkunjung, memberi kesan bahwa koalisi besar akan terwujud. Jika pun koalisi besar terbentuk, masih ada Koalisi Perubahan ( Nasdem-PKS-Demokrat) dan PDIP yang belum memutuskan akan berkoalisi atau tidak.

Mesin Partai

Sementara itu, Direktur Ekeskutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai koalisi besar yang tengah santer diwacanakan mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Baca juga: PDIP Sengaja Belum Tentukan Capres-Cawapres

Koalisi besar akan berimbas pada semakin banyak sumber daya dan kekuatan politik yang bisa dikerahkan untuk memenangkan capres-cawapres. Kendati demikian, Dedi juga mengingatkan adanya potensi partai politik gagal mendapat manfaat dari dukungan terhadap capres tertentu.

"Keuntungan koalisi besar tentu faktor mesin partai yang banyak, sehingga gabungan dari semuanya bisa membuat suara lebih besar bagi capres yang diusung, meskipun dari sisi partai tidak akan banyak mempengaruhi," terangnya di Jakarta, hari ini.

Terkait dengan kandidasi dalam koalisi besar, Dedi menyampaikan koalisi besar tersebut akan mendahulukan nama Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Barulah persaingan antar partai untuk memperebutkan kursi cawapres. Beberapa nama ketum partai diprediksi bisa mengisi posisi tersebut.

"Koalisi besar yang akan terbentuk lebih mungkin mendahulukan Prabowo, lalu pertarungan itu ada pada ranah cawapres, semisal Muhaimin Iskandar dan Airlangga Hartarto," sambungnya.

Sedangkan nama Ganjar Pranowo belum bisa dimasukkan sebagai capres dari koalisi besar. Pasalnya, PDIP belum menyatakan akan bergabung dalam koalisi tersebut.

"Ganjar bisa saja justru tidak masuk dalam skema kandidasi di koalisi besar mengingat PDIP juga belum tentu bergabung," pungkasnya.(P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya